18. Konsekuensi

Kamar kost Demangan sedikit sepi. Ujian semester yang semakin dekat membuat masing-masing penghuninya berkutat dengan buku-buku dan catatan kuliahnya.

Dari dalam kamar Doni dan Joe saja yang masih terdengar perbincangan di dalamnya. 

"Jadi Sigit meladeniku ?" Seti duduk berhadapan dengan Doni membahas tantangan billiard delapan bolanya.

"Ya ... sembilan game. Masing-masing game seratus ribu." Doni memandang Seti. 

"Sisa berapa uangmu buat modal ?" Tanya Seti lagi.

"Seratus lima puluhan," jawab Doni. "Kamu yakin bisa mengalahkannya ?" Masih ada kekuatiran di hati Doni.

"Iya Set ... Jangan-jangan kayak kita nasibnya... keok." Joe menimpal sambil tiduran.

"Kalau kalah si Denok kujaminkan." Seti bersandar ke dinding. 

"Edaaaan ... " Doni terperanjat ... Tak menyangka  keberanian pertaruhan Seti.

"Itulah resiko. Makanya kutantang dia main delapan bola," jawab Seti pendek. " Salah kalian juga kenapa meladeni permainan kartunya." Imbuh Seti.

"Iya sih .... " Joe menyadari kesalahannya.

"Aku mau bertaruh tapi dengan kemampuanku. Bukan dengan hoki kartu yang bisa saja curang."

"Sudah kamu pikirkan matang-matang ?" Joe bangun dari tidurannya. Mendekat ke arah Doni dan Seti.

"Sudah," Seti mengalihkan pandangan ke arah Joe. "Asri juga sudah kuberitahu." Lanjutnya.

"Kenapa harus ada Asri ?" Joe mengernyitkan dahi.

"Dia tahu kita bohong masalah lapak. Bisa merajuk lama dia kalau aku tak jujur mengatakannya." Jawab Seti.

"Lalu ?" Doni menyela. Tak enak hubungan Seti dan Asri terganggu kebodohannya.

"Dia membiarkan kita untuk kali ini." 

"Kalian tidak bertengkar kan?" Doni masih ragu.

"Tidak ... Malah dia memaksa untuk ikut hari Minggu. Aku tak bisa menolaknya."

"Bukankah dia masih kepikiran mas Joko ? Kenapa malah kamu tambah dengan persoalan kita ?" Joe berpaling memandang Seti.

"Masalah mas Joko kukesampingkan dulu Joe." Kata Seti.

Joe tak bisa mencegah Seti lagi. Sejak SMP dia tahu persis sikapnya jika sudah punya keinginan. 

Merasa cukup membahas urusan hari Minggu, Seti berpamitan ke kost Mantrijeron. Tadi pagi mbah Jum menyuruhnya mengantarkan bakpia dan sriping pisang buat Asri.                         

...----------------...

Ujian akhir semester kali ini tidak terlalu dirisaukan Seti. Merasa mampu dan yakin untuk menghadapinya. Yang lebih dirisaukan justru Asri, Joe dan Doni.

Tak mau Asri terlalu memikirkan Joko, dirinya berusaha sesering mungkin menemuinya jika tak sempat menelepon. Menemaninya mengobrol setidaknya membuat Asri sedikit senang dan melupakan keadaan Joko.

Mengenai Joe dan Doni. Masalah pertemanan membuat dirinya memikirkan lapak. Apalagi setelah tahu ada Sigit  dalam  kekisruhan lapak.

Jika bukan karena Sigit. Seti tak akan gegabah menantangnya bertaruh. Tidak suka kata-katanya dan sekaligus ingin meladeni kesombongannya, Seti memutuskan untuk mengikuti permainannya. Tentu saja dengan segala konsekuensi yang harus dihadapinya.  

...----------------...

"Salam dari mbah Jum." Seti menyerahkan bungkusan yang dibawanya ke Asri.

Asri tersenyum menerima jajanan mbah Jum. "Mbah Jum selalu bawain jajanan terus. Aku jadi tidak enak Set." 

"Terima saja. Toh bukan kepadamu saja dia memberi sesuatu. Kami di kost malah hampir tiap hari menerima pemberiannya. Kalau dihitung-hitung lebih banyak yang kami terima dari yang kami bayar."

"Baik banget orangnya." Asri menyanjung  mbah Jum.

"Makanya kami di kost gantian bantu dia di warung."

"Bulan depan mungkin kirimanku berkurang Set." Asri mengalihkan pembicaraan. "Mas Joko butuh biaya banyak untuk berobat."

"Masih belum membaik keadaannya ?" 

"Masih stabil. Hanya mungkin butuh biaya besar. Bapak tadi barusan menelepon."

"Sudah ketahuan sakit apa ?"

"Kanker hati." Asri menjawab pendek.

Seti terpaku mendengar keluhan Asri. "Sudahlah jangan terlalu dipikirkan. Kamu tidak sendirian di sini." Kata Seti setelah keterdiamannya sejenak.

"Aku tidak mengeluhkan kiriman uang saku Set. Justru aku minta ke Bapak supaya urus mas Joko dulu."

Cerita Asri membuat Seti semakin bulat untuk menghidupkan lapak. Ada rasa yang hilang jika lapak itu dibiarkan terlalu lama tutup.

"Aku sudah bercerita ke mas Seto tentang mas Joko. Tapi surat jawabannya belum datang. Mungkin minggu ini," kata Seti. "Mereka pernah dekat di Semarang ... Aku yakin mas Seto pasti ikut memikirkannya."

"Lalu rencanamu dengan Sigit besok Minggu ?" Asri menyinggung Sigit.

"Sudah terlanjur ... Akan kuhadapi." Seti menatap Asri... Berharap dia tidak ikut memikirkan urusan lapak.

"Jemput aku besok. Aku menginap di mbah Jum. Kita berangkat bareng." Asri membalas tatapan Seti.

Mengangguk pelan, Seti mengiyakan keinginan Asri. "Apapun yang terjadi aku siap jika kamu menyalahkanku As."

"Bukankah kita sudah berjanji tak akan saling meninggalkan ? Untuk apa saling menyalahkan jika kita sudah sepakat di awal." Kali ini kata-kata Asri  membuat Seti semakin tak mau kehilangan dan melukainya.

Bukan karena dirinya sudah  menjamah kewanitaan Asri ... Tidak dipungkiri kelelakiannya sudah terpahat pada Asri setelah keduanya bergumul di kost Samirono.

Rasa tak mau kehilangan itu lebih kepada kepercayaan Asri ... Itulah yang  dirawat dan dijaga Seti ... Tak bisa dibayangkan jika Asri tak lagi mempercayainya. 

Asri membuka bungkusan di atas meja. Mengambil sepotong bakpia lalu menyodorkan ke mulut Seti. "Untuk yang sedang   mumet  diuji lapak Malioboro." Asri tertawa kecil. Keceriannya muncul lagi.

Seti menggigit sedikit Bakpia yang disodorkan. Ikut tertawa mendengar candaan Asri. Hatinya ikut senang melihat senyum cantiknya.

Ketika keterus terangan menjadi jembatan kedekatan pasangan yang sedang hangat-hangatnya memadu kasih, maka bisa dipastikan sesulit apapun suatu persoalan yang datang menghantam justru akan semakin merekatkan kedekatan itu.

Seti dan Asri mulai menikmatinya ... Merasa saling membutuhkan untuk saling menguatkan ...

...----------------...

Dibyo melongok Seti yang sedang berbaring di kamarnya. Masuk dengan sepiring penuh gaplek. "Camilan sehat Set." Dibyo ngakak ke arah Seti.

"Hahaha ... Suwun ... Masih ada saja simpananmu." Seti bangun dari tidurannya.

"Pokoknya stok melimpah." 

Segenggam penuh gaplek yang masih hangat diambil Seti. "Enak Dib ... Pas nih buat teman baca buku."

"Makanya aku bawa banyak. Buat teman begadang ujian." 

"Muji kemana Dib ? Seharian  gak kelihatan." Seti menanyakan Muji.

"Katanya lagi cari buku buat persiapan sidang."

"Moga-moga lancar Dib."

"Amin."

"Pacarmu piye ?" Dibyo ganti menanyakan Asri.

"Baik, hanya kakaknya kena kanker." 

"Kanker apa ?"

"Hati"

"Wah berat itu Set. Biasanya medis menyerah kalau sudah lanjut."

"Aku kurang paham tentang itu. Yang jelas sekarang dirawat di rumah sakit."

"Nanti kalau sudah mentok, coba pakai alternatif."

"Besok Asri menginap di mbah Jum. Katakan saja langsung padanya Dib,".Seti sungkan mengatakannya langsung ke Asri. "Suwun  masukanmu. Paling tidak sudah menunjukkan perhatianmu pada Asri."

"Aku besok pulang ... Pokoknya kalau nanti mau pakai cara alternatif langsung ke kampungku saja Set. Kukenalkan pada uwak-ku. Siapa tahu lewat perantaraannya bisa pulih."

"Alternatif itu pakai mejik atau bagaimana ?" Seti mencoba mencari tahu.

"Gak pakai mejik-mejikan tapi pakai tanaman obat. Aku sendiri kurang paham jenis-jenisnya."

"Oh aku pikir pakai ritual ini itu lalu disembur." Seti tertawa.

"Itu kan kalau orang kerasukan ... hahaha ..." Dibyo ikut tergelak.

Seti tiba-tiba saja merindukan kampung Dibyo. Ingin berlama-lama di sana menelusuri setiap sudut ladang sampai tepi lautnya. Rindu masakan di tengah ladang. Rindu kehangatan pasir putih pantainya. Rindu kejernihan air lautnya ....

-------------

*Uwak : kakak dari Bapak atau Ibu.

Terpopuler

Comments

Nikfyni

Nikfyni

Pakai sim sala bim mas Seti haha

2023-09-09

1

lihat semua
Episodes
1 1. Jogja 1990
2 2. Cerita Baru Di Jogja
3 3. Teman Baru Jogja
4 4. Kedekatan di Jogja
5 5. Hangat Di Jogja
6 6. Lapak Malioboro
7 7. Melepas Jerat
8 8. Dari Tepus ke Banjarejo Tanjungsari
9 9. Dari Banjarejo ke Drini
10 10. Malioboro
11 11. Kost Mantrijeron
12 12. Ungkapan Rasa
13 13. Jakarta
14 14. Kesulitan Pertama
15 15. Pulang
16 16. Kesulitan Kedua
17 17. Lawan
18 18. Konsekuensi
19 19. Keluar Dari Kesulitan Pertama
20 20. Dari Jakarta Sampai Ke Jogja
21 21. Rumah Wirobrajan
22 22. Tentang Kejujuran
23 23. Tentang Cinta dan Kebencian
24 24. Persinggungan Lapak Malioboro dan Sanggar Seni Ancol
25 25. Tentang Kejujuran dan Kepercayaan
26 26. Sesuatu Yang Seharusnya Tak Perlu Diceritakan
27 27. Tentang Keterbukaan Hati
28 28. Kerinduan
29 29. Sebuah Lorong Waktu
30 30. Isi Hati
31 31. Tentang Suatu Masa
32 32. Kembali Ke Banjarejo
33 33. Dari Beringharjo Ke Pulau Drini
34 34. Jalinan Cerita Baru
35 35. Sanggar Taji
36 36. Awal Cobaan
37 37. Rangkaian Pertanda
38 38. Tentang Niatan
39 39. Tentang Cinta
40 40. Dari Baron Ke Drini
41 41. Noda Di Hari Minggu
42 42. Tentang Ruang Dan Waktu
43 43. Awal Sebuah Dendam
44 44. Naluri Dan Insting
45 45. Pelajaran Hidup Menjadi Dewasa
46 46. Jangan Mundur !
47 47. Perjalanan Selanjutnya
48 48. Awal Hari Baru
49 49. Harapan Baru
50 50. Kegundahan
51 51. Membuka Diri
52 52. Kembali Ke Wonosari
53 53. Awal Perlawanan
54 54. Singgah Di Rumah Banjarejo
55 55. Kedekatan Hati
56 56. Tentang Hati Yang Bersyukur
57 57. Sang Waktu Tak Pernah Kembali
58 58. Persinggungan Di Jogja
59 59. Rangkaian Awal Dilema
60 60. Rencana Pembalasan
61 61. Menjelang Pelepasan
62 62. Strategi Kawan dan Lawan
63 63. Tentang Cinta Dan Rencana Sesudahnya
64 64. Cerita Senja
65 65. Tentang Adab Dan Keberuntungan Pekerjaan
66 66. Kelegaan Perpisahan
67 67. Dunia Baru
68 68. Dari Kokap Ke Panjatan Kulon Progo
69 69. Penghujung 1998
70 70. Tanah Panjatan
71 71. Tentang Keinginan
72 72. Kedekatan Dan Perpisahan
73 Buat pengikut Seti dan Asri
Episodes

Updated 73 Episodes

1
1. Jogja 1990
2
2. Cerita Baru Di Jogja
3
3. Teman Baru Jogja
4
4. Kedekatan di Jogja
5
5. Hangat Di Jogja
6
6. Lapak Malioboro
7
7. Melepas Jerat
8
8. Dari Tepus ke Banjarejo Tanjungsari
9
9. Dari Banjarejo ke Drini
10
10. Malioboro
11
11. Kost Mantrijeron
12
12. Ungkapan Rasa
13
13. Jakarta
14
14. Kesulitan Pertama
15
15. Pulang
16
16. Kesulitan Kedua
17
17. Lawan
18
18. Konsekuensi
19
19. Keluar Dari Kesulitan Pertama
20
20. Dari Jakarta Sampai Ke Jogja
21
21. Rumah Wirobrajan
22
22. Tentang Kejujuran
23
23. Tentang Cinta dan Kebencian
24
24. Persinggungan Lapak Malioboro dan Sanggar Seni Ancol
25
25. Tentang Kejujuran dan Kepercayaan
26
26. Sesuatu Yang Seharusnya Tak Perlu Diceritakan
27
27. Tentang Keterbukaan Hati
28
28. Kerinduan
29
29. Sebuah Lorong Waktu
30
30. Isi Hati
31
31. Tentang Suatu Masa
32
32. Kembali Ke Banjarejo
33
33. Dari Beringharjo Ke Pulau Drini
34
34. Jalinan Cerita Baru
35
35. Sanggar Taji
36
36. Awal Cobaan
37
37. Rangkaian Pertanda
38
38. Tentang Niatan
39
39. Tentang Cinta
40
40. Dari Baron Ke Drini
41
41. Noda Di Hari Minggu
42
42. Tentang Ruang Dan Waktu
43
43. Awal Sebuah Dendam
44
44. Naluri Dan Insting
45
45. Pelajaran Hidup Menjadi Dewasa
46
46. Jangan Mundur !
47
47. Perjalanan Selanjutnya
48
48. Awal Hari Baru
49
49. Harapan Baru
50
50. Kegundahan
51
51. Membuka Diri
52
52. Kembali Ke Wonosari
53
53. Awal Perlawanan
54
54. Singgah Di Rumah Banjarejo
55
55. Kedekatan Hati
56
56. Tentang Hati Yang Bersyukur
57
57. Sang Waktu Tak Pernah Kembali
58
58. Persinggungan Di Jogja
59
59. Rangkaian Awal Dilema
60
60. Rencana Pembalasan
61
61. Menjelang Pelepasan
62
62. Strategi Kawan dan Lawan
63
63. Tentang Cinta Dan Rencana Sesudahnya
64
64. Cerita Senja
65
65. Tentang Adab Dan Keberuntungan Pekerjaan
66
66. Kelegaan Perpisahan
67
67. Dunia Baru
68
68. Dari Kokap Ke Panjatan Kulon Progo
69
69. Penghujung 1998
70
70. Tanah Panjatan
71
71. Tentang Keinginan
72
72. Kedekatan Dan Perpisahan
73
Buat pengikut Seti dan Asri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!