Suatu sore tiba-tiba Joe datang ke kost Seti dengan membawa dua bungkusan besar plastik yang dipanggulnya. Seti yang sedang membaca materi Geologi menyambutnya riang.
Setelah tiga bulan di Jogja baru ditemuinya Joe lagi. Kesibukan masing-masing sejenak melupakan keakraban pertemanan keduanya.
Seti asik dengan ilmu tentang tanah dan perbumian-nya, Joe berkutat dengan estestika seni rupa.
Jika kabar Hening rutin diketahui dari berbalas surat. Kabar Joe dan Asri justru lama tak diketahui Seti walaupun sama-sama tinggal di Jogja.
"Bawa apa Joe ?" Seti menyapa, lalu meletakkan bukunya ke rak yang rapi berjejer dekat kasur busa di ujung kamar.
"Gipsum buat praktek patung."
"Mahalkah ? Aku pikir cuma corat coret gambar saja kuliahmu," lanjut Seti ingin tahu.
"Murah sih, cuma malas saja kotornya." Jawab Joe sambil merebahkan diri di kasur.
Seti berdiri dari duduknya. Mengambil termos di lemari kecil, bermaksud membuat dua gelas kopi untuk menyenangkan hati sohibnya yang sekian lama tak saling bertemu.
"Eh sudah ke tempat Asri belum Set ?" Masih berbaring, tiba-tiba saja Joe menanyakan tentang Asri.
Pertanyaan Joe barusan membuat sendokan kopi Seti terhenti ... "Ah Asri," hati kecil Seti menyebut nama Asri ..., teringat janji menemui nama itu dulu jika sudah sama-sama tinggal di Jogja.
"Astaga... Aku melupakannya Joe," gumam Seti lagi.
"Lupa atau karena cinta-cintaanmu dengan Hening hahaha ...." Joe tertawa tangannya melemparkan surat terakhir Hening yang ada di kasur dan sudah dibacanya.
"Brengsek kamu Joe," tak bisa mengelak, Seti mengumpat Joe. Salah dirinya juga. Surat terakhir Hening tergeletak begitu saja setelah selesai dibacanya.
"Dasar bodoh ... perempuan cantik yang dekat malah kamu abaikan, ... yang jauh malah kamu urusin," Joe membodohkan Seti.
"Kamu tahu alamat kost Asri ?" Tanya Seti seolah membenarkan olok-olok Joe. Wajah Asri masih melintas di kepalanya.
"Kita cari saja sekarang. Sekalian antar aku ke kost dulu naruh bahan sialan ini," ajak Joe kemudian sambil menunjuk dua plastik besar yang teronggok di pintu.
"OK ... Aku mandi dulu sebentar. Ngopi saja dulu. Jangan ngrokok dalam kamar." Seti mengakhiri obrolan lalu melangkah ke kamar mandi.
...----------------...
Surat menyurat dengan Hening membuat Seti larut dalam kedekatan itu lagi. Ada rasa senang jika Hening tertawa dalam jawaban surat menyurat mereka.
Apalagi saat Hening mengatakan dalam suratnya tentang bertambah tampannya Seti setelah mengirimkan foto plontos kepalanya saat Ospek ... Ah Seti merindukan tawa dan tatapan Hening.
...----------------...
"Cihuuuuy ... tampan ni yeee," Joe tertawa ngakak melihat Seti selesai mandi sambil meletakkan tumpukan lain surat-surat Hening yang ditemukannya dan sebagian sudah dibacanya lagi.
Seti mengumpat sejadi-jadinya tanpa bisa marah, melihat kelakuan Joe yang mencuri baca surat-surat Hening yang lain.
Tak menyangka Joe akan mengunjunginya ..., sebagian surat itu berhasil dicuri baca. Bocah thengil itu memang sejak dulu selalu ingin tahu apa saja yang tergeletak begitu saja.
"Ah sudahlah Joe jangan kamu ceritakan kepada Asri. Susah payah aku menghilangkan semua persangkaannya dulu," pinta Seti. "Lagipula itu surat biasalah gak ada cinta-cintaan," lanjutnya lagi dengan nada penuh harap.
"Hahaha ... hati-hati kamu taruh surat Hening. Suatu saat aku ajak Asri ke sini loh," Joe masih meledek Seti.
"Sudahlah ... ayo kita jalan." Ajak Seti, tak mau berdebat lagi tentang isi surat Hening yang sebagian isinya sudah diketahui Joe.
...----------------...
Dari Samirono si Denok mengantar dua sahabat itu ke Demangan tempat kost Joe.
Kost 10 kamar itu ramai dan penuh dengan berbagai macam lukisan serta patung-patung. Kebanyakan memang anak seni rupa IKIP Karang Malang yang kost di situ.
Joe berbagi kamar dengan Doni teman seangkatan-nya yang dikenal Seti juga karena sama-sama dari Purwokerto.
Singgah sejenak ke kamar Joe dan Doni. Seti larut dalam pernak pernik benda seni yang ada di dalamnya. Mengingatkannya pada studio di rumah Jengki.
...----------------...
Dari Demangan si Denok menyusur jalan Solo lalu berbelok ke arah jalan Timoho mencari jalan ke arah Parang Tritis.
Berputar-putar tanya sana sini. Akhirnya ketemu juga jalan Parangtritis yang masih gelap karena jalan ring road Selatan yang masih dibangun. Lalu sampailah ke sebuah rumah berhalaman luas di Mantrijeron.
Kost putri itu tampak sepi saat Seti memencet bel yang ada di pintu gerbang yang tertutup. Suara intercom yang terdengar mengagetkan Seti dan Joe.
"Eh gimana jawabnya Joe ?"
"Aku juga baru tahu ada alat ini," jawab Joe yang juga tampak kebingungan.
Cukup lama pencet memencet bel yang dilakukan Seti dan Joe, sampai akhirnya pintu rumah itu terbuka. Perempuan gemuk yang muncul memelototi keduanya.
"Kalau ditanya cari siapa jawab dong !!!" Bentak perempuan itu sengit.
"Cari Asri dari Purwokerto mbak." Jawab Joe lirih. Agak ngeri juga dia dengan tatapan perempuan di depannya.
"Maksudnya ... pencet tombol merah itu sambil jawab." Masih dengan nada ketus, perempuan itu menjawab sambil menunjuk tombol merah yang ada di sebelah bel.
Meminta maaf atas ketidaktahuannya, Seti menjelaskan kedatangannya. Perempuan itu menyuruh Seti dan Joe duduk di teras depan yang memanjang. Omelannya masih terdengar jelas saat berbalik masuk sambil menutup pintu.
Joe terkekeh setelah perempuan itu menghilang. "Semprul... belum apa-apa dah kena kartu kuning." Gerutunya.
Seti ikut terkekeh mendengar gerutuan Joe.
...----------------...
Pintu masuk yang terbuka lagi melegakan Seti setelah melihat Asri yang keluar.
Asri terlihat berbeda. Tampak semakin cantik dengan rambut panjangnya yang sudah dipotong pendek.
Leher jenjangnya yang putih bersih terlihat jelas, semakin membuat Seti dan Joe tak mau mengalihkan pandangannya dari bocah perempuan langsat yang tersenyum di depan mereka.
"Duh kemana rambut panjangmu As ?" Joe tak tahan mengomentari dandanan rambut Asri.
"Hihihi... Malas pasang pita saat Ospek kemarin. Kupotong pendek saja biar gak ribet," Asri tertawa menjawab sapaan Joe.
"Tapi aku lebih suka model rambutmu yang sekarang loh... Makin cantik kayak Demi Moore." Joe meneruskan pujiannya.
Seti membenarkan kata-kata Joe, lalu tatapannya beradu dengan Asri yang berpaling ke arahnya.
"Ah rambutmu kemana Set ?" Tanya Asri yang kini terlihat heran dengan penampilan baru Seti dengan rambut yang terlihat pendek. "Kucirmu hilang juga ?" Lanjutnya lagi masih dengan nada yang sama.
Seti hanya senyam senyum saja. Pandangannya masih mengagumi penampilan baru Asri yang semakin membuat hati kecilnya menyesali kebodohannya tidak mengunjunginya setelah di Jogja.
"Ditanya Demi Moore kok malah senyam senyum," Joe menabok kepala Seti akrab.
"Hehehe... iya As. Kena Ospek kemarin," ada kehati-hatian jawaban Seti. Rasa bersalah mengabaikan Asri selama ini mengisi rongga hati kecilnya.
"Tapi kamu jadi kelihatan semakin segar Set..." Nada memuji keluar dari bibir basah Asri.
Gelang perak di tangan kiri Asri sekilas terlihat oleh Seti, saat Asri mengambil bantal duduk untuk menutupi lututnya yang terbuka di hadapan dirinya dan Joe.
Toh rok span sebatas lutut itu tetap saja memperlihatkan betis telanjang indah Asri yang memakai sendal japit. Menggoda kelelakian Seti dan Joe untuk tak beringsut sesekali mencuri pandang.
"Kapan ya filem Ghost diputar di Jogja. Kayaknya seru tuh filemnya," lanjut Asri lagi.
"Ghost tuh mak-mak gemuk yang marah-marah tadi As ..." Joe menyela. Teringat omelan perempuan gemuk tadi.
"Oh mbak Yem ... hihihi.. kalian kena semprot ya ?" Asri tertawa.
"Iya As... gara-gara Joe gak paham intercom ahahaha," jawab Seti.
"Mbak Yem baik loh... cuma kalau ada tamu ditanya cari siapa lewat intercom gak jawab pasti ngamuk. Apalagi kalau jam sembilan malam masih ada tamu laki-laki yang bertamu. Pasti diusirnya... hihihi..." Asri mulai dengan cerita tentang suasana kost-nya.
Bertukar cerita baru tentang Jogja saling terucap dari ketiganya. Seti, Joe, dan Asri menikmati malam pertama kebersamaan-nya setelah kuliah.
Ada dua jam perbincangan mereka mengalir akrab di rumah kost Mantrijeron. Kuatir mbak Yem tersinggung lagi dan melabrak lagi, Seti dan Joe pamit setelah berjanji saling berkunjung jika ada waktu senggang.
Asri melepas Seti dan Joe dengan senyum yang menawan. Ada rasa bangga di hatinya melihat tatapan terpesona Seti kepada dirinya dari atas jok si Denok ...
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Teteh Lia
semangat Kaka 💪
2023-11-16
0
Nikfyni
saya hadir Thor, bagus banget tulisan nya
2023-08-18
1
Mba Karin
saya hadir Thor🥰, tulisan mu bagus,dan saya suka,, tdk CEO an😆🤭🤭
2022-11-20
2