3. Teman Baru Jogja

Rumah kost Samirono masih dengan kesibukan masing-masing penghuninya. Di kamar paling ujung Seti sedang sibuk dengan pensil warnanya menyelesaikan tugas Kristalografi yang rumit. Saat Dibyo anak Satra Jawa UGM yang kost di kamar tengah melongok ke dalam kamar Seti.

Dibyo sudah Semester Tiga. Asalnya dari Tanjungsari Gunung Kidul. Bapaknya Kades di sana. Perawakannya gemuk dan mudah bergaul. Tidak mau dipanggil mas oleh Seti. Dibyo lebih senang dipanggil Dib jika Seti memanggilnya. Katanya sih biar bertambah akrab saja.

"Ngopo Dib ngintip-ngintip," Seti tersenyum melihat kepala Dibyo yang diliriknya terlihat bolak balik nongol di gawang pintu.

"Hehehe ... Lembur terus anak teknik ini," ucap Dibyo sambil masuk, lalu berdiri di belakang Seti yang masih sibuk menggambar. Mata Dibyo memperhatikan coretan buku praktikum Seti.

"Buat kopi sendiri Dib ..., kalau mau , ada mie tuh di lemari," kata Seti tanpa menghiraukan Dibyo yang masih saja berdiri memperhatikan dari arah belakang duduknya.

"Wah suwun Set," jawab Dibyo yang tanpa disuruh Seti-pun pasti akan membuat kopi atau mencari makanan.

Seti tahu jika Dibyo masuk ke kamarnya pasti untuk mencari kopi atau makanan setelah blusukan ke kamar Muji teman kost yang lain di kamar paling ujung.

Uang saku Dibyo yang hanya cukup untuk satu minggu kadang sudah habis di hari Kamis atau Jum'at. Tersisa hanya untuk pulang ke Kampungnya setelah kuliah di hari Sabtu.

"Kamu buat kopi juga Set ?" Tanya Dibyo disela suara dentingan adukan sendok  dan gelas kopi yang sedang dibuatnya.

"Ini saja masih ... Tuh ada mie goreng di lemari. Tadi dikasih mbah Jum." Jawab Seti.

Membuka lemari, Dibyo mengambil sepiring penuh mie goreng yang ditunjukkan Seti.

"Beneran nih kuhabiskan ?" Dibyo masih ragu dengan tawaran Seti. Mie goreng dalam piring yang dikeluarkannya kelihatan cukup untuk dimakan berdua.

"Makanlah saja. Lagipula kalau sudah malam aku malas makan besar. Eneg perutku," jawab Seti.

"Mbah Jum kok eman bener sama kamu Set," tanya Dibyo lagi. Mie di dalam piring mulai disendoknya.

"Ah sama kalian juga eman lah. Tinggal bagaimana saja kita membawa diri," jawab Seti. "Eh si Muji lagi ngapain Dib ? Kayaknya ramai benar kamarnya dengan suara ketikan." lanjut Seti menanyakan Muji tetangga kamar Dibyo.

"Biasa anak Sastra Inggris... Tugas terjemahan... hahaha..." Jawab Dibyo sambil tertawa.

Tingkah Muji tetangga kost Seti di kamar paling ujung mirip lucunya seperti Dibyo. Hanya perawakannya ceking dan kulitnya hitam legam. Asalnya dari Wates. Bapaknya petani biasa. Muji kuliah di Sastra Inggris IKIP Sanata Dharma. Sudah semester tujuh.

Sama seperti Dibyo. Muji lebih suka dipanggil Ji, jika Seti menyebut namanya.

"Panggil dia Dib. Bagi mie-nya kalau dia mau. Ada peyek  juga tuh buat teman mengetiknya," tunjuk Seti ke arah toples di atas lemari yang penuh peyek kacang hijau pemberian Ibu.

Tak membantah. Dibyo berdiri, beranjak menuju kamar Muji sambil membawa piring mie di tangannya.

Seti tertawa geli memperhatikan Dibyo yang terlihat kelaparan. Dari cerita Dibyo. Walaupun Bapaknya Kades, tapi namanya tinggal di sekitaran Tepus Gunung Kidul jika musim kemarau panjang semua yang ada di sana akan susah. Tidak ada yang bisa ditanam.

Tak heran kemarau ini uang saku Dibyo sangat pas-pasan buat satu minggu saja. Jika ada tugas yang harus difoto kopi. Sudah pasti uangnya tak akan cukup sampai hari Sabtu.

Jika besok Sabtu tak ada janji ke tempat Asri, sebenarnya Seti berniat mengantar Dibyo pulang ke kampungnya.         

...----------------...

"Ngopo dab ?" Suara Muji dari pintu kamar mengejutkan Seti yang sedang menyeruput kopinya. Tangan Muji memegang piring berisi mie. Tampaknya Dibyo berbagi mie dengannya.

Seti terbahak melihat Muji yang hanya memakai kolor. Badan kerempengnya menontonkan tulang dadanya yang menonjol tanpa baju. Tangannya sibuk menyuapkan mie goreng ke mulut.

"Tuh peyek di toples buat cagak ngantuk,"

"Wah kamu baik banget Set ... Suwun."  Muji masuk ke kamar Seti. Mengambil peyek yang ada di toples, mengunyahnya bersama mie yang asik disuapkan dengan tangan telanjangnya. 

Dibyo menyusul masuk beberapa saat kemudian. Mie gorengnya sudah habis lebih dahulu. Tangannya membawa Piring dan sendok yang sudah dicuci bersih kemudian meletakkan-nya di rak sebelah lemari, lalu mengambil kopi yang tadi dibuatnya.

"Kopiku endi Dib ?" Protes Muji melihat Seti dan Dibyo yang masing-masing menyanding kopi. Potongan peyek yang dikunyahnya hampir terloncat dari mulutnya.

"Tak pikir kamu kepanasan, kok malah minta ngopi," Dibyo terkekeh. Tapi tetap saja diambilnya gelas. Lalu menyeduhkan kopi buat Muji.

"Tadi memang sumuk Dib ... Njeblug kepalaku mengartikan puisinya Shakespeare. Lah wong puisinya Rendra saja bikin mumet. Apalagi ini puisi Inggris kuno. Dapat C saja sudah untung besok." Keluh Muji.

Seti dan Dibyo tertawa mendengar keluhan Muji. Cerita tugas terjemahan anak sastra inggris menghibur kerumitan  tugas Kristalografi-nya.

Meletakkan pensil warna, Seti lalu duduk di lantai menyebelahi Dibyo dan Muji untuk bergabung mengobrol sebentar dengan mereka.

Tentu saja obrolan itu tidak jauh dari obrolan anak kost yang selain harus memikirkan materi kuliah juga harus memikirkan uang saku yang terbatas.

Muji meletakkan piring kosong setelah menghabiskan isinya di luar kamar. Berniat mencucinya nanti. Mengambil peyek lagi dan mendekatkan kopi yang dibuatkan Dibyo.

Cukup lama ketiganya berbalas cerita. Jika Muji mengeluhkan tugas terjemahan-nya, Dibyo mengeluhkan uang saku-nya yang selalu tak cukup di obrolan tadi.

Sama seperti Seti. Dibyo menghindari berhutang. Walau berkali-kali mbah Jum menyuruhnya makan saja dulu di warungnya, Dibyo sungkan untuk menerima tawaran mbah Jum.

Untungnya bekal camilan dari Ibu yang dibawa Seti setiap pulang akhir bulan ke rumah joglo di Purwokerto selalu ada dan disisihkan buat Dibyo oleh Seti.

Belum lagi kalau mbah Jum memberikan jajan atau panganan sisa jualan kepada Seti yang pasti juga disisihkan Seti untuk Dibyo.

Itulah yang selalu dicari Dibyo jika kehabisan uang makan, sekedar untuk mengganjal perut dan membuat dirinya tidak perlu berhutang untuk makan.

Karena keterbatasan Dibyo itu membuat Seti sangat berhasrat untuk menemani Dibyo pulang akhir pekan ke Gunung Kidul. Ingin tahu cerita Dibyo lebih banyak ... Terutama tentang cerita bunuh diri di Tepus jika gagal panen karena diserang hama dan kemarau panjang.

Kata Dibyo segala macam hama ada di Tepus. Dari belalang, burung betet, sampai wereng.

Belum lagi cerita tentang ikan pari Manta yang sebesar perahu di pantai Kukup. Atau pohon Drini di pulau Drini yang tidak boleh sembarangan dibawa menyeberang semakin membuat Seti bertambah ingin tahu tentang kampung Dibyo lebih dekat.

Tapi Sabtu besok Seti sudah terlanjur berjanji untuk mengunjungi Asri. Mungkin minggu depan baru kesampaian niatnya ke kampung Dibyo.

Merasa cukup mengganggu Seti yang sedang menyelesaikan tugas kuliahnya, Dibyo dan Muji berpamitan masuk ke kamarnya masing-masing.

...----------------...

Jam satu malam Seti menyelesaikan tugas praktikum-nya.  Merapikan meja belajarnya. Mematikan lampu kamar, menyalakan lampu tidur dan beringsut ke kasur busanya merebahkan badan.

Suara ketikan di kamar Muji masih terdengar sampai kamar Seti. Dari kamar Dibyo yang gelap, terdengar sayup-sayup suara pelan siaran wayang dari radio Dibyo.

Kelihatannya Dibyo sudah tertidur. Ada setengah jam dia tadi mengobrol bersama Seti dan Muji sebelum mencuci semua gelas kopi dan pamit ke kamarnya.

Janji ke kost Asri membuat mata Seti sulit terlelap. Memikirkan kata-kata apa yang akan disampaikannya besok. Dan alasan apa yang harus disampaikan ke mbak Yem jika Asri mengajaknya ke luar.

Seti paham, Asri pasti akan mengajaknya ke Alun-Alun Selatan. Penasaran dengan masangin, suatu ritual melewati beringin kembar di Alun-alun itu dengan mata tertutup. Yang kata orang-orang, jika siapapun berhasil melakukannya maka segala keinginannya akan terkabul.

Seti juga penasaran dengan ritual itu. Benar atau hanya mitos saja jika berhasil melakukan masangin kata Dibyo yang anak sastra Jawa tidak perlu diperdebatkan. Yang jelas kata Dibyo, tidak gampang melakukan masangin dengan mata tertutup.

Ah, malam minggu pertamanya bersama Asri di Jogja tak sabar dinantikan Seti.

 -----------------------

*Ngopo : kenapa dalam bahasa Jawa.

*Eman : sayang dalam bahasa Jawa.

*Dab : panggilan kepada laki-laki dalam bahasa gaul Jogja.

*Cagak ngantuk : mencegah kantuk dalam bahasa Jawa.

*Endi : mana dalam bahasa Jawa.

*Sumuk : gerah kepanasan dalam bahasa Jawa.

*Njeblug : meledak dalam bahasa Jawa.

*Mumet : pusing dalam bahasa Jawa.

Episodes
1 1. Jogja 1990
2 2. Cerita Baru Di Jogja
3 3. Teman Baru Jogja
4 4. Kedekatan di Jogja
5 5. Hangat Di Jogja
6 6. Lapak Malioboro
7 7. Melepas Jerat
8 8. Dari Tepus ke Banjarejo Tanjungsari
9 9. Dari Banjarejo ke Drini
10 10. Malioboro
11 11. Kost Mantrijeron
12 12. Ungkapan Rasa
13 13. Jakarta
14 14. Kesulitan Pertama
15 15. Pulang
16 16. Kesulitan Kedua
17 17. Lawan
18 18. Konsekuensi
19 19. Keluar Dari Kesulitan Pertama
20 20. Dari Jakarta Sampai Ke Jogja
21 21. Rumah Wirobrajan
22 22. Tentang Kejujuran
23 23. Tentang Cinta dan Kebencian
24 24. Persinggungan Lapak Malioboro dan Sanggar Seni Ancol
25 25. Tentang Kejujuran dan Kepercayaan
26 26. Sesuatu Yang Seharusnya Tak Perlu Diceritakan
27 27. Tentang Keterbukaan Hati
28 28. Kerinduan
29 29. Sebuah Lorong Waktu
30 30. Isi Hati
31 31. Tentang Suatu Masa
32 32. Kembali Ke Banjarejo
33 33. Dari Beringharjo Ke Pulau Drini
34 34. Jalinan Cerita Baru
35 35. Sanggar Taji
36 36. Awal Cobaan
37 37. Rangkaian Pertanda
38 38. Tentang Niatan
39 39. Tentang Cinta
40 40. Dari Baron Ke Drini
41 41. Noda Di Hari Minggu
42 42. Tentang Ruang Dan Waktu
43 43. Awal Sebuah Dendam
44 44. Naluri Dan Insting
45 45. Pelajaran Hidup Menjadi Dewasa
46 46. Jangan Mundur !
47 47. Perjalanan Selanjutnya
48 48. Awal Hari Baru
49 49. Harapan Baru
50 50. Kegundahan
51 51. Membuka Diri
52 52. Kembali Ke Wonosari
53 53. Awal Perlawanan
54 54. Singgah Di Rumah Banjarejo
55 55. Kedekatan Hati
56 56. Tentang Hati Yang Bersyukur
57 57. Sang Waktu Tak Pernah Kembali
58 58. Persinggungan Di Jogja
59 59. Rangkaian Awal Dilema
60 60. Rencana Pembalasan
61 61. Menjelang Pelepasan
62 62. Strategi Kawan dan Lawan
63 63. Tentang Cinta Dan Rencana Sesudahnya
64 64. Cerita Senja
65 65. Tentang Adab Dan Keberuntungan Pekerjaan
66 66. Kelegaan Perpisahan
67 67. Dunia Baru
68 68. Dari Kokap Ke Panjatan Kulon Progo
69 69. Penghujung 1998
70 70. Tanah Panjatan
71 71. Tentang Keinginan
72 72. Kedekatan Dan Perpisahan
73 Buat pengikut Seti dan Asri
Episodes

Updated 73 Episodes

1
1. Jogja 1990
2
2. Cerita Baru Di Jogja
3
3. Teman Baru Jogja
4
4. Kedekatan di Jogja
5
5. Hangat Di Jogja
6
6. Lapak Malioboro
7
7. Melepas Jerat
8
8. Dari Tepus ke Banjarejo Tanjungsari
9
9. Dari Banjarejo ke Drini
10
10. Malioboro
11
11. Kost Mantrijeron
12
12. Ungkapan Rasa
13
13. Jakarta
14
14. Kesulitan Pertama
15
15. Pulang
16
16. Kesulitan Kedua
17
17. Lawan
18
18. Konsekuensi
19
19. Keluar Dari Kesulitan Pertama
20
20. Dari Jakarta Sampai Ke Jogja
21
21. Rumah Wirobrajan
22
22. Tentang Kejujuran
23
23. Tentang Cinta dan Kebencian
24
24. Persinggungan Lapak Malioboro dan Sanggar Seni Ancol
25
25. Tentang Kejujuran dan Kepercayaan
26
26. Sesuatu Yang Seharusnya Tak Perlu Diceritakan
27
27. Tentang Keterbukaan Hati
28
28. Kerinduan
29
29. Sebuah Lorong Waktu
30
30. Isi Hati
31
31. Tentang Suatu Masa
32
32. Kembali Ke Banjarejo
33
33. Dari Beringharjo Ke Pulau Drini
34
34. Jalinan Cerita Baru
35
35. Sanggar Taji
36
36. Awal Cobaan
37
37. Rangkaian Pertanda
38
38. Tentang Niatan
39
39. Tentang Cinta
40
40. Dari Baron Ke Drini
41
41. Noda Di Hari Minggu
42
42. Tentang Ruang Dan Waktu
43
43. Awal Sebuah Dendam
44
44. Naluri Dan Insting
45
45. Pelajaran Hidup Menjadi Dewasa
46
46. Jangan Mundur !
47
47. Perjalanan Selanjutnya
48
48. Awal Hari Baru
49
49. Harapan Baru
50
50. Kegundahan
51
51. Membuka Diri
52
52. Kembali Ke Wonosari
53
53. Awal Perlawanan
54
54. Singgah Di Rumah Banjarejo
55
55. Kedekatan Hati
56
56. Tentang Hati Yang Bersyukur
57
57. Sang Waktu Tak Pernah Kembali
58
58. Persinggungan Di Jogja
59
59. Rangkaian Awal Dilema
60
60. Rencana Pembalasan
61
61. Menjelang Pelepasan
62
62. Strategi Kawan dan Lawan
63
63. Tentang Cinta Dan Rencana Sesudahnya
64
64. Cerita Senja
65
65. Tentang Adab Dan Keberuntungan Pekerjaan
66
66. Kelegaan Perpisahan
67
67. Dunia Baru
68
68. Dari Kokap Ke Panjatan Kulon Progo
69
69. Penghujung 1998
70
70. Tanah Panjatan
71
71. Tentang Keinginan
72
72. Kedekatan Dan Perpisahan
73
Buat pengikut Seti dan Asri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!