10. Malioboro

Sabtu petang Seti duduk di dingklik kecil menyebelahi Joe. Melupakan sejenak satu minggu yang sibuk dengan praktikum kampus dengan segala teori-teori text book.

Doni tak terlihat. Seharian di kost, sibuk memotong kulit, membuat pola baru untuk dompet yang akan dipasarkan.

Lapak  dua kali satu meter itu sibuk menggelar dagangan-nya di tepi Malioboro yang macet. Mobil, motor, becak, dan andong  tumpah memenuhi jalan yang tidak seberapa lebar itu. 

"Aku mau ke tempat Asri," Seti mendekatkan mulutnya ke  ke kuping Joe.

Kegaduhan Malioboro dengan suara promosi lagu-lagu keras dari masing-masing toko, suara teriakan asongan tiap lapak, dan adu urat menawar harga dari pembeli lapak  mengharuskan siapa saja yang bercakap untuk mendekat atau sedikit berteriak.

"Ajak Asri ke lapak Set." Joe sedikit berteriak.

"Coba nanti. Sudah dua minggu aku gak ke Mantrijeron." 

Joe mengiyakan. Seti lalu berdiri, berjalan menyeberang menghampiri si Denok  di parkiran depan hotel Natour Garuda.

Menengok ke langit yang sedikit berbintang. Awal penghujan yang sudah beberapa kali membasahi Jogja sempat membuat Seti ragu ke kost Mantrijeron yang lumayan jauh dari Malioboro.

Jika tadi turun hujan Seti berencana menghabiskan malam minggunya menemani Joe di lapak-nya. Kelihatannya langit bersahabat. Tak berlama-lama  si Denok melesat ke arah Mantrijeron.                             

...----------------...

Kost Mantrijeron terlihat sedikit ramai. Sepasang laki-laki dan perempuan duduk bersebelahan  mengobrol di dekat pintu masuk. Sepasang yang lain agak tersembunyi saat Seti mendekat

"Seti mbak, mau ketemu Asri." Seti menjawab suara intercom yang menanyakan tujuan kedatangannya.

Perempuan yang sedang mengobrol di dekat pintu melirik sebentar ke arah Seti. Kelihatannya tertarik mendengar Seti menyebut nama Asri.

"Duduk dulu mas," kata perempuan itu ramah.

"Makasih mbak, saya tunggu di motor saja." Seti berdiri menjauh. Sungkan mengganggu percakapan tiap-tiap pasangan itu. Selain belum mengenal semua penghuni kost Mantrijeron.

Perempuan yang menawarkan Seti duduk tadi mengalihkan obrolannya lagi dengan laki-laki di sampingnya setelah Seti menjauh.

Menengok kanan kiri sebentar di teras, Asri tersenyum tipis melihat Seti yang dicarinya melambai dari halaman.

"Siapa tuh As," nada menggoda keluar dari perempuan dekat pintu tadi saat Asri berjalan mendekati Seti.

"Teman mbak," Asri tersipu malu menjauh, mendekat ke arah Seti.

Berdiri berhadapan, senyum dan riasan sederhana Asri menggoda Seti merapat lebih dekat, lalu menyalaminya.

 "Ngobrol di luar saja yuk As, kalau kamu mau." Seti  merasa tak enak Asri berdiri berlama di halaman.

"Sebentar aku ambil dompet dan sepatu  dulu." tak menolak ajakan Seti, Asri berbalik ke dalam kost Mantrijeron mengambil dompet dan sepatu di kamarnya. Ada suara godaan terlontar  ke arah Asri saat  ke luar lagi menghampiri Seti.

Berpamitan ke arah perempuan yang tadi menggoda Asri. Seti membuka perkenalan dirinya sebelum meninggalkan kost Mantrijeron bersama Asri.

...----------------...

"Ke mana kita ?" tanya Asri di tengah laju si Denok.

"Malioboro."

"Aku belum pernah ke sana." suara Asri terdengar senang, mendengar Seti mengajaknya ke Malioboro.

"Ada tempat enak di sana buat ngobrol," Seti masih menyembunyikan tentang lapak Joe. Ingin memberi kejutan kepada Asri.

"Angkringan ?"Asri penasaran. Tertawa kecil mencoba menerka.

"Bukanlah. Tempat nongkrong biasa aja. Lihat orang lalu lalang. Siapa tahu ketemu teman Purwokerto kita,"

"Kupikir angkringan," Asri tertawa lagi. Semakin penasaran.

"Kamu senang nongkrong di angkringan ?"

"Asal bareng kamu," 

"Nanti pulangnya kita ngangkring lagi di tempat kemarin."

Percakapan di atas si Denok terhenti. Kemacetan mulai terasa memasuki Kotabaru. Hati-hati Seti mencari jalan ke arah Malioboro.                               

...----------------...

Menyeberangi Malioboro, menengok ke arah Utara sambil melambaikan tangan kanan meminta jalan ke arah motor dan mobil yang melintas, tangan kiri Seti erat menggandeng tangan Asri. 

"Kenal dia As ?" tunjuk Seti ke arah lapak yang terlihat ramai di depannya setelah menyeberang.

Mengikuti tangan Seti yang menunjuk seseorang. Asri bergumam, "Itu Joe kan ?" masih sedikit ragu, dia mencoba menerka sosok yang ditunjuk Seti.

"Yups, diam-diam saja kita mendekat." 

Joe menoleh ke arah seseorang yang menepuk pundaknya. "Asriiiiii ...," serunya girang. "Duduklah," tangannya menyorongkan  dingklik ke arah Asri tak lama setelah keterkejutannya hilang. Tak menyangka Seti benar-benar mengajak Asri ke lapak-nya.

"Wah jadi juragan sekarang." goda Asri ke arah Joe. Pandangan matanya berkeliling menatap sekitar lapak.

"Cuma bantu teman." kata Joe yang  sudah duduk menyebelahi Asri.

"Seti mana Joe ?" tanya Asri menyadari Seti yang tiba-tiba saja tidak ada di antara mereka.

"Paling lagi beli minum. Bentar lagi juga nongol." jawab Joe. Paham dengan kebiasaan Seti.                 

...----------------...

Seti muncul di tengah percakapan Asri dan Joe tentang Jogja, kost dan kampus masing-masing. Tiga cup coklat panas dan sekotak bakpia yang ditentengnya diletakkan di meja kecil sudut lapak. 

"Minum As. Maaf tadi banyak orang waktu aku pergi membelinya." kata Seti.

"Kupikir kamu kemana." tangan Asri mengambil satu cup coklat panas yang diulurkan Seti ke arahnya. Mencicip isinya sedikit. Kelegaan terlihat di wajah Asri yang tersorot lampu jalan. Merasa senang Seti sudah ada di sampingnya lagi.

Joe berdiri, membiarkan Seti mengambil duduknya lalu kembali berteriak-teriak  merayu pembeli yang melintas.

Lapak Joe kelihatan lumayan ramai malam itu. Senyum yang lebar dan teriakan Joe kelihatannya memikat pengunjung. Satu dua orang menghampiri.

Mendekati jam delapan malam, trotoar Malioboro semakin meriah.  Sebelah Timur warung lesehan dengan suara jrang jreng  gitar pengamen jalanan yang mengantri mencari receh. Di Barat dengan teriakan masing-masing lapak dagangan khas Jogja.

Tertarik cara Joe merayu pembeli, Asri  berdiri mendekat. Iseng ikut menawarkan gelang dan kalung monel lapak itu.

Tak menyangka akan ada yang menanggapi. Asri sedikit canggung saat beberapa pelancong laki-laki tertarik dan berhenti mengamati pernak pernik yang ditawarkannya. Mungkin juga sekedar ingin mengamati  kecantikan Asri dari dekat.

Joe dan Seti yang sedang memoles dompet tertawa senang melihat Asri tersenyum memamerkan selembar sepuluh ribuan keberhasilannya menjual dua kalung monel.

"Cocok kamu jadi SPG lapak ini As," goda Joe. "Minta gaji berapa ?" ujarnya lagi sambil terkekeh.

"Gombaaal ..." seru  Asri masih tersenyum riang, menyerahkan uang tadi ke Joe. Duduk lagi menyebelahi Seti yang masih asik memoles dompet dagangan.

"Bakat juga kamu berdagang." Seti menyanjung Asri.

"Kebetulan saja. Mungkin rejeki Joe juga." Asri melongok ke arah kardus di depan Seti. Ingin tahu dompet-dompet kulit motif etnik yang terlihat cantik bertumpuk di dalamnya.

"Aku ingin tahu kost-mu," Asri mengalihkan topik. Penasaran di mana Seti tinggal.

"Sekarang ?" Seti sedikit terperanjat. Tak menyangka akan ada pertanyaan itu dari Asri.

"Menurutmu ?"

"Jangan sekarang. Sudah terlalu malam. Besok pagi saja bagaimana. Kita mancing di Timoho. Kalau dapat, kita masak di kost-ku. Sekalian kukenalkan dengan teman dan yang punya kost."

"Janji loh." 

"Iya pasti. Jam sembilan pagi kujemput."

Mengangguk, Asri menghabiskan isi cup coklat yang sudah mendingin. Wajahnya terlihat semakin berbinar menikmati sensasi malam minggu Malioboro.

Seti meletakkan dompet-dompet yang sudah selesai dipolesnya ke rak dagangan Joe. Menyapunya dengan kemoceng bulu ayam memastikan tak ada debu yang melekat.

Joe menanyakan jam ke arah Seti. Keasikan dan keriangan lapak melupakan waktu. Teringat kost Mantrijeron, Seti berpaling ke arah Asri. "Sebaiknya aku antar kamu balik dulu As. Jangan sampai aku kena semprot mbak Yem lagi." kata Seti setelah melihat jam di arlojinya.

"Tapi masih sempat mampir ke angkringan  kemarin kan?" Asri berdiri dari duduknya. Menyadari waktu yang diingatkan Seti.

" Hahaha... ayo kalau itu mau-mu." Set bergegas berdiri. Berteriak pamit ke Joe yang lalu mendekat.

Melihat Joe menyelipkan selembar lima ribuan ke saku Seti, kedekatan mereka semakin dimengerti Asri. 

Kesenangan itu tidak harus melulu tentang apa yang didapat, tetapi lebih ke cara mendapatkan dan membaginya. Di Malioboro Asri mendapatkan kesenangan pertamanya. 

Asri menggenggam erat tangan Seti saat meninggalkan lapak Joe yang mengawasi dari belakang. Ada kepuasan di hatinya tentang persinggahan pertamanya di Malioboro bersama Seti dan Joe.                          

...----------------...

Jam sembilan kurang seperempat Seti dan Asri sampai di kost Mantrijeron. Untungnya tadi tidak berlama-lama di angkringan. Hanya memesan teh jahe dan empat iris ketan bakar.

Sedikit memaksa, Asri mengajak Seti duduk menemaninya sebentar di teras "Terimakasih Set. Aku senang di lapak Joe tadi. Nanti kalau pas balik dari Purwokerto aku pasti mampir lagi. Tinggal jalan kaki dari stasiun."

"Sama-sama."

"Kost-mu berapa orang Set ?" lanjut Asri. Masih penasaran Ingin tahu lagi tentang kost Seti.

"Cuma tiga kamar. Kost sederhana tapi enak buat belajar."

"Galak tidak yang punya kost ?"

"Emangnya kost-mu ... Ada mbak Yem," Seti tertawa."Baik kok yang punya kost. Besok kan kamu tahu."

Asri tertawa  mendengar Seti menyebut mbak Yem. Keduanya tergelak.                  

 -----------------

*Andong : pedati beroda empat yang ditarik dua ekor kuda.

*Gombal : kain usang dalam bahasa Jawa.

Episodes
1 1. Jogja 1990
2 2. Cerita Baru Di Jogja
3 3. Teman Baru Jogja
4 4. Kedekatan di Jogja
5 5. Hangat Di Jogja
6 6. Lapak Malioboro
7 7. Melepas Jerat
8 8. Dari Tepus ke Banjarejo Tanjungsari
9 9. Dari Banjarejo ke Drini
10 10. Malioboro
11 11. Kost Mantrijeron
12 12. Ungkapan Rasa
13 13. Jakarta
14 14. Kesulitan Pertama
15 15. Pulang
16 16. Kesulitan Kedua
17 17. Lawan
18 18. Konsekuensi
19 19. Keluar Dari Kesulitan Pertama
20 20. Dari Jakarta Sampai Ke Jogja
21 21. Rumah Wirobrajan
22 22. Tentang Kejujuran
23 23. Tentang Cinta dan Kebencian
24 24. Persinggungan Lapak Malioboro dan Sanggar Seni Ancol
25 25. Tentang Kejujuran dan Kepercayaan
26 26. Sesuatu Yang Seharusnya Tak Perlu Diceritakan
27 27. Tentang Keterbukaan Hati
28 28. Kerinduan
29 29. Sebuah Lorong Waktu
30 30. Isi Hati
31 31. Tentang Suatu Masa
32 32. Kembali Ke Banjarejo
33 33. Dari Beringharjo Ke Pulau Drini
34 34. Jalinan Cerita Baru
35 35. Sanggar Taji
36 36. Awal Cobaan
37 37. Rangkaian Pertanda
38 38. Tentang Niatan
39 39. Tentang Cinta
40 40. Dari Baron Ke Drini
41 41. Noda Di Hari Minggu
42 42. Tentang Ruang Dan Waktu
43 43. Awal Sebuah Dendam
44 44. Naluri Dan Insting
45 45. Pelajaran Hidup Menjadi Dewasa
46 46. Jangan Mundur !
47 47. Perjalanan Selanjutnya
48 48. Awal Hari Baru
49 49. Harapan Baru
50 50. Kegundahan
51 51. Membuka Diri
52 52. Kembali Ke Wonosari
53 53. Awal Perlawanan
54 54. Singgah Di Rumah Banjarejo
55 55. Kedekatan Hati
56 56. Tentang Hati Yang Bersyukur
57 57. Sang Waktu Tak Pernah Kembali
58 58. Persinggungan Di Jogja
59 59. Rangkaian Awal Dilema
60 60. Rencana Pembalasan
61 61. Menjelang Pelepasan
62 62. Strategi Kawan dan Lawan
63 63. Tentang Cinta Dan Rencana Sesudahnya
64 64. Cerita Senja
65 65. Tentang Adab Dan Keberuntungan Pekerjaan
66 66. Kelegaan Perpisahan
67 67. Dunia Baru
68 68. Dari Kokap Ke Panjatan Kulon Progo
69 69. Penghujung 1998
70 70. Tanah Panjatan
71 71. Tentang Keinginan
72 72. Kedekatan Dan Perpisahan
73 Buat pengikut Seti dan Asri
Episodes

Updated 73 Episodes

1
1. Jogja 1990
2
2. Cerita Baru Di Jogja
3
3. Teman Baru Jogja
4
4. Kedekatan di Jogja
5
5. Hangat Di Jogja
6
6. Lapak Malioboro
7
7. Melepas Jerat
8
8. Dari Tepus ke Banjarejo Tanjungsari
9
9. Dari Banjarejo ke Drini
10
10. Malioboro
11
11. Kost Mantrijeron
12
12. Ungkapan Rasa
13
13. Jakarta
14
14. Kesulitan Pertama
15
15. Pulang
16
16. Kesulitan Kedua
17
17. Lawan
18
18. Konsekuensi
19
19. Keluar Dari Kesulitan Pertama
20
20. Dari Jakarta Sampai Ke Jogja
21
21. Rumah Wirobrajan
22
22. Tentang Kejujuran
23
23. Tentang Cinta dan Kebencian
24
24. Persinggungan Lapak Malioboro dan Sanggar Seni Ancol
25
25. Tentang Kejujuran dan Kepercayaan
26
26. Sesuatu Yang Seharusnya Tak Perlu Diceritakan
27
27. Tentang Keterbukaan Hati
28
28. Kerinduan
29
29. Sebuah Lorong Waktu
30
30. Isi Hati
31
31. Tentang Suatu Masa
32
32. Kembali Ke Banjarejo
33
33. Dari Beringharjo Ke Pulau Drini
34
34. Jalinan Cerita Baru
35
35. Sanggar Taji
36
36. Awal Cobaan
37
37. Rangkaian Pertanda
38
38. Tentang Niatan
39
39. Tentang Cinta
40
40. Dari Baron Ke Drini
41
41. Noda Di Hari Minggu
42
42. Tentang Ruang Dan Waktu
43
43. Awal Sebuah Dendam
44
44. Naluri Dan Insting
45
45. Pelajaran Hidup Menjadi Dewasa
46
46. Jangan Mundur !
47
47. Perjalanan Selanjutnya
48
48. Awal Hari Baru
49
49. Harapan Baru
50
50. Kegundahan
51
51. Membuka Diri
52
52. Kembali Ke Wonosari
53
53. Awal Perlawanan
54
54. Singgah Di Rumah Banjarejo
55
55. Kedekatan Hati
56
56. Tentang Hati Yang Bersyukur
57
57. Sang Waktu Tak Pernah Kembali
58
58. Persinggungan Di Jogja
59
59. Rangkaian Awal Dilema
60
60. Rencana Pembalasan
61
61. Menjelang Pelepasan
62
62. Strategi Kawan dan Lawan
63
63. Tentang Cinta Dan Rencana Sesudahnya
64
64. Cerita Senja
65
65. Tentang Adab Dan Keberuntungan Pekerjaan
66
66. Kelegaan Perpisahan
67
67. Dunia Baru
68
68. Dari Kokap Ke Panjatan Kulon Progo
69
69. Penghujung 1998
70
70. Tanah Panjatan
71
71. Tentang Keinginan
72
72. Kedekatan Dan Perpisahan
73
Buat pengikut Seti dan Asri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!