Silvia membulatkan bola matanya menatap lantai dua dimana kamar Damien berada, dia yang masih berdiri di dalam lift menatap suasana kamar yang terlihat gelap dengan lampu kelap-kelip layaknya di dalam diskotik, tidak lupa suara music DJ yang terdengar nyaring memekikkan telinga, membuat Via mengerutkan keningnya seketika.
''Ini apa Damien? kamu lagi ngadain pesta?'' tanya Silvia masih berdiri di sana.
''Buruan keluar, katanya mau tidur di kamar aku,'' ledek Damien berharap bahwa Silvia akan mengurungkan niatnya.
''Eu ... Aku gak tau kalau kamu lagi berpesta kayak gini. Hmm ... Jangan-jangan kamu sengaja ya ngadain pesta di sini karena Om sama Tante lagi gak ada?''
''Udah jangan banyak nanya, kalau mau di sini buruan keluar, kalau nggak, silahkan turun lagi.''
Silvia terdiam sejenak, menatap teman-teman Damien yang berjumlah lebih dari lima orang dan semuanya berjenis kelamin laki-laki di dalam sana. Mereka semua pun menatap Silvia dengan tatapan heran dan senyum yang mengembang dari bibir mereka masing-masing, karena mereka berfikir bahwa, akhirnya ada perempuan cantik yang akan bergabung dengan mereka di sana.
''Dia sapa, Dam?'' tanya salah seorang pria berjalan mendekat ke arah lift.
''Tante aku,'' jawab Damien datar.
''Hah ... Apa, Tante? Ha ... ha ... ha ...! jangan bercanda, masa gadis muda dan cantik ini Tante kamu? jangan ngarang ya,'' jawab pria tersebut tidak percaya, matanya kini menatap wajah Silvia dengan tatapan menggoda.
''Gak salah ko, emang aku tantenya si songong ini.'' Silvia keluar dalam lift juga akhirnya.
''Serius? kamu cantik kayak gini di panggil Tante?''
''Ya tapi gak di panggil Tante juga kali, aku beneran Tantenya dia, dan dia itu ponakan aku yang nakal. Hey ... Ponakan nakal aku aduin ya sama Om Daniel bahwa diam-diam kamu bikin pesta di rumah ini,'' ketus Silvia menatap wajah Damien tajam.
''Aduin aja, aku gak takut. Papi gak bakalan percaya sama kamu,'' jawab Damien menantang.
''Oke, kita lihat aja nanti, semua pasilitas yang kamu pakai sekarang bakalan di cabut sama Om Daniel.''
''Eh, tapi jangan dong, jangan diaduin, aku cuma iseng aja ko, lagian ini bukan pesta juga, mereka semua cuma lagi iseng nginep di sini aja, soalnya 'kan sekarang malam Minggu,'' rengek Damien sedikit memohon.
''Udah-udah, berdebat'nya nanti lagi ya. Sekarang kita kenalan dulu, kenalin nama saya Aldo,'' pemuda bernama Aldo itu pun mengulurkan tangannya.
''Hmm ... Aku Silvia, panggil aja Via, oke ...?'' Silvia menerima uluran tangan Aldo seraya tersenyum.
''Dih, sama dia aja senyum-senyum, sama aku juteknya minta ampun, dasar cewek jadi-jadian,'' gerutu Damien kesal.
''Apa? kamu mau kenalan juga sama aku, kita 'kan udah saling kenal,'' celetuk Silvia mendengar gumaman Damien.
''Dih, siapa juga yang mau kenalan sama kamu, ogah banget. Udah deh, mendingan sekarang kamu turun, tidur di kamar kamu sendiri, emangnya kamu gak takut apa tidur di kelilingi laki-laki kayak gini.''
Seketika, Silvia pun menatap satu-persatu laki-laki yang berada di sana, bahkan sebagian dari mereka tertidur di lantai sementara yang lainnya menatap dirinya dengan tatapan me*um membuat Via merasa tidak nyaman dan merasa takut juga pada akhirnya.
''Udah kamu di sini aja, gak usah takut Via, ada aku yang bakalan lindungi kamu ko,'' pinta Aldo tersenyum manis.
''Nggak, mendingan aku naik ke kamar, siapa tau kalian nanti punya niat jahat, terus aku dikasih obat tidur, nanti kalian anu-anu aku lagi, ikh ... ngeri,'' jawab Via bergidik seram seraya mengangkat kedua bahunya.
''Ya makannya, buruan naik.'' Damien mendorong paksa tubuh Silvia dari arah belakang hingga gadis itu kembali masuk ke dalam lift.
''Iya-iya, gak usah di dorong juga kali, songong. Awas ya, aku bakal aduin kamu, weee ...'' ujar Silvia menjulurkan lidahnya, dan berdiri di dalam lift.
Tut ....
Seketika, lift pun mulai tertutup rapat, Via yang kini berdiri tepat di tengah-tengah lift pun nampak mengacungkan jari tengahnya tepat sebelum lift itu benar-benar tertutup rapat.
''Hiiih ... Dasar cewek jadi-jadian, awas ya kamu,'' teriak Damien menatap pintu lift yang kini telah tertutup rapat.
Aldo, salah satu sahabatnya nampak tersenyum seraya menatap pintu lift tersebut, baginya, gadis yang Damien sebut dengan panggilan wanita jadi-jadian itu sangatlah cantik dan juga manis, dan satu lagi yang membuat Aldo merasa tertarik dengan gadis tersebut, yaitu, gadis bernama Silvia itu terlihat polos dan juga ceplas-ceplos.
Damien yang menyadari ada yang aneh dengan senyuman yang mengembang dari bibir sahabatnya itu pun nampak menepuk punggung Aldo, membuat Aldo akhirnya menyudahi otaknya dalam memikirkan gadis yang baru saja di kenalnya itu.
''Kamu kenapa senyum-senyum sendiri, kayak orang gila aja si?'' tanya Damien menatap tajam wajah Aldo.
''Tante kamu cantik,'' jawab Aldo jujur.
''Dih, cewek kayak gitu dibilang cantik. Dia itu cewek jadi-jadian tau,'' celetuk Damien merasa kesal.
''Kamu punya nomor ponsel Silvia?''
''Buat apa?''
''Buat telpon dia 'lah, apa lagi.''
''Gak ada, dia gak punya ponsel,'' jawab Damien kesal lalu berlalu meninggalkan Aldo sendiri mematung di depan lift dengan pikiran yang masih melayang, memikirkan sosok Silvia.
Entah mengapa tiba-tiba saja hati Damien merasa kesal melihat Aldo seperti itu, Aldo bahkan terang-terangan terlihat tertarik dengan Silvia membuat hati Damien di dalam sana terasa panas membakar.
♥️♥️
Tut ....
Pintu lift seketika terbuka, Via yang memutuskan untuk naik ke lantai empat nampak mulai keluar dari dalam lift dengan mata yang menatap sekeliling kamar besar dan juga mewah yang saat ini sudah menjadi kamar miliknya.
Entah mengapa, hati seorang Silvia masih saja merasa hampa, ternyata, tinggal di rumah mewah tidak semata-mata membuat hatinya merasa bahagia.
Ya ....
Silvia memang senang akhirnya bisa merasakan tinggal di rumah mewah dan besar, dia juga senang karena memiliki banyak uang meski dia tidak pernah melihat pisik uang yang dia miliki.
Akan tetapi, semua itu seolah tidak ada artinya tanpa kehadiran sang ibu di sisinya membuat hati seorang Silvia terasa hampa tatkala mengingat sosok ibu yang saat ini tinggal sendirian di sana, di rumah lama miliknya, rumah kecil yang sangat sederhana.
Perlahan tapi pasti, Via pun mulai masuk lebih dalam lagi ruangan luas tersebut, matanya nampak menyisir setiap sudut ruangan itu dengan wajah datar dan bibir yang dikerucutkan.
Dia pun mulai masuk ke dalam kamar lalu hendak berbaring di atas ranjang, namun, tatapan matanya tiba-tiba saja tertuju pada sebuah kertas yang tergeletak sembarang di bawah meja hias.
''Duh, pelayan gimana si, beresin kamarnya gak bersih, masa masih ada sampah di sini,'' ucap Via meraih kertas tersebut.
''Apa ini?'' gumamnya lagi lalu membuka gulungan kertas dan membacanya.
♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
꧁❧❤️⃟Wᵃf ʜꙷɪᷧɑⷮɑͧтᷡʰᵉᵉʳᵅ❦꧂
aduin aja via biar damien kena marah papa mamanya
2022-09-25
0
༺❥ⁿᵃᵃꨄ۵᭄
yee eeleehh..!! bilang aja lu cemburu 😏😏
2022-09-24
0
☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩ𝐌ᴜᷞʀͧɴᷠᴀᷧ
pikirannya via ketemennya Damien bisa smpe segitunya..tapi bagus sih jadi waspada..
2022-09-24
1