Meninggalkan Silvia yang hendak ajak berbelanja oleh Damien, Dona kini nampak sedang kelabakan karena putri satu-satunya belum pulang dari sejak semalam padahal hari sudah mulai sore.
Dona sama sekali tidak menyangka kalau putrinya itu akan benar-benar pergi, dia memang sering mengatakan bahwa dia jengah dengan pekerjaan dirinya, tapi, Dona sama sekali tidak menyangka bahwa ucapan putrinya semalam benar-benar serius.
''Silvia, kamu dimana, Nak? Kenapa belum pulang juga,'' gumam Dona berjalan mondar-mandir di dalam rumahnya.
Kemudian, dia pun masuk ke dalam kamar putrinya itu, menatap sekeliling berharap akan mendapatkan petunjuk kemana Silvia pergi semalam. Dona nampak membuka lemari pakaian dan menatap isinya masih penuh dengan pakaian, bahkan tas yang biasa Via pakai untuk bepergian pun masih tersimpan rapi di atas lemari.
Pandangannya tertuju pada ponsel yang tergeletak begitu saja si atas ranjang. Dona pun meraih ponsel tersebut dan membaca isi pesan yang ada di dalamnya.
Scroll ....
Scroll ....
Tidak ada yang aneh dari pesan-pesan yang ada di kotak masuk, hanya beberapa pesan dari dirinya saja dan tidak ada pesan dari orang lain lagi, bahkan isi kontak di ponsel putrinya itu hanya berisi nama kontak dirinya, karena selama ini Silvia putrinya itu tidak memiliki teman sama sekali, dan Dona baru menyadari hal itu sekarang.
''Maafkan Mommy, Via. Kamu harus menjalani hidup seperti ini gara-gara Mommy. Gak ada satupun orang yang mau berteman dengan kamu karena kamu terkahir dari rahim seorang wanita penghibur, maafkan Mommy,'' lirih Dona dengan mata yang berkaca-kaca.
Selama ini, dia mengabaikan rengekan bahkan peringatan putrinya yang meminta dia untuk berhenti jadi wanita penghibur, karena dirinya tidak tau lagi harus mencari pekerjaan kemana sementara dia sama sekali tidak memiliki keahlian apapun, selain keahlian di atas ranjang.
Ada rasa sesak yang kini menghimpit dadanya, rasa yang membuat hatinya merasa sakit, karena kehidupan yang dia jalani saat ini benar-benar mengenaskan.
Silvia, putri satu-satunya kini pergi entah kemana, dan dia pun tidak tau harus mencari gadis cantiknya itu kemana.
Dona pun duduk di tepi ranjang, mengusap dadanya yang kini terasa semakin sesak, dengan buliran air mata yang mulai berjatuhan membasahi wajahnya. Di usianya yang hampir menginjakkan kepala empat kini, Dona sama sekali belum bisa merubah nasibnya, bahkan putrinya kini meninggalkan dirinya sendiri, di rumah sederhana ini, rumah yang telah dia huni lebih dari 20 tahun lamanya.
''Apa mungkin dia pergi ke kota?'' Gumam Dona mengusap wajahnya kasar.
''Sepertinya, aku harus mencari dia ke sana, karena selama ini Via selalu menanyakan keberadaan ayahnya. Ya Tuhan, aku gak mau kalau sampai Silvia bertemu dengan Om Richard, laki-laki yang sangat aku benci,'' gumamnya lagi.
Dona sama sekali tidak mengetahui bahwa, Richard, ayah kandung Silvia sudah lama tiada. Kebenciannya kepada laki-laki itu pun masih mendarah daging di hatinya dan Dona tidak ingin putrinya sampai tau siapa ayah kandungannya yang sebenarnya.
♥️♥️
''Tunggu, songong. Ini apa? apa aku bisa beli apapun dengan menggunakan ini?'' teriak Silvia berlari mengejar Damien yang saat ini berjalan ke arah garasi.
''Dasar bodoh,'' jawab Damien tersenyum menyeringai.
Kaki Via pun sampai di depan garasi, matanya kini membulat sempurna merasa terkejut dengan apa yang dia lihat di dalam garasi. Mobil mewah nampak berjejer di sana, bahkan jumlahnya lebih dari lima buah dengan warna dan ukuran yang berbeda.
''Waaaah ... Ini semua mobil siapa?'' tanya Via, berjalan lalu mengusap satu-persatu mobil mewah tersebut dengan bibir yang sedikit di buka.
''Mobil siapa lagi, ini semua mobil aku 'lah?'' jawab Damien dengan nada sombong, berdiri tepat di samping mobil berwarna merah.
''Heuh ... Sombong. Aku yakin ini mobil Om sama Tante, dan pastinya mobil aku juga, aku 'kan pemilik rumah ini, semua yang ada di rumah ini tentu saja milik aku 'kan?'' ketus Silvia, berjalan menghampiri.
''Jangan mimpi.''
Ceklek ....
Damien membuka pintu mobil lalu masuk ke dalamnya, sementara Silvia, dia masih mengusap dengan telapak tangannya, mobil yang akan dia naiki itu.
''Hey ... Buru naik, lagi apa si? nanti mobil aku lecet tau,'' teriak Damien membuka kaca mobil.
''Dasar songong, gak akan lecet juga kali kalau cuma di pegang kayak gini, kecuali kalau aku tendang kagak gini baru lecet, sombong amat si jadi cowok.''
Buk ....
Via menendang mobil tersebut dengan perasaan kesal.
''Wey ... jangan di tendang kayak gitu. Dasar cewek gila. Kalau gak naik juga, ya udah aku tinggal,'' teriak Damien mulai menyalakan mobil.
Mau tidak mau, akhirnya Via pun membuka pintu mobil lalu duduk di kursi penumpang di samping Damien. Mata gadis itu nampak kembali berbinar-binar, menatap isi mobil yang terlihat mewah dan juga tercium aroma wangi di dalamnya. Mulutnya pun sedikit di buka dengan tangan yang mengusap setiap jengkal isi di dalam mobil tersebut.
''Hey, jangan pegang-pegang, kampungan banget si?''
''Waaah ... ini kali pertamanya aku naik mobil bagus kayak gini? ini beneran mobil kamu?'' tanya Via tersenyum.
''Tentu saja, aku 'kan sudah bilang tadi.''
''Hmm ... Aku juga mau minta Om Daniel beliin mobil kayak gini akh.''
''Emangnya kamu bisa nyetir?''
Via menggelengkan kepalanya.
''Bisa dulu, baru beli. Gimana si?''
''Nanti bisa minta ajarin kamu, he ... he ... he ...'' celetuk Via sedikit cengengesan.
''Hah ... Minta ajarin aku? ogah banget,'' ketus Damien tersenyum menyeringai.
''Ish ... Dasar pelit.''
Perdebatan mereka pun tidak berhenti sampai disitu, keduanya terus saling beradu argumen yang sepertinya tidak penting untuk diperdebatkan, sampai akhirnya, mobil pun perlahan meninggalkan garasi dan melaju di halaman, namun, seketika, Damien tiba-tiba saja menghentikan laju mobilnya lalu menoleh ke arah Silvia.
''Sabuk pengamannya pake dulu,'' pinta Damien dengan tangan yang masih memegangi stir mobil.
''Sabuk pengaman? yang kayak gimana?'' jawab Via menatap sekitar kursi yang didudukinya.
''Astaga, kamu gak tau juga yang namanya sabuk pengaman?''
Silvia menggelengkan kepalanya masih dengan wajah cengengesan.
Perlahan tapi pasti, Damien mendekati Silvia kini, tangannya nampak meraih sabuk pengaman dan hendak melingkarkan'nya di tubuh Silvia. Posisi mereka pun sangat dekat, bahkan Via bisa melihat dengan jelas betapa tampannya wajah pemuda bernama Damien itu.
Matanya, hidungnya, bahkan pipi mulusnya terlihat begitu sempurna bagi seorang pria, terakhir pun dia menatap bibir pemuda itu yang terlihat berwarna merah menggoda.
'Ya Tuhan ... aku baru sadar ternyata dia tampan banget,' ( Batin Silvia dengan jantung yang berdetak kencang )
♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ❤️⃟Wᵃf ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Nidahiat
aturan sbg mommy udh lah tinggal in pekerjaan seperti itu kan msih banyak pekerjaan lain
2022-09-24
0
A_wulandary⚞ል☈⚟
penyesalan datangnya di akhir mommy Dona tp belum terlambat kok untuk bertaubat..
2022-09-24
0
ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊℘tׁׅᨮׁׅ֮
aku suka dengan PDnya silvia...tapi jgn terlalu PD nanti malu🙈🙈🙈
2022-09-24
0