''Lho, liftnya udah gak rusak?'' tanya Silvia menatap pintu lift yang seketika terbuka saat dia tekan tombolnya.
''Kata siapa lift ini rusak?''
''Lha, tadi itu apa?'' Silvia membulatkan bola matanya menatap wajah Damien.
''Apa ...? emang tadi liftnya rusak ko,'' ucap Damien menatap balik wajah Silvia.
''Ini apa? Tante sama Om bisa masuk ke sini? jangan-jangan tadi kamu bohong? sengaja biar aku bisa terjebak di kamar kamu ini, begitu?''
''Enak aja asal nuduh? yang ada aku risi kamu ada di sini.'' Jawab Damien tidak terima.
''Nyatanya, lift ini baik-baik aja 'kan? dasar tukang bohong.''
''Kalian ...? Astaga, masih aja bertengkar ya.'' Mika mengusap wajah kasar.
''Sudah-sudah, Damien, diam kamu. Silvia, cepat naik ke kamar kamu. Lama-lama Papi kunci juga kalian di gudang biar bisa bertengkar sepuasnya,'' Daniel geram.
Mendengar hal itu, Via pun langsung masuk ke dalam lift, dan segera menutup pintu lift, dia pun mengacungkan jari tengahnya sebelum lift itu benar-benar tertutup rapat membuat Damien semakin merasa kesal.
''Mom ...?'' rengek Damien setelah lift benar-benar tertutup rapat.
''Apa ...? jangan kayak anak kecil ya.''
''Hukumannya ada yang lain gak? masa aku harus nganterin dia ke salon kecantikan? belanja ke mall lagi. Nanti kalau orang-orang ngiranya dia pacar aku gimana?'' rengek Damien menjatuhkan tubuhnya di kursi.
''Kalau gitu kamu tinggal pilih. Pilihan pertama, Papi dan Mommy akan cabut pasilitas yang selama ini kamu pakai, atau nganterin Silvia ke salon. Terserah, kamu mau pilih yang mana?'' jawab Daniel penuh penekanan.
''Papi ...?'' rengek Damien lagi.
''Mulai saat ini, kamu harus membiasakan diri tinggal serumah sama Silvia, dan Papi gak mau kejadian seperti ini terulang lagi, kalian bertengkar kayak kecil, seharusnya kamu malu dong dia perempuan lho.''
''Iya-iya, Papi.'' Damien menjawab dengan nada malas.
❤️❤️
Damien duduk di kursi ruang tamu dengan menyandarkan punggungnya serta kepala di sandaran kursi berwarna hitam. Tangannya nampak memainkan kunci mobil dengan tatapan mata menatap tajam kunci mobil mewahnya tersebut.
Raut wajah pemuda berusia 20 tahun itu nampak begitu masam, dengan bibir yang dikerucutkan sedemikan rupa merasa kesal.
''Astaga, itu cewek lagi ngapain si? ganti baju gitu aja lama banget,'' gerutu Damien.
Tut ....
Pintu lift pun seketika terbuka, Silvia keluar dari dalam lift dengan bibir yang tersenyum senang karena dia akan di ajak jalan-jalan serta berbelanja, sesuatu yang jarang sekali dia lakukan.
Damien menoleh dan menatap Silvia dengan tatapan mata mengarah tajam dengan kening yang dikerutkan, lalu berdiri dengan meletakkan kedua tangannya di pinggang.
''Astaga, Silvia. Kamu mau kemana? apa kamu mau kondangan? norak banget,'' teriak Damien geram.
Dia pun menatap dari ujung kaki hingga ujung rambut, tubuh Silvia yang kini berbalut rok berwarna merah terang selutut dengan atasan berwarna pink dengan berhiaskan manik-manik berwarna kuning menyala, wajahnya pun nampak dihias make-up tebal dengan pipinya berwarna pink serta bibir merah.
''Apaan? kamu ngejek aku, hah?'' jawab Silvia ketus.
''Dandanan kamu kayak wanita jadi-jadian yang mau mangkal di pengkolan. Kampungan banget. Ya Tuhan.''
''Ya, ini gara-gara kamu. Muka aku lebam-lebam, aku sampai harus make-up tebal-tebal biar lebamnya bisa ketutup,'' ketus Via lagi.
''Ya tapi gak setebal itu juga kali. Aku malu jalan sama kamu.''
''Ya udah kalau malu, aku tinggal bilang aja sama Om dan Tante, beres 'kan?'' Jawab Via hendak berbalik.
''Jangaaaan ... Oke, kita jalan sekarang, tapi ingat. Nanti di mall jangan deket-deket ya, aku gak mau dikira pacar kamu nantinya.''
''Diihhhh ... siapa juga yang mau di sangkain pacar kamu? aku juga ogah.'' Ketus Silvia berjalan keluar dari dalam rumah.
Dengan perasaan kesal, Damien pun mengikuti gadis yang terlihat begitu kampungan dimatanya itu, mengikuti gerakan kakinya dengan jari tengah yang dia acungkan tepat di belakang kepala Silvia.
Setelah sampai di depan pintu, Via nampak mencari sandal jepit yang semula dia simpan tepat di depan pintu, matanya nampak menatap sekeliling mencari keberadaan sandal jepitnya tersebut.
''Nah, sandal aku dimana?'' tanya Via berjalan keluar luar tanpa alas kaki.
''Nyari apa?''
''Sandal aku tadi pagi di simpan di sini? tapi ko gak ada? jangan-jangan kamu ya, yang sembunyiin biar kita gak jadi pergi?'' Ketus Via berbalik menatap wajah Damien dengan tatapan tajam.
''Eh ... enak aja asal tuduh, itu namanya Fitnah, lebih kejam dari pembunuhan, tau.''
''Alah, lebay. Fitnah-fitnah, udah jujur aja. Kamu 'kan sembunyiin?''
''Nggak, aku malah gak tau sandal jepit kamu itu kayak gimana?''
''Hmm ... Ya udah, gak usah pake sandal juga gak apa-apa, nanti bisa di beli di jalan. Ayo kita berangkat aja,'' ucap Silvia dengan begitu entengnya.
Damien benar-benar dibuat kesal, dengan penampilan seperti itu saja sudah membuat Silvia terlihat kampungan, apalagi ditambah dengan kakinya yang saat ini tanpa memakai alas kaki, membuat Damien menggelangkan kepalanya.
''Tunggu cewek jadi-jadian.''
''Apa ...?''
''Serius mau ke mall nyeker kayak gini?''
''Iya, emang kenapa? kita bisa beli sandal di sana?''
''Astaga, heeuuhhhhh ... sumpah ya, kamu ini bener-bener ngeselin.'' Damien mengepalkan kedua tangannya merasa kesal.
''Ya udah kalau gak mau, aku minta antar sama Om Daniel aja,'' ucap Silvia hendak masuk kembali ke dalam rumah.
''Jangaaaan ..., oke. Kamu tunggu sebentar di sini, aku masuk dulu sebentar,'' pinta Damien, lalu berlari ke dalam rumah.
''Dih, dasar cowok songong. Giliran mau dilaporin sama Om Daniel aja takut, tapi baguslah bisa aku jadiin senjata, biar cowok songong yang sok ganteng itu mau nurutin semua keinginan aku,'' gumam Silvia tersenyum menyeringai.
Tidak lama kemudian, Damien pun kembali dengan membawa sepatu kets miliknya, lalu meletakkannya begitu saja tepat di bawah kaki Silvia.
''Nih, pake ini.''
''Punya siapa ini? waaah ... Bagus banget,'' tanya Silvia berjongkok lalu meraih sepatu yang sepertinya kebesaran itu.
''Punya aku.'' Damien dengan suara datar.
''Waaaah ... makasih ya, kamu masih punya hati juga ternyata.'' Jawab Silvia tersenyum begitu lebar, lalu memakai sepatu kets berwarna putih tersebut.
''Eh ... Cuma pinjam, ya. Ini sepatu mahal, jangan sampe lecet ataupun kotor, mengerti?'' Tegas Damien berjalan menuju garasi mobil.
''Heeeh ... Tunggu. Ada yang mau aku tanyain sama kamu,'' Via segera berlari mengejar sesaat setelah dia selesai memakai sepatu.
''Apa ...?''
''Aku gak punya uang, Om Daniel juga gak ngasih uang.'' Rengek Via tersenyum malu.
''Nih ... Dari Papi.'' Jawab Damien melemparkan kartu bertuliskan Black car, yang langsung di tangkap dengan kedua tangan mungil Silvia.
''Apa ini?'' tanya Silvia menatap Kartu yang kini tengah berada di tangannya.
''Ini namanya Black card.''
''Apa? B-lack card?'' tanya Via tidak mengerti.
''Hadueh ... Dasar BODOH ...'' Damien tersenyum mengejek.
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ❤️⃟Wᵃf ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Nidahiat
bukan bodoh tau 🙄tapi kan Silvia gak tau itu apa 😧 gak bisa apa sehari gak bertengkar mulu pusing deh liat nya
2022-09-24
0
A_wulandary⚞ል☈⚟
Damien sabar Napa gitu² jg Tante kamu kok..🤭🤭
2022-09-24
0
ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊℘tׁׅᨮׁׅ֮
duh silvia polos banget sih kamu🤣🤣🤣
2022-09-24
0