Meski ragu pada awalnya, Dona pun akhirnya memberanikan diri menekan tombol bel yang berada tepat di samping pagar besi berwarna hitam tinggi menjulang, namun, baru saja dia hendak melakukan hal tersebut, tiba-tiba saja sebuah mobil mewah berjalan mendekat dan berhenti tepat di depan pagar.
Seketika, Dona pun diam mematung menatap orang yang ada di dalam mobil. Dia pun menyipitkan matanya, menatap dengan seksama dengan kening yang dikerutkan.
''Silvia, putriku?'' gumam Dona merasa kurang begitu yakin dengan apa yang dia lihat di dalam sana.
Gadis yang ada di dalam mobil tersebut sekilas memang mirip Silvia sang putri, akan tetapi, penampilan gadis itu terlihat begitu berbeda dengan Silvia putrinya tercinta, sampai akhirnya, gadis tersebut keluar dari dalam mobil sesaat setelah mobil tersebut berhenti.
''Mommy ...?'' sapa Silvia, berjalan menghampiri dan memeluk sang ibu seketika.
''Kamu Silvia?'' tanya Dona masih belum merasa yakin bahwa gadis ini benar-benar putrinya.
''Iya, Mom. Ini aku putri Mommy, maaf karena aku pergi tanpa pamit,'' rengek Via mendekap erat tubuh sang ibu.
Dona pun mengurai pelukan, menatap wajah Silvia, bahkan memutar tubuhnya yang kini memakai pakaian mahal dan tentu saja terlihat begitu berbeda dari ujung kaki hingga ujung rambut.
''Astaga, kamu beneran Silvia? Ya Tuhan, kamu cantik sekali, sayang. Mommy hampir saja gak ngenalin kamu.'' Lirih Dona, mengusap kedua sisi pipi Silvia.
''He ... he ... he ... Cantik 'kan? coba dari dulu aku salonan kayak gini.''
''Maafin Mommy, sayang. Kamu harus hidup kayak gini, mommy janji akan bekerja lebih keras lagi buat memenuhi kebutuhan hidup kamu.''
''Gak usah, Mom. Aku udah jadi orang kaya sekarang, Mommy gak usah kerja lagi ya.''
Dona mengerutkan kening.
''Apa kamu sudah bertemu sama Richard? Eu ... Maksud Mommy, kamu sudah ketemu sama ayah kandung kamu?''
''Mom ...? Apa Mommy gak tau kalau ayah sudah--'' Silvia tidak meneruskan ucapannya.
Damien yang baru saja keluar dari dalam mobil segera menghampiri Silvia dan juga Dona, dia meminta mereka untuk masuk ke dalam rumah.
''Silvia, apa dia ibumu?'' tanya Damien, berdiri tepat di samping Silvia.
''O iya, Mom. Kenalin ini Damien, putra Om Daniel.''
''Kamu putranya Daniel?''
Damien menganggukkan kepalanya, lalu mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Dona.
''Iya, Tante. Kenalin, saya Damien.''
''Hmm ... Oke. Saya baru tau Daniel punya putra seumuran sama putri Tante,'' Dona menerima uluran tangan Damien.
''Sebaikanya kita ngobrol di dalam, Tante. Gak enak ngobrol di luar kayak gini,'' pinta Damien.
''Hmm ... Gak usah. Via, Mommy ke sini buat jemput kamu.''
''Apa ...? nggak, aku gak mau pulang, Mom. Aku ingin tinggal di sini,'' jawab Via memundurkan langkah kakinya.
Tidak lama kemudian, pagar tinggi itu pun akhirnya terbuka, Dona menatap sekeliling halaman luas yang ada di dalam sana, tatapan sayu'nya seolah mengisyaratkan luka, luka yang masih tertanam di dalam hatinya, luka yang semula telah dia kubur dalam-dalam namun, kini perlahan naik ke permukaan.
''Tante, silahkan masuk ke dalam mobil saya, kita bicara di dalam ya.'' Pinta Damien membuka pintu mobil.
''Mom ...'' rengek Via memelas.
''Nggak, kamu harus pulang sekarang juga,'' tegas Dona penuh penekanan.
''Aku sudah bilang, aku gak mau pulang.''
''Mommy gak mau ketemu ayah kamu, dan Mommy gak akan pernah masuk ke dalam sana.''
''Apa ...? Maksud Mommy?''
''Hmm ... Tante, mari kita bicara di dalam," pinta Damien masih berdiri di depan pintu mobil yang telah di buka.
''Tunggu, Damien. Aku ingin bicara sesuatu dulu sama Mommy,'' Silvia menatap wajah sang ibu lekat.
''Oke, aku tunggu di mobil ya, setelah itu ajak Tante masuk.''
Silvia mengangguk tanpa menoleh.
''Sayang, Mommy mohon kamu pulang sama Mommy ya. Mommy gak mau kamu tinggal di sini, mommy janji bakal ikuti semua kemauan kamu, Mommy bakalan cari pekerjaan yang kamu inginkan, Mommy akan berhenti jadi wanita penghibur dan mencari pekerjaan lain, tapi Mommy mohon kamu pulang,'' lirih Dona, meraih pergelangan tangan Silvia dan menatap dengan tatapan memohon.
''Apa Mommy gak tau kalau laki-laki yang Mommy panggil dengan sebutan Richard, ayah kandung aku itu sudah meninggal 20 tahun yang lalu?''
Deg ....
Dona terhenyak seketika, ada rasa sesak yang kini menghimpit dadanya, tubuhnya seketika merasa lemas dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
''A-pa mak-sud ka-mu?'' Dona bertanya dengan suara berat.
''Ayah kandung aku, sudah meninggal 20 tahun yang lalu, apa Mommy sama sekali gak tau? atau hanya pura-pura gak tau. Jawab Mom ...'' tanya Via menatap wajah sang ibu dengan tatapan sayu.
''Om Richard, eu ... Maksudnya ayah kamu sudah meninggal? 20 tahun yang lalu? kamu bercanda 'kan via? katakan kalau itu gak bener?''
''Jadi Mommy beneran gak tau?''
Dona mengangguk dengan buliran air mata yang mulai berjatuhan membasahi pipinya.
Laki-laki yang dia panggil dengan sebutan Om Richard benar-benar telah meninggal? itu berarti sewaktu dia menemui laki-laki itu di rumah sakit dahulu, 20 tahun yang lalu adalah pertemuan terakhirnya dengan dia.
Ingin rasanya Dona tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya, tapi sepertinya itulah kenyataannya. Ingin rasanya dia memutar waktu ke 20 tahun yang lalu, tapi sayangnya itu mustahil dilakukan.
Tangis Dona pun pecah seketika, dadanya bagai di hantam oleh bongkahan batu besar yang terasa menyesakkan dada. Rasa sakit, kecewa, dan bahkan rasa bencinya terhadap Richard seolah melebur menjadi satu, membuat tubuhnya terasa lemas sekarang. Dona pun hampir saja roboh, namun, dengan sigap Silvia segera meraih tubuh sang ibu.
''Mom ...'' Lirih Via ikut menangis seolah merasakan rasa sesak yang sama seperti yang saat ini dirasakan oleh ibunya.
''Kita masuk dulu ya, Mom. Kita teruskan pembicaraan kita di dalam,'' pinta Silvia memapah tubuh Dona masuk ke dalam mobil Damien yang masih terparkir di sana.
Dona hanya pasrah mengikuti keinginan putrinya, bibirnya terasa sulit untuk digerakan, bahkan kakinya pun terasa lemas dan bergetar.
'Apa kamu benar-benar sudah mati, Om Richard? aku gak tau apakah aku harus bahagia atau sedih mendengar berita ini, rasa sakit, rasa kecewa atas semua yang telah kamu lakukan dulu masih saja terasa menyiksa, bahkan aku gak tau apakah aku sudah memaafkan kamu atau belum, Om Richard,' ( Batin Dona ).
♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
A_wulandary⚞ል☈⚟
senang sedih kecewa jd satu pasti rasanya masih pengen dia hidup tp saking kecewanya gk mau liat LG tp klo denger dia udah gk ada sakit bngt rasanya...🥺🥺🥺🥺
2022-09-25
0
🍌 ᷢ ͩ🤎ᴰᵉᵈᵉรωεεƭყˡᵉⁿ💋•§¢•
bentar2 koq manggil nya om ya?
2022-09-24
1
༄༅⃟𝐐ahNyaak moon.༐༐༅⃟𝓮𝓵
buka pintu maaf mu mom, agar hatimu tenang.. 😁
2022-09-24
0