''Haaaaa ...'' Silvia berteriak kencang lalu seketika menutup wajah dengan kedua telapak tangannya.
''Hey ... Lagi apa kamu di sini?'' teriak Damien kesal.
''Kamu yang sedang apa di sini?'' jawab Via tidak merasa bersalah sama sekali.
''Ini kamar aku? dasar gila, cepat keluar dari sini.'' Damien merasa geram.
Damien pun melemparkan handuk kecil yang semula dia gunakan untuk mengeringkan rambut basahnya hingga tepat mengenai wajah Silvia, dan gadis itu pun seketika langsung balik melempar handuk tersebut ke arah Damien.
''O ya ...? aku gak tau ini kamar kamu, liftnya tiba-tiba berhenti sendiri tadi.''
''Bohong ... Kamu sengaja 'kan masuk ke sini?'' Tanya Damien berjalan mendekat.
''Hey, mau apa kamu? jangan dekat-dekat,'' Silvia mengintip dari celah jarinya yang sengaja sedikit direntangkan.
''Dasar gadis bar-bar gak tau diri, udah salah pake ngelak lagi.''
''Berhenti di situ? jangan deket-deket,'' teriak Via, karena Damien semakin mendekat ke arahnya, membuat jantungnya berdetak kencang kini.
Tubuh setengah polos Damien benar-benar terlihat menggiurkan di mata gadis berusia 20 tahun itu, apalagi dada bidangnya yang terlihat kokoh dengan perut datar membuatnya menelan ludah kasar.
''Kamu ngintip 'kan?'' bisik Damien tersenyum menyeringai.
''Nggak, siapa bilang?'' jawab Via memutar badan lalu mulai berjalan pelan ke arah pintu lift dan mencoba menekan tombol turun.
Karena dirinya sedang dalam keadaan gugup dengan jantung yang berdetak kencang, Silvia mendadak lupa dia harus menekan tombol yang mana, otaknya tiba-tiba blank, hingga dia menekan tombol sembarang bahkan dengan sedikit bertenaga, membuat Damien semakin merasa kesal.
''Heh ... Pelan-pelan dong. Liftnya bisa rusak tau,'' teriak Damien tiba-tiba sudah berada tepat di belakang Sivia membuat Via menghentikan gerakan tangannya, lalu kembali menelan ludah kasar.
Via diam mematung kini, ingin rasanya dia berlari kencang tapi tidak tau harus lari kemana. Alhasil, dia hanya terdiam memunggungi dan tepat didepan tubuh setengah polos Damien dengan jantung yang berdetak semakin kencang.
Perlahan, Damien pun mulai mengulurkan tangannya hendak menekan tombol turun agar gadis bernama Silvia itu bisa segera meninggalkan kamarnya.
Tut ... Tut ... Tut ....
Tiba-tiba terdengar suara aneh dan lift sama sekali tidak bisa di buka, membuat Silvia panik begitupun dengan Damien yang kini masih berusaha untuk menekan tombol namun, pintu lift sama sekali tidak bergeming, masih tetap tertutup rapat.
''Tuh 'kan? liftnya benar-benar rusak? gara-gara kamu bar-bar,'' ucap Damien kesal.
''Ha ... ha ... ha ... gak mungkin, kamu bercanda 'kan? mana mungkin pintu ini bisa rusak? kamu sengaja menahan aku, supaya aku bisa tetap di sini 'kan?'' jawab Via tanpa menoleh.
''Dasar gadis gila. Mana mungkin aku melakukan hal itu? dasar bar-bar. Puas ... Sekarang kamu terkunci di sini sama aku, kita gak bisa keluar dari sini,'' ucap Damien penuh penekanan, menatap kepala Silvia yang berada tepat di bawah dagunya.
Via pun akhirnya memutar badan dan tubuhnya bersandar pintu lift kini, dia nampak mendongakkan kepalanya menatap wajah Damien yang terlihat masih sedikit basah dengan rambut berantakan yang juga masih terlihat basah.
Dada Damien yang terlihat kokoh nampak berada tepat di depan wajahnya, membuat Via merasa gugup seketika lalu tatapan mereka pun saling bertemu dan menatap satu sama lain.
Deg ....
Damien merasakan sesuatu yang aneh, jantungnya terasa berdetak kencang tatkala menatap wajah Silvia yang entah mengapa terlihat cantik meski tanpa make-up sedikitpun, pakaian yang dikenakan oleh gadis itu bahkan terlihat kampungan meski pakaian itu adalah pakaian mahal namun, tetap saja terlihat tidak cocok bahkan cenderung norak.
Anehnya, Silvia malah terlihat lucu di mata Damien, hingga tanpa sadar bibirnya tersenyum kecil membuat Via merasa gugup lalu mendorong tubuh kekar Damien kasar juga bertenaga, dan seketika itu juga handuk kecil yang melingkar di bawah sana tiba-tiba terlepas begitu saja membuat bagian yang semula tersembunyi di balik handuk kini benar-benar terekspos sempurna.
''Haaaaa ...'' Silvia berteriak kencang, lalu kembali memutar badan.
Damien yang terkejut pun segera meraih handuk itu lagi dan melingkarkan'nya sembarang menutupi perkututnya yang sempat terekspos sempurna.
''Dasar gadis gila ...'' teriak Damien merasa malu lalu berlari ke arah lemari besar yang terletak tepat di samping kamar mandi.
'Apa itu tadi? apa itu yang dinamakan senjata pusaka laki-laki? ya Tuhan mataku sudah ternoda sekarang,' ( Batin Silvia )
Tidak ingin menyerah dan ingin segera keluar dari dalam sana yang mulai terasa sesak, karena bayangan senjata pusaka Damien yang kini terus membayangi otak kecil Silvia, gadis itu pun terus menekan tombol lift secara berkali-kali bahkan menendang pintunya berharap pintu itu akan segera terbuka.
''Hiiih ... Nakal banget sih ini pintu,'' teriak Silvia kesal.
Buk ... Buk ... Buk ....
Silvia terus menendang pintu lift sampai akhirnya dia mendengar suara teriakan Damien dan sontak dia pun langsung menghentikan gerakan kakinya.
''SILVIAAAA ...'' teriak Damien semakin merasa kesal.
Via diam mematung, masih menghadap pintu lift, bahkan menyandarkan kepalanya seraya menunduk di pintu yang masih tertutup rapat itu.
''Aduuuh ... Kenapa aku bisa terjebak di sini segala, sama dia lagi,'' gerutu Via pelan.
''Hey ... kamu bisa benar-benar merusak pintu lift itu, tau. Dasar bodoh,'' teriak Damien berdiri tidak jauh dari tempat dimana Silvia berada.
Damien nampak sudah berpakaian lengkap, kaos oblong berwarna hitam dengan celana santai berwarna merah selutut melingkar dan menutupi bagian bawahnya yang semula sempat benar-benar terekspos sempurna.
''Kita harus gimana, pria songong. Aku gak mau terjebak di sini sama kamu,'' lirih Via masih dengan posisi yang sama.
''Apa pria songong? kamu manggil aku pria songong?'' tanya Damien membulatkan bola matanya.
''Iya, emang kamu maunya di panggil apa, hah?'' Tanya Silvia memutar badan dan menatap wajah Damien.
'Ya Tuhan, kenapa dia tampan sekali?' (Batin Silvia)
Damien berjalan mendekat, matanya nampak menatap lekat wajah Silvia dengan tatapan tajam membuat Silvia seketika berjalan menyamping bak kepiting yang sedang berjalan.
''Mau apa kamu? jangan deket-deket,'' Silvia masih berjalan menyamping dengan punggung yang bersandar di pintu lift hingga akhirnya tiba di tembok berwarna putih bersih.
''Kamu tau, kamu itu pembawa sial? semenjak kamu datang, Papi sama Mommy udah berani bentak-bentak aku, bahkan mengancam akan menarik semua pasilitas yang selama ini aku pakai. Aku harap kamu gak betah tinggal di sini, dan segera meninggalkan rumah ini secepatnya,'' ucap Daniel dengan tatapan mata mengarah tajam wajah Silvia, dan berdiri tepat di depan Silvia.
♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ❤️⃟Wᵃf ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Nidahiat
uhuk awas loh nanti jatuh cinta 🤣🤣🤣
2022-09-24
0
🍌 ᷢ ͩѕнͪαͣкͭʝͣρͤιуσ🐣ℛᵉˣ࿐
wkwkwk,, liat buyung betelor yak🤣🤣🤣
2022-09-24
1
🍌 ᷢ ͩѕнͪαͣкͭʝͣρͤιуσ🐣ℛᵉˣ࿐
lah gimana sih, baru digituin doang udh rusak😅
2022-09-24
1