Dona seketika terhenyak, mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh putrinya benar-benar membuat hati seorang Dona benar-benar terluka.
Hati ibu mana yang tidak akan terluka mendengar penolakan dari putrinya sendiri, apalagi putrinya tersebut dengan terang-terangan mengatakan bahwa dia bosan hidup miskin, padahal selama ini Dona telah bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka berdua, sendirian tanpa ada siapapun yang membantu.
''Mom ... Aku ingin Mommy tinggal di sini sama aku, Mommy jangan kerja lagi, sudah cukup Mommy bekerja seperti itu, sekarang sudah waktunya Mommy bertaubat dan menjalani hari Mommy dengan hidup normal layaknya seorang ibu dan wanita biasa,'' pinta Silvia memohon.
Dona tidak menjawab, dia memalingkan wajahnya merasa kecewa.
''Mom ...?''
Dona masih diam membisu, air matanya masih saja berjatuhan tiada henti menahan sesak di dadanya.
Tut ....
Tiba-tiba terdengar suara pintu lift terbuka, Daniel serta Ridwan yang di beri kabar oleh Damien bahwa ibunda dari Silvia datang pun segera naik ke lantai empat untuk menemui wanita tersebut.
Silvia yang mendengar suara lift pun segera berdiri dan menoleh ke arah Daniel dan juga Ridwan, berbeda dengan Dona, dia masih saja memalingkan wajahnya seraya terisak.
''Silvia, bisa tinggalkan Om sebentar? Kami berdua ingin bicara sama ibu kamu,'' pinta Daniel, sesaat setelah dia berdiri tepat di depan Silvia.
''Baik, Om. Mommy, aku turun sebentar ya.''
Dona menoleh lalu menganggukkan kepalanya.
Setelah itu, Silvia segera berjalan ke arah lift dan masuk ke dalamnya, dan seketika itu juga lift pun tertutup rapat lalu turun ke lantai dasar.
Sepeninggal sang putri, tinggallah Dona bersama Daniel dan juga Ridwan yang saat ini berdiri tepat di samping ranjang, keduanya menatap wajah Dona yang saat ini terlihat pucat pasi lengkap dengan air mata yang menggenangi pelupuknya.
''Saya mau minta maaf karena telah membawa putri kamu ke sini, tanpa izin terlebih dahulu sama kamu, Dona,'' ucap Ridwan membuka pembicaraan.
''Anda sungguh tidak punya sopan santun, seharusnya anda meminta izin terlebih dahulu kepada saya ibunya,'' tegas Dona dengan suara berat.
''Sekali lagi saya minta maaf.''
''Saya akan bawa Silvia pulang dari sini, dia gak pantas tinggal di sini.''
''Maaf Dona, tapi mendiang Daddy telah mewanti-wanti untuk menyerahkan semua harta peninggalannya kepada putrinya, putrimu juga,'' ujar Daniel membuat Dona terdiam.
Entah apa Dona harus merasa senang atau malah sebaliknya, dia tahu betul bahwa kekayaan yang dimiliki laki-laki bernama Richard yang merupakan ayah kandung dari Silvia itu tidak terhitung jumlahnya bahkan tidak akan habis tujuh turunan.
Akan tetapi, ada sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya kini, sesuatu yang mengusik rasa di dalam sana, dan entah mengapa dia sama sekali tidak merasa senang meskipun kehidupan putrinya akan berubah drastis mulai sekarang.
Apa mungkin karena rasa sakit di dalam hatinya masih terasa menyiksa, sakitnya di campakan, di hina, bahkan diusir secara tidak sopan dahulu, oleh Richard saat dirinya memohon untuk minta pertanggungjawaban.
''Saya gak tau harus bicara apa,'' jawab Dona datar.
''Sebenarnya, dahulu sebelum Daddy meninggal dunia, dia sudah mencari kamu kemana-mana, tapi kamu menghilang bagai ditelan bumi, dan sampai Daddy menghembuskan napas terakhirnya, sepertinya dia tidak bisa pergi dengan tenang karena belum sempat bertemu dan minta maaf sama kamu, Dona.''
Dona hanya terdiam, dia tidak terlalu percaya dengan apa yang baru saja di katakan oleh Daniel.
''Sebenarnya, Tuan Richard sempat menuliskan surat buat kamu sebelum beliau meninggal dunia,'' ujar Ridwan, menyerahkan amplop berwarna putih kepada Dona.
Meski ragu-ragu, akhirnya Dona menerima amplop tersebut.
''Tolong pikirkan baik-baik, Dona. Izinkan Silvia untuk tinggal di sini, dan menerima haknya sebagai pewaris tunggal dari harta yang Daddy tinggalkan.''
Dona terdiam, kepalanya menunduk menatap amplop putih yang masih terlihat bersih meski sudah di buat 20 tahun lamanya, karena sepertinya amplop tersebut di simpan dengan sangat baik oleh Ridwan.
''Hmm ... Kami permisi dulu, saya harap kamu bisa pikirkan baik-baik penawaran kami tadi, semua ini demi Silvia, dia berhak mendapatkan kehidupan yang layak,'' ucap Daniel berpamitan begitupun dengan Ridwan yang saat ini mengikuti dari arah belakang, namun sebelumnya, dia pun menoleh dan menatap wajah Dona, wanita yang dari dulu dia cari keberadaannya.
Dona pun di tinggal sendiri kini, dia masih menunduk menatap amplop yang saat ini berada di dalam genggamannya. Perlahan, dia pun membuka amplop tersebut dengan rasa sesak yang semakin menghimpit dadanya, Dona pun mulai membaca surat yang ditinggalkan untuknya 20 tahun yang lalu tersebut.
______________
**Dear. Dona
Maafkan Om atas apa yang telah Om lakukan padamu, Om sungguh menyesal karena telah berbuat jahat padamu, Dona.
Apa kamu tau, saat Om menulis surat ini, Om dalam keadaan sekarat, hidup Om benar-benar tersiksa, Om selalu dihantui rasa bersalah padamu.
Om benar-benar telah mendapatkan azab atas apa yang telah Om perbuat padamu, Dona. Om benar-benar telah mendapatkan ganjaran atas semua kejahatan yang telah Om lakukan padamu.
Om yakin, saat kamu membaca surat ini, Om pasti telah tiada, dan Om ingin setidaknya mengatakan permintaan maaf kepadamu terlebih dahulu sebelum Om benar-benar mati dan membusuk di neraka.
Maafkan Om, Dona. Sungguh, maafkan atas segala yang telah Om lakukan padamu. Om benar-benar menyesal, dan Om berjanji akan menebus semua kesalahan yang telah Om perbuat.
Om akan menyerahkan seluruh harta yang Om tinggalkan untukmu dan anak kita, jadi, hiduplah dengan bahagia dan berkecukupan, pakai uang itu untuk memenuhi kebutuhan kamu dan juga anak kita.
Om pamit sekarang, semoga kamu bisa benar-benar memaafkan Om karena Om benar-benar menyesali semua yang telah Om lakukan.
Om mencintai kamu, Dona. Maaf juga karena baru menyadari perasaan itu sekarang di saat kamu sudah benar-benar pergi meninggalkan Om.
By. Richard**.
__________________
Dona pun semakin terisak, kertas putih yang berada di dalam genggamannya pun perlahan mulai basah dengan tetesan air mata yang kini berjatuhan seiringan dengan rasa sesak yang dia terima.
''Heuh ... Maaf Om gak aku terima, hiks hiks hiks ...'' lirih Dona memeluk secarik kertas tersebut.
♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
A_wulandary⚞ል☈⚟
sakit kecewa sudah pasti Dona rasakan karena Richard kan sebenarnya tau klo orang yg merenggut mahkota nya dia sendiri dan orang yg di layani hanya Richard saja.. pasti sulit buat Dona untuk memaafkan pasti butuh waktu jg untuk bisa memaafkan..
2022-09-25
0
🍌 ᷢ ͩ🤎ᴰᵉᵈᵉรωεεƭყˡᵉⁿ💋•§¢•
kasian dona pasti sakit hati nya membuat nya susah memaafkan.
2022-09-24
0
☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩ𝐌ᴜᷞʀͧɴᷠᴀᷧ
butuh waktu buat Dona bisa memaafkan om Richard dan menghilangkan rasa sakit hatinya.
2022-09-24
0