''Dia siapa, Om? apa dia pelayan baru di rumah kita?'' tanya Damien, masih menatap Silvia dari ujung kaki hingga ujung rambut, dengan tatapan datar, membuat Silvia merasa tidak nyaman.
''Apa ...? Pelayan ...?'' ketus Via tidak terima.
''Terus ...? emangnya kamu siapa?''
''Aku pemilik rumah ini, perkenalkan Miss Billionaire baru, panggil aku dengan sebutan Nyonya besar.'' Ketus Via lagi.
''Apa ...? Pemilik rumah? sejak kapan rumah ini di jual? Miss Billionaire ...? ha ... ha ... ha ... Ngarang ... Mana mungkin gadis kucel kayak kamu jadi Miss Billionaire? Lagian Papi gak bilang kalau rumah ini di jual.''
''Tenang dulu, Damien. Apa yang dia katakan itu benar, Nona Silvia ini akan tinggal di sini.'' Ujar Ridwan.
''Sebagai Pelayan 'kan?''
''Bukan ...''
''Lalu ...?''
''Semua yang dikatakan oleh Nona Silvia tadi itu benar, dia adalah pemilik rumah ini juga. Selamat ya Damien, kamu gak akan kesepian lagi tinggal di sini,'' jawab Ridwan sedikit cengengesan.
''Ha ... ha ... ha ... Om bercanda 'kan? dia ...? gadis kucel, Kumal, lihat kakinya aja nyeker, masa tinggal di sini sama aku. Nggak ... aku gak setuju, beda lagi kalau dia jadi pelayan, baru aku setuju,'' ejek Damien semakin membuat Silvia merasa kesal.
''Om Ridwan, tadi Om bilang aku pemilik rumah ini 'kan?'' tanya Via menatap tajam wajah Ridwan.
''Betul, Nona.''
''Kalau gitu, sebagai pemilik rumah yang sah, aku ingin pemuda sombong, songong dan so ganteng ini di usir dari rumah ini,'' pinta Via menunjuk satu jarinya ke arah Damien seraya menatapnya dengan tatapan sinis.
''Hey ... Ya gak bisa dong, aku udah tinggal di sini duluan, punya hak apa kamu ngusir aku kayak gitu, hah ...? yang ada aku yang akan usir kamu dari sini,'' teriak Damien tidak terima, dia berjalan menghampiri Via dan menarik tangan kurusnya.
''Hey ... mau apa kamu? gak sopan banget si sama pemilik rumah,'' Via berteriak kencang saat tubuh kurusnya di tarik paksa.
''DAMIEN ...'' tiba-tiba terdengar suara Daniel memanggil putranya, berjalan mendekat dengan tatapan mata mengarah tajam ke arah putranya tersebut, membuat Damien sontak menghentikan langkah kakinya.
''Papi ...? cepat usir dia dari sini, dia ngaku-ngaku sebagai--''
''Yang dia katakan itu benar, Damien.''
''Maksud Papi ...? Papi menjual rumah ini sama gadis kucel kayak dia? mana mungkin dia punya uang sebanyak itu buat beli rumah ini? lagian kenapa Papi gak bilang kalau rumah ini akan di jual?'' tanya Damien masih menggenggam erat pergelangan tangan Silvia.
''Cukup ... Nanti Papi jelasin. Sekarang lepasin dulu tangan kamu, kasian dia kesakitan.''
''Argh ...'' Sontak Via meringis kesakitan, entah hanya berpura-pura atau hanya mencari perhatian, Via menggerakkan tangannya sedemikan rupa agar lingkaran tangan Damien bisa terlepas.
''Heuh ...'' Damien menghempaskan kasar tangan Silvia.
''Dasar, arogan. Sakit tau ... Argh ...'' ringis Via lagi.
''Silvia ... Ikut saya sekarang.'' Pinta Daniel.
''Tunggu, anda orang yang tadi nelpon saya 'kan? yang mengaku sebagai kakak saya? tapi sepertinya anda lebih cocok sebagai ayah saya, ketuaan kalau ngaku-ngaku sebagai kakak saya,'' celetuk Via membuat Daniel terkekeh seketika.
''Ya ... Ya ... Kamu boleh memanggil dengan sebutan ayah kalau kamu mau.''
''Papi ...? gak bisa gitu dong, aku gak mau punya adik jelek kayak dia, apa dia anak yang selama ini Papi sembunyikan? jangan-jangan selama ini Papi selingkuh sampai punya anak kayak dia,'' teriak Damien kesal.
''Damien ... Papi bilang 'kan diam dulu, nanti Papi jelaskan semuanya sama kamu, kalau kamu ngomong lagi, Papi bakalan cabut semua pasilitas kamu yang selama ini kamu pakai, mau ...?'' tegas Daniel, membuat Damien sontak merapatkan kedua bibirnya dan tidak mengatakan apa-apa lagi.
'Awas kamu cewek kampungan, aku gak akan biarin kamu betah tinggal di sini, kamu udah ngebuat Papi bentak-bentak aku kayak gitu,' ( Batin Damien )
"Silvia, ikut saya sekarang juga, kita bicara di atas, sekaligus, saya akan menunjukkan kamar dimana kamu akan tinggal di rumah ini, kamu juga ikut Om Ridwan,'' pinta Daniel.
''Tunggu ... Kak, eh ... Om ... Eu ... Duh ... aku harus manggil anda dengan sebutan apa?'' jawab Via terbata-bata.
''Terserah kamu aja, kalau kamu merasa canggung dengan sebutan kakak, kamu bisa panggil saya dengan sebutan Om ... Atau Papi juga boleh.''
''Gak boleh, sebutan Papi hanya untuk aku ...'' Protes Damien tidak terima.
''Damien ...''
Damien kembali merapatkan bibirnya, karena mendapatkan tatapan tajam dari ayahnya lagi. Sementara Silvia, dia menjulurkan lidahnya meledek Damien, membuat pemuda itu semakin merasa kesal.
''Ya udah kalau gitu, karena putra anda yang songong ini gak terima jika saya memanggil anda dengan sebutan Papi, saya akan memanggil anda dengan sebutan Om, kayaknya panggilan itu lebih cocok.'' Ujar Via polos.
''Sekarang mari ikut saya, Nona.'' Pinta Ridwan merentangkan satu tangannya, menunjukan jalan menuju lift dan hendak naik ke lantai empat.
Daniel pun berjalan di depan, diikuti dengan Ridwan dan Silvia.
Tut ...
Pintu lift pun terbuka.
''Ini apa, Om ...?'' tanya Via heran, menatap ruangan sempit di dalam lift.
''Masuk saja.''
''Nggak, gak mau ... Masa ruangan sempit kayak gini di isi bertiga? tadi katanya kita bicara di atas? tapi kenapa malah di ruangan sempit kayak gini?'' tolak Via, menatap Daniel dan Ridwan yang sudah berada di dalam lift.
''Ya Tuhan, Nona Silvia. Ini namanya lift, alat yang akan membawa kita ke lantai empat,'' ucap Ridwan, tertawa lucu.
''Lift ... Eu ... Apa itu?''
''Naik aja dulu, nanti kamu juga tau.''
''Ta-pi ...?''
Merasa gemas, Ridwan pun menarik begitu saja tangan Silvia hingga dia benar-benar masuk ke dalam lift dan berdiri di pojokan, pintu lift pun seketika tertutup membuat Via terkejut dan berdiri mematung tanpa bergerak sedikitpun dengan wajah tegang.
Tut ...
Lift pun berhenti dan pintu lift pun seketika terbuka.
Daniel dan Ridwan segera keluar dari dalam lift, sementara Silvia masih diam di pojokan dengan mengigit ujung kuku jempolnya, wajahnya pun terlihat pucat pasi, merasa gugup karena merasa takut berada hanya bertiga di sana, membuat pikiran negatifnya seketika memenuhi otaknya.
'Mau apa mereka berdua bawa aku ke sini? jangan-jangan mereka mau--' ( Batin Silvia )
''Nona Silvia. Kenapa diam saja di situ? cepat keluar.'' Pinta Ridwan terkekeh.
''Hmm ...''
Akhirnya, mau tidak mau Via pun hendak keluar dari dalam lift, dia mengulurkan satu kaki yang memang tidak memakai alas kaki itu keluar dari dalam lift lalu masuk kembali, melakukan hal itu secara berkali-kali, membuat Ridwan harus menarik paksa tangan gadis itu dengan tertawa.
Seketika, mata Silvia menatap penuh rasa kagum, ruangan luas membentang dengan kaca jendela yang memanjang di sepanjang temboknya.
mulutnya nampak di buka lebar, dengan mata yang berbinar.
''Ini ...?''
''Iya, ini tempat tinggal kamu, Silvia.'' Jawab Daniel.
''Huaaaa ...'' Silvia pun langsung berlari ke arah kamar lalu naik ke arah ranjang berbaring terlentang, merasakan empuknya kasur baru yang akan menjadi tempat tidur barunya mulai sekarang.
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Reyhan P
pasti terlalu banyak di manja in ama keluarganya ampek sebegitu gampang ngerendahin orang lain
2022-09-25
0
🦋⃟ℛ★🦂⃟ᴀsᷤᴍᷤᴀᷫ ★ᴬ∙ᴴ࿐❤️💚
Wihhhh Silvia akirr nyaa bisa merasakan empuk nyaa kasurr yaa 🤭🤭
2022-09-25
1
🦋⃟ℛ★🦂⃟ᴀsᷤᴍᷤᴀᷫ ★ᴬ∙ᴴ࿐❤️💚
jangan lebar² x bukak mulut nyaa 🤭🤭 nantik masuk lalat 🤭🤭
2022-09-25
1