Bab 19. Diculik

Diah hari ini sudah mulai jualan meneruskan warung ibu mertuanya.

Jam 4 pagi Diah dan suami sudah pergi ke pasar untuk belanja sayuran dan ikan untuk dijual kembali.

Aira yang masih tidur di tinggal sendirian oleh mereka di kamar, tapi di rumah ada ibu dan bapak mertuanya.

Bima dan Diah yang masih merasa ngantuk harus menepis semua itu demi mendapat barang jualan yang bagus dan segar - segar.

Udara yang dingin dan gelap mencekam tak membuat mereka pasangan ini gentar untuk pergi ke pasar pagi.

Diah dan Bima pergi memakai jaket tebal dan bertahan dengan mata yang harus tetap terjaga.

Hari ini hari pertama Diah berjualan, dan dia sedikit gugup karena harus bertemu orang banyak.

" Jujur aku sebenarnya tidak suka keramaian, tapi apa boleh buat. Aku harus mencobanya biar bisa menambahi uang untuk wisuda TK nya Aira nanti." dalam hatinya.

Diah pun bersiap untuk berjualan, jam 05:25 sudah sampai dirumah dan membuka warung sayur mereka.

Bima mengantar barang - barang dari rumah ke warungnya, seperti timbangan, dan tempat bumbu - bumbunya.

Diah menata semua sayuran dan barang dagangannya, banyak yang di jual oleh Diah.

Mulai dari sayuran, ikan, cabe, bawang dan bahkan shampo dan sabun cuci juga ada disana.

Minyak dan gula juga tersedia di warungnya Diah, setelah sudah tertata tapi, para ibu - ibu pun satu persatu berdatangan ke warungnya.

" Kakak yang jualan sekarang ?"

" Dimana ibu itu kak ?" tanya pelanggan ibu mertuanya.

" Iya kak, ibu itu sedang tidak sehat jadi saya yang menggantikan." kata Diah dengan ramah dan senyuman.

" Oh, begitu..., kalau gitu saya minta yang ini satu ons dan ini, sama ini saja kak." ucap pelanggan menunjuk barang yang mau di belinya.

Diah dengan cekatan menimbang dan memasukan belanjaan kakak itu ke kantung plastiknya.

Dan dia membayar semua belanjaan yang dia beli dengan uangnya, lalu pergi setelah mendapat kembaliannya.

Bima yang pulang sebentar lalu datang kembali bersama Aira yang digendongnya.

" Mama... !" Aira memanggil.

" Hiks, hiks, mama kemana..., tadi Aira bangun mama sama ayah gak ada di kamar." Aira berbicara sambil menangis.

" Iya mama kan hari ini sudah mulai jualan, jadi setiap pagi ya mama belanja dulu terus jualan disini."

" Aira ngapain nangis..., mama gak kemana - mana kok. sudah jangan menangis lagi ya..?" Diah menenangkan anaknya Aira.

Hari sudah sedikit terang, Aira dari tadi belajar membaca dengan Diah di warungnya. Bima pun sudah mau berangkat kerja karena sudah pukul 06:40, sementara Bima masuk kerja pukul 07:00 pagi.

Sementara Aira masih belum mandi dan sarapan, lalu Diah mengambil sarapannya dan membawanya ke warung agar bisa menyuapi Aira makan paginya.

Setelah jam 8 pagi, ibu mertuanya datang untuk melihat sebentar warungnya. Sementara Diah akan menyiapkan Aira untuk pergi ke sekolahnya.

Setelah selesai Diah mengantarkan Aira dengan berjalan kaki ke sekolahnya. Aira dengan semangat pergi ke sekolahnya hari itu, dan sempat memeluk mamanya dan mencium pipi Diah dengan senangnya.

Diah sedikit heran dengan Aira yang tidak seperti biasanya, hari ini Diah merasa anaknya berbeda. Namun Diah hanya merasakan saja tanpa ada rasa curiga dengan anaknya tersebut.

🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾

Saat pulang sekolah, Diah sedikit terlambat menjemputnya karena Diah asik dengan pekerjaannya yang belum selesai. Diah sampai lupa melihat jam yang ada di dinding kamarnya, yang ternyata sudah jam 12:00.

Saat tersadar Diah menatap jam dinding dan segera berlari menjemput anaknya di sekolah.

Diah dengan cepat berjalan ke sekolah Aira, dilihatnya semua anak - anak sudah tidak ada di sekolah.

Mata Diah mencari kesana dan kemari dari satu tempat ke tempat yang lain.

" Permisi bu guru.." Diah menyapa gurunya yang sedang bersiap untuk pulang kerumah.

" Oh, mamanya Aira, ada apa ya bu ?" tanya guru tersebut.

" Aira nya dimana ya bu ?"

" Kok saya tidak melihatnya ?" tanya Diah yang mencari - cari.

" Loh, bukannya Aira sudah pulang bersama ibu tadi ?"

" Aira sudah pamitan dengan saya, katanya mamanya yang menjemput. Saya tadi lagi sibuk jadi tidak sempat melihat Aira pergi bu."

" Oh, ya ampun kalau bukan ibu yang menjemputnya, lalu siapa yang menjemput Aira tadi bu ?!" guru itu mulai panik dan merasa bersalah.

" Jadi maksud ibu Aira di culik seseorang bu ?!"

" Astagfirullah...!" Diah langsung lemas dan tak berdaya.

Diah langsung panik dan tak ingat untuk meminta tolong pada siapa.

" Mama...!"

" Ma, tolong ma...!"

" Mama...!" terdengar suara Aira yang meminta tolong.

" Aira... !"

" Aira sayang !" teriak Diah yang melihat Aira di bawa pakai mobil yang melaju dengan kencang.

Diah berlari mengejar mobil itu, namun tidak dapat mengejarnya.

" Tolong...!"

" Tolong anak saya !"

" Tolong...!" Diah meminta tolong, namun siang hari jalanan sangat sepi tidak ada seorang pun yang tahu kalau ada penculikan.

Diah terjatuh ke aspal saat mengejar Aira anaknya yang di bawa penculik itu.

Diah menangis dan merasa ketakutan kalau akan terjadi apa - apa padanya.

" Hiks, hiks.." Diah menangis hanya bisa menatap mobil yang membawa Aira pergi dari jauh.

" Oh ya mas Bima." berkata dalam hati yang teringat akan suaminya.

📞 "Hallo mas.., Aira mas." Diah menelpon suaminya Bima.

📞 "Kenapa dengan Aira ma ?" tanya Bima.

📞 "A_ Aira mas, Aira...!" Diah terbata - bata bicaranya.

📞"Iya Aira kenapa rupanya ma ?!" Bima jadi kesal.

📞 "Mas, Aira di culik. cepat pulang mas, aku melihat dengan mata kepala ku Aira dibawa pergi dengan mobil hitam mas." ucap Diah yang semakin ketakutan.

📞 "Hah ?!"

📞 "Kamu gak salah lihat kan ma ?!"

📞 "Kita harus melaporkan ini ke polisi." kata Bima dengan segera menutup ponselnya.

Bima langsung pulang dan menemui Diah istrinya, Diah yang melangkah perlahan menuju pulang kerumahnya dengan lunglai.

Bima yang naik motornya melihat istrinya dari jauh sedang berjalan lemas di pinggir jalan.

" Tin...!" suara klakson mobil.

Diah hampir tertabrak mobil yang melintas saat itu, dia berjalan dengan tidak stabil.

Bima yang melihatnya segera menghampiri istrinya itu.

Bima sangat kasihan melihat istrinya terjatuh ke aspal jalanan saat berjalan dari tadi.

" Ma.., mama." Bima memanggilnya.

Diah mendongakkan kepalanya ke atas dan menatap Bima suaminya ada di hadapannya.

" Hiks, hiks, mas Bima...!"

" Aira mas...!" tangisan Diah pecah seketika.

Diah masih terduduk di tanah aspal tepi jalan, kakinya tidak kuasa untuk menumpang tubuhnya berdiri kembali.

Bima pun memapah dan membantunya untuk naik ke motornya.

Dan Bima mengajak istrinya langsung ke kantor polisi untuk melaporkan atas penculikan anaknya Aira.

Sampai disana Diah menceritakan peristiwa yang terjadi, dan menuturkan semuanya dengan perlahan.

Sambil menangis Diah menceritakan dan tetap terus berbicara, lalu Diah ingat akan satu hal. Diah sempat mengingat plat mobil yang membawa Aira tersebut.

" Kalau memang ibu ingat, coba katakan berapa nomer platnya bu." kata polisi tersebut.

" Pak seingat saya platnya xx34." kata Diah yang memberi tahu plat mobil penculik itu.

Dan polisi pun mengerti, mereka langsung mengerahkan polisi yang lain untuk mencari keberadaan Aira ada dimana.

" Bapak dan ibu pulanglah dulu, kami akan berusaha untuk mencari keberadaan putri ibu dan bapak segera mungkin." ucap polisi itu.

Bima pun mengajak Diah pulang dari kantor polisi itu. Diah masih terguncang dan shock akan peristiwa tersebut, dia tidak menyangka anaknya akan pergi darinya dengan penculik itu.

Terpopuler

Comments

manda_

manda_

lanjut thor siapa ya yg nyulik aira

2022-09-08

4

🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻

🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻

Semoga Aira cepat ketemu
My Bestie mampir

2022-08-31

5

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Selalu Terjadi
2 Bab 2. Hasutan Kakak
3 Bab 3. Ingin Cerai
4 Bab 4. Saat Sakit
5 Bab 5. Banyak Konflik
6 Bab 6. Cobaan
7 Bab 7. Memulai dari Awal
8 Bab 8. Seperti Berkasta
9 Bab 9. Sekolah dan Merindu
10 Bab 10. Arisan dan Aqiqah
11 Bab 11. Munggahan
12 Bab 12. Belajar Puasa
13 Bab 13. Demi Buah Hati
14 Bab 14. Menginap
15 Bab 15. Idul Fitri
16 Bab 16. Rasa Cinta
17 Bab 17. Berenang dan Teman Baru
18 Bab 18. Kisah Oma
19 Bab 19. Diculik
20 Bab 20. Firasat
21 Bab 21. Terbukti
22 Bab 22. Sebuah Kebahagiaan
23 Bab 23. Mulai Berbeda
24 Bab 24. Emosinya Bima
25 Bab 25. Jawaban
26 Bab 26. Tak Perduli
27 Bab 27. Masa Bodoh Saja
28 Bab 28. Terjatuh dari Motor
29 Bab 29. Durhaka
30 Bab 30. Keras Kepala
31 Bab 31. Terpaksa
32 Bab 32. Mau Lamaran part 1
33 Bab 33. Mau Lamaran part 2
34 Bab 34. Ulang tahun
35 Bab 35. Membingungkan
36 Bab 36. Menyalahkan Ibunya
37 Bab 37. Akad Nikah
38 Bab 38. Tak Tahu
39 Bab 39. Sebuah Perjanjian
40 Bab 40. Terbongkar
41 Bab 41. Sebuah keputusan
42 Bab 42. Tak Perduli.
43 Bab 43. Pertengkaran
44 Bab 44. Berduka
45 Bab 45. Pindah Rumah
46 Bab 46. Ternyata
47 Bab 47. 2 tahun kemudian
48 Bab 48. Ibu Tidak Diurus
49 Bab 49. Hamil
50 Bab 50. Proses Menjadi Ibu
51 Bab 51. Apakah Ada Penyelesaian?
52 Bab 52. Kelihatannya
53 Bab 53. Suka Berulah
54 Bab 54. Bima dalam dilema
55 Bab 55. Tak Tega Berkata
56 Bab 56. Karena Ulang Tahun
57 Bab 57. Ketahuan Juga
58 Bab 58. Rencana Pergi
59 Bab 59. Pergi dan Berpesan
60 Bab 60. Pesan Di Ponsel Bima
61 Bab 61. Pikiran Kacau
62 Bab 62. Mertua Bima
63 Bab 63. Sudah Hari Kamis
64 Bab 64. Dendam
65 Bab 65. Orang Tua Mereka
66 Bab 66. Tiara Bertindak
67 Bab 67. Semakin Berkembang
68 Bab 68. Karyawan Tak Tahu Diri
69 Bab 69. Mulai Bersemangat
70 Bab 70. Sangat Merindukan
71 Bab 71. Dua Tahun Kepergian.
72 Bab 72. Menikah Kembali
73 Bab 73. Menghindar Dan Lari
74 Bab 74. Tak perduli dan Ditipu
75 Bab 75. Bertemu Kembali
76 Bab 76. Ajak Balikan Lagi
77 Bab 77. Kembali Ke Bali
78 Bab 78. Surat Sudah di Baca
79 Bab 79. Kebodohan Lastri
80 Bab 80. Kabar Baik dan Buruk
81 Bab 81. Di Ceraikan
82 Bab 82. Kembali Dari Awal
83 Bab 83. Cerita Mereka
84 Bab 84. Mencoba Menerima
85 Bab 85. Mendapat Pujian
86 Bab 86. Godaan Tak Tertahan
87 Bab 87. Cerita Kehidupan
88 Bab 88. Masak Untuk Keluarga
89 Bab 89. Buah Cinta Mereka
90 Bab 90. Monik dan Mertuanya
91 Bab 91. Cincin Itu Kembali
92 Bab 92. Kekantor Bima
93 Bab 93. Iri Kehidupan Orang
94 Bab 94. Kertas di Balik Buku
95 Bab 95. Mertua Merestui
96 Bab 96. Kepergian Mama
97 Bab 97. Bertemu Kembali
98 Bab 98. Wasiat dan Amanah
99 Bab 99. Kondisi Mertua
100 Bab 100. Suka dan Duka Mereka
101 Bab 101. Perasaan Seorang Anak
102 Bab 102. Menahan Rasa Sakit
103 Bab 103. Perjuangan dan Pembunuhan
104 Bab 104. Istirahat
105 Bab 105. Bekerja dan Bisnis
106 Bab 106. Suka Merendahkan
107 Bab 107. Terkena Stroke
108 Bab 108. Boy di Penjara
109 Bab 109. Mendapat Kepercayaan
110 Bab 110. Orang Baik Pasti akan Baik
111 Bab 111. Semua Sudah Menyadari
112 Bab 112. Persiapan Lebaran
113 Bab 113. Kabar dari Rendy
114 Bab 114. Suasana Yang Dirindukan
115 Bab 115. Semua Harus Ikhlas
Episodes

Updated 115 Episodes

1
Bab 1. Selalu Terjadi
2
Bab 2. Hasutan Kakak
3
Bab 3. Ingin Cerai
4
Bab 4. Saat Sakit
5
Bab 5. Banyak Konflik
6
Bab 6. Cobaan
7
Bab 7. Memulai dari Awal
8
Bab 8. Seperti Berkasta
9
Bab 9. Sekolah dan Merindu
10
Bab 10. Arisan dan Aqiqah
11
Bab 11. Munggahan
12
Bab 12. Belajar Puasa
13
Bab 13. Demi Buah Hati
14
Bab 14. Menginap
15
Bab 15. Idul Fitri
16
Bab 16. Rasa Cinta
17
Bab 17. Berenang dan Teman Baru
18
Bab 18. Kisah Oma
19
Bab 19. Diculik
20
Bab 20. Firasat
21
Bab 21. Terbukti
22
Bab 22. Sebuah Kebahagiaan
23
Bab 23. Mulai Berbeda
24
Bab 24. Emosinya Bima
25
Bab 25. Jawaban
26
Bab 26. Tak Perduli
27
Bab 27. Masa Bodoh Saja
28
Bab 28. Terjatuh dari Motor
29
Bab 29. Durhaka
30
Bab 30. Keras Kepala
31
Bab 31. Terpaksa
32
Bab 32. Mau Lamaran part 1
33
Bab 33. Mau Lamaran part 2
34
Bab 34. Ulang tahun
35
Bab 35. Membingungkan
36
Bab 36. Menyalahkan Ibunya
37
Bab 37. Akad Nikah
38
Bab 38. Tak Tahu
39
Bab 39. Sebuah Perjanjian
40
Bab 40. Terbongkar
41
Bab 41. Sebuah keputusan
42
Bab 42. Tak Perduli.
43
Bab 43. Pertengkaran
44
Bab 44. Berduka
45
Bab 45. Pindah Rumah
46
Bab 46. Ternyata
47
Bab 47. 2 tahun kemudian
48
Bab 48. Ibu Tidak Diurus
49
Bab 49. Hamil
50
Bab 50. Proses Menjadi Ibu
51
Bab 51. Apakah Ada Penyelesaian?
52
Bab 52. Kelihatannya
53
Bab 53. Suka Berulah
54
Bab 54. Bima dalam dilema
55
Bab 55. Tak Tega Berkata
56
Bab 56. Karena Ulang Tahun
57
Bab 57. Ketahuan Juga
58
Bab 58. Rencana Pergi
59
Bab 59. Pergi dan Berpesan
60
Bab 60. Pesan Di Ponsel Bima
61
Bab 61. Pikiran Kacau
62
Bab 62. Mertua Bima
63
Bab 63. Sudah Hari Kamis
64
Bab 64. Dendam
65
Bab 65. Orang Tua Mereka
66
Bab 66. Tiara Bertindak
67
Bab 67. Semakin Berkembang
68
Bab 68. Karyawan Tak Tahu Diri
69
Bab 69. Mulai Bersemangat
70
Bab 70. Sangat Merindukan
71
Bab 71. Dua Tahun Kepergian.
72
Bab 72. Menikah Kembali
73
Bab 73. Menghindar Dan Lari
74
Bab 74. Tak perduli dan Ditipu
75
Bab 75. Bertemu Kembali
76
Bab 76. Ajak Balikan Lagi
77
Bab 77. Kembali Ke Bali
78
Bab 78. Surat Sudah di Baca
79
Bab 79. Kebodohan Lastri
80
Bab 80. Kabar Baik dan Buruk
81
Bab 81. Di Ceraikan
82
Bab 82. Kembali Dari Awal
83
Bab 83. Cerita Mereka
84
Bab 84. Mencoba Menerima
85
Bab 85. Mendapat Pujian
86
Bab 86. Godaan Tak Tertahan
87
Bab 87. Cerita Kehidupan
88
Bab 88. Masak Untuk Keluarga
89
Bab 89. Buah Cinta Mereka
90
Bab 90. Monik dan Mertuanya
91
Bab 91. Cincin Itu Kembali
92
Bab 92. Kekantor Bima
93
Bab 93. Iri Kehidupan Orang
94
Bab 94. Kertas di Balik Buku
95
Bab 95. Mertua Merestui
96
Bab 96. Kepergian Mama
97
Bab 97. Bertemu Kembali
98
Bab 98. Wasiat dan Amanah
99
Bab 99. Kondisi Mertua
100
Bab 100. Suka dan Duka Mereka
101
Bab 101. Perasaan Seorang Anak
102
Bab 102. Menahan Rasa Sakit
103
Bab 103. Perjuangan dan Pembunuhan
104
Bab 104. Istirahat
105
Bab 105. Bekerja dan Bisnis
106
Bab 106. Suka Merendahkan
107
Bab 107. Terkena Stroke
108
Bab 108. Boy di Penjara
109
Bab 109. Mendapat Kepercayaan
110
Bab 110. Orang Baik Pasti akan Baik
111
Bab 111. Semua Sudah Menyadari
112
Bab 112. Persiapan Lebaran
113
Bab 113. Kabar dari Rendy
114
Bab 114. Suasana Yang Dirindukan
115
Bab 115. Semua Harus Ikhlas

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!