Rutinitas Diah seperti biasa dan sekarang setiap hari Jumat, Sabtu, dan Minggu dia selalu kerumah orang tuanya. Diah sangat suntuk dirumah mertuanya dan merasa tertekan disana.
Dia merasa tidak ada yang mengerti dengan dirinya, suaminya pun terkadang perduli terkadang malah hanya sibuk dengan dunianya sendiri. Bila Diah sudah di rumah orang tuanya hatinya dan pikirannya sangat lega seperti tidak ada beban.
Namun suaminya tidak suka kalau Diah selalu pergi kerumah orang tuanya. Bima selalu kesal walau tidak dilontarkan kemarahannya, tapi Diah tahu dan merasa dari sikap Bima terhadapnya.
Malam itu ketika mau tidur, Diah dan Bima pernah bertengkar dirumah orang tua Diah. Saat itu sudah jam 12 malam dan Bima sangat egois karena memaksakan Diah dari tadi untuk pulang kerumah ibunya.
Diah tidak ingin pulang karena dia sudah mengantuk dan kasihan anaknya yang masih kecil bersepeda motor malam - malam.
Namun Bima bersih kukuh untuk terus mengajaknya pulang.
" Sudahlah mas..., besok saja kita pulang."
" Lagian kan besok hari libur, tidur sajalah disini dulu." kata Diah ke suaminya.
Bima tidak mau dan malah tetap berkeras ingin pulang, sampai mereka bertengkar jadinya.
Diah akhirnya habis kesabarannya kepada Bima dan mengatakan sesuatu yang sedikit kasar kepada suaminya.
" Ya sudah kalau mas memang maunya pulang, pulang saja lah sendiri dan tinggalkan saja aku disini."
"Terserah saja pada mas maunya bagaimana." Diah sudah gak tahan dengan semuanya."
" Sekarang kalau mau mas ceraikan Diah ceraikan saja." ucapan Diah sudah putus asa dan jenuh dengan semua banyaknya perdebatan.
Bima suaminya pun keluar dari kamar itu, dan membuka pintu rumah mengeluarkan sepeda motornya dari dalam rumah.
Bima menyalakan motornya dan melajukan keretanya di jalanan dengan hati yang kesal.
Diah keluar dan meninggalkan anaknya sebentar lalu menutup pintu rumahnya, namun tidak di kunci karena dia tahu pasti suaminya akan kembali.
Diah menangis semua emosinya tumpah dengan seiring air matanya. Kedua orang tuanya Diah tidak tahu akan kejadian itu. Semua orang sudah tidur malam itu, dan mereka sengaja mengecilkan suara mereka saat bertengkar tadi.
Tidak beberapa lama kemudian, Bima kembali lagi dengan motornya ke dalam rumah Diah.
Memasukkan motornya dan menutup pintu serta menguncinya kembali. Bima pergi ke kamar mandi dan mencuci mukanya.
Bima lalu masuk ke kamar dan melihat istrinya sedang menangis disana. Bima langsung memeluknya dengan erat, mungkin Bima baru menyadari setelah beberapa menit diluar tadi.
" Ma, ini ada roti ayah belikan untuk mama."
" Makanlah ma." kata Bima.
" Maafkan ayah ya ma, ayah gak mau pisah dari mama."
" Tolong jangan ucapkan lagi kata - kata itu, ayah tidak mau lagi mendengarkannya." Bima menangis dan memeluk istrinya sekali lagi.
🌼🌼🌼🌼🌼🌼🍀🍀🍀🍀🍀🍀
Dulu juga sudah pernah mereka bertengkar hebat dan sampai mau berpisah.
Diah sampai pingsan saat mendengar kata - kata pisah dari mulut Bima sendiri.
Diah saat itu tidak sadarkan diri ditengah malam karena pertengkaran itu.
Bima panik karena Diah pingsan dan lemas malam itu saat sedang bertengkar.
" Ma, bangun ma !"
" Ma..!" suara Bima memanggil Diah saat itu.
Bima menggosok - gosok tangan Diah dan kakinya yang mulai dingin. Bima sangat takut dan panik saat itu, dia tidak tahu mau bagaimana lagi.
Dan dia sangat merasa bersalah kepada Diah pada malam itu.
Minyak angin di oleskan dan di kasih cium ke hidung Diah beberapa kali, tapi Diah belum sadar sampai air di ciprat ke wajahnya.
Tiba - tiba Diah batuk dan sadar seketika, namun kondisinya masih lemah dan tidak bisa bergerak.
Bima sangat shock dan merasa bersyukur Diah sudah sadar malam itu juga.
Bima memeluk Diah dan menangis seketika.
" Ma, jangan tinggalkan ayah ya ma...?"
" Maafkan ayah, jangan pergi tinggalkan ayah ya ma."
" Ayah salah, ayah minta maaf." ucap Bima yang sebenarnya sangat menyayanginya.
Malam itu Akhirnya Bima dan Diah pun tidur, Bima jadi mendapat pelajaran dengan kejadian itu. Akhirnya dia bisa berpikir dalam bertindak atau berbicara dengan siapa pun.
Hari demi hari mereka bersama sudah bisa memahami namun tidak dipungkiri tetap masih mempunyai keegoisan masing - masing dalam berpikir. Terutama Bima yang memang sedikit sulit dimengerti dan tidak peka dengan istrinya.
Bima tipe pria yang tidak ada romantisnya, namun perhatiannya yang membuat Diah sangat nyaman kepadanya.
Tetapi Diah masih bersabar akan keputusan suami yang ingin bersama orang tuanya karena ingin merawatnya secara langsung disampingnya.
Istri bisa apa kalau suami sudah begitu, dan apalagi dengan keadaan ekonomi yang hanya kerja serabutan. Gaji alhamdulillah untuk makan sudah cukup tanpa ada sisa untuk yang lain.
Bila anak sakit, Diah yang harus pandai - pandai menabung seminggu 10 ribu di kaleng tabungannya. Diah tidak pernah sekali pun membeli barang yang dia senangi. Kalau pun ada dia selalu memendamnya dan lebih mementingkan untuk anak dan suaminya.
" Suatu saat aku pasti bisa membelinya, walau bukan sekarang nanti akan ada rezekinya." selalu itu yang dia ucap dalam hatinya.
🍄🍄🍄🍄🍄🍄
Suatu hari Diah pernah mencuci pakaian adiknya yang bekerja diluar dan tidak sempat menyucikan pakaiannya dirumah. Jadi Diah yang menyucikan pakaian adiknya itu, adiknya selalu pengertian dengan kakaknya ( Diah ). Adiknya memberikan sekedar uang jajan dan beli susu untuk anaknya Diah.
" Alhamdulillah bisa untuk buat beli susu ya nak.." ucapnya dalam hati.
" Terima kasih ya dek." ucap Diah ke adiknya.
" Iya kak, terima kasih juga kakak sudah mencuci baju ku."
" Aku ada sedikit rezeki tadi, jadi bisa membaginya ke kakak." ujar adiknya Diah.
Setiap seminggu sekali Diah datang ke rumah orang tuanya, hanya untuk sekedar melihat keadaan dan berkumpul bersama.
Dan selain itu, untuk menghilangkan kejenuhannya dirumah mertuanya.
Mertuanya sangat sayang pada Diah, tapi saudara dari suaminya yang membuat Diah sebenarnya tidak tahan. Suami Diah tidak tahu perlakuan para saudaranya ke Diah istrinya.
Yang Bima tahu istrinya baik - baik saja dan enak dirumah yang nayaman.
Karena semenjak Diah selalu bicara tentang keluarganya Bima marah, lalu Diah tidak pernah lagi bercerita lagi pada suaminya itu.
Semua dia pendam dan tertahan dalam dadanya, sampai - sampai Diah pernah menangis dimalam hari sendirian disaat semuanya sudah tidur.
Hampir setiap malam dia menumpahkan rasa kesal dan amarahnya dengan menangis saat itu.
Diah menangis tanpa suara, dan menutup mulutnya dengan bantal yang ada ditangannya.
Bahkan menjerit sekuatnya dengan bantal yang dia bekap sendiri ke mulutnya itu.
Diah sangat terpukul dan juga hanya bisa pasrah dengan keadaan.
Diah berencana akan bekerja bila anaknya sudah mulai beranjak besar sedikit. Dia ingin membantu suaminya agar bisa menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupannya.
Apalagi nanti anaknya akan sekolah dan butuh biaya untuk semua itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
WILUJENG TEPANG TAUN SUHU⁶⁹
Semangat² Diah kamu pasti bisa lewatin semuanya
2022-10-11
4
Rossemarry
Yuhuu kak rose here🥳🙈
lanjut terusss😍
salam dari "my lovely bodyguard"
2022-09-20
3
Rairin_P
Oke lanjut
2022-09-11
5