Bab 14. Menginap

Sorenya Diah sudah menyiapkan masakan dan bukaan serta minuman untuk nanti berbuka.

Bima sudah pulang dari kerjanya dan mandi segera setelah bertemu dengan anaknya sebentar.

" Hai Aira..." kata Bima menyapa.

" Ayah... !" Aira berlari memeluk ayahnya.

" Kamu sedang apa kak Aira ?" tanya Bima.

" Tadi Aira bantu mama buat bakwan yah, rasanya enak sekali loh yah...!" Aira berbicara dengan suara imutnya.

" Oh ya ?"

" Kok Aira tahu ?"

" Aira gak puasa ya ?" tanya Bima sambil mengedipkan matanya.

" Ih ayah, Aira puasa kok, ya kan ma ?"

" Tadi Aira puasa kan ma ?" Aira bertanya ke mamanya untuk meyakinkan ayahnya bahwa dia tak berbohong.

" Iya yah.., tadi Aira puasa kok." kata Diah.

" Tuh kan, Aira gak bohong." ucap Aira lagi.

" Tapi puasanya setengah hari yah." ujar Diah lagi menambahkan.

" Hem.., pantas lah Aira bisa cicipi bakwan yang mama buat."

" Ih Aira, ayah jadi pengen makan bakwannya."

" Ayah penasaran sama yang Aira bilang, seenak apa sih bakwan yang mama masak." tanya Bima lagi.

" Ih ayah kan masih puasa, mana boleh cicipi bakwannya yah."

" Tapi..., bakwan yang mama buat sama Aira tadi beneran enak banget yah !" tambah Aira yang membuat Bima tergoda akan perkataan Aira anaknya.

Bima langsung pergi mandi dan cepat berpakaian, dia sudah tidak sabar mau mencicipi masakan istrinya yang kata anaknya enak banget itu.

Diah hanya geleng kepala saja melihat tingkah anak dan ayah itu kalau sudah berbicara membahas sesuatu.

Setelah semua sudah siap terhidang di meja makan, tiba - tiba mendadak Lastri dan ke lima anaknya datang kerumah bersama suaminya juga.

Mereka membawa buah tangan berbagai macam gorengan dan semangka juga ada.

mereka datang dengan tujuan mau buka bersama dirumah nenek. Ya bagi Diah sih tidak ada masalah, biar tambah ramai berbukanya jadi lebih seru.

" Dug, dug, dug...!"

" Alhamdulillah..." semua mengucap syukur karena sudah terdengar beduk dan itu pertanda waktunya buka puasa.

Semua orang berkumpul duduk di ruang makan, di atas meja sudah tersusun segala macam makanan dan minuman segar disana.

Bima pun buru - buru ingin mencicipi bakwan yang dimasak oleh istrinya tadi, Aira dan Diah juga memakannya.

Bakwan / Ote - ote / Bala - bala

Setelah melepas dahaga dan memakan beberapa camilan, Diah dan suaminya pun langsung menunaikan maghrib bersama dirumah.

Karena mereka merasa masih kenyang dengan makan camilan dan minuman berbuka tadi, jadi Bima dan Diah memutuskan untuk tidak makan nasi pada saat itu.

Diah hanya menyuapi Aira yang memang sudah dari tadi meminta makan pada Aira, namun Diah berkata lebih baik makan bersama dengan ayah nanti.

Ternyata Bima tidak makan nasi dulu untuk saat ini, akhirnya Bima dan Diah memutuskan untuk makan setelah pulang dari shalat tarawih di masjid dekat rumah mereka.

1 Jam kemudian

Adzan Isya pun berkumandang, Bima dan Diah segera berkemas pergi ke masjid bersama anaknya.

Sedangkan Lastri dan keluarganya semua masih dirumah, mereka asyik menonton tv dan tidak ada yang terlihat pergi ke masjid.

Samapi di masjid mereka pun menunaikan ibadah tarawihnya, Aira terlihat bersama teman - teman sekolahnya yang bertemu di masjid.

Aira sangat senang katanya bersama temannya saat bertemu di masjid tadi.

Diah dan Bima tersenyum melihat anaknya yang sangat gembira saat ibadah ke masjid bersama.

Sampai dirumah Bima dan Diah bermaksud ingin makan malam, perut mereka sudah mulai terasa lapar.

Karena memang dari buka puasa tadi mereka belum makan nasi.

Setelah masuk kerumah dan meletakkan mukenah dan lainnya, Bima menyuruh Diah untuk mengambil makan malam untuk dirinya.

Diah pun menuruti permintaan suaminya itu, dia pergi ke dapur untuk mengambilkan makan malam suaminya.

Namun wajah Diah berubah ekspresi saat melihat keadaan di dapur dan meja makan saat itu.

piring kotor menumpuk di meja makan dan di wastafel, semua sayur dan lauk habis dan berlemak dimana - mana berjatuhan.

Diah sedikit mual melihatnya, dan dia tak sanggup untuk melihat semua itu.

Diah pun pergi mengantar makan malam suaminya ke kamar mereka.

Bima dan Aira sedang menonton tv di kamarnya saat itu, Diah masuk dengan wajah cemberutnya.

" Sayang, kamu tidak ikutan makan sama mas ?" tanya Bima ke istrinya.

" Gak mas, ada pekerjaan yang mau Diah kerjakan." ucapnya langsung pergi dengan wajah murungnya.

Bima hanya menghela nafas saja, dan memakan makanannya. Aira tiba - tiba sudah tidur terlelap tanpa Bima tahu, Aira sudah mengantuk dari tadi saat pulang dari masjid.

Diah pergi kembali ke dapur dan membereskan semua yang berantakan disana. Sementara Lastri hanya duduk diam dan anaknya berlarian membuat rumah terasa riuh sekali.

Diah mencuci semua piring kotor malam itu juga, dia tidak jadi makan malam padahal perutnya sangat lapar. Namun semua lauk sudah habis dan tersisa sedikit bagaikan untuk makanan bebek menurutnya.

Masakan yang dia masak hari ini terbilang sangat banyak, karena biar gampang saat sahur malam tinggal di panaskan kembali. Tapi apalah boleh buat, semua sudah habis tak ada sisa lagi untuk besok.

Diah rasanya ingin menangis malam itu, dia tak habis pikir perbuatan Lastri kepadanya.

" Loh ma, kenapa kamu tidak makan ?" tanya Bima suaminya.

" Kenapa malah cuci piring sekarang ?"

" Kamu bisa masuk angin kalau belum makan sudah cuci piring." ucap Bima lagi.

Namun Diah hanya diam saja dan tidak berkata apa pun kepadanya. Bima mengerti kondisi perasaan istrinya saat itu, Bima pun pergi ke kamarnya menemani Aira yang masih tidur.

Semua dia bersihkan kedua mertuanya pun tidak perduli melihat Diah yang mengerjakan semua dari tadi.

Mereka tidak menyisakan makan malam untuk Diah saat itu, akhirnya Diah pergi tidur dengan perut kosongnya.

Bima memeluk istrinya yang diam - diam menangis saat di dalam kamar mereka.

" Sabar ya sayang, mas tahu kamu bagaimana."

" Seharusnya kamu biarkan saja semua begitu saja, tidak usah kami bereskan." ucap Bima.

" Tapi mas, kalau aku tidak membereskannya besok pagi pasti masih begitu terus."

" Kalau ibu yang bereskan pasti nanti kecapean dan jatuh sakit." Siapa lagi yang repot dan disalahkan saat itu..!" Diah mulai meledak emosinya dan tak tahan menghadapi keluarga suaminya.

Bima pun terdiam, dan dia mengerti apa yang dimaksud istrinya. Bima memeluk Diah dari belakang dan mencium tengkuk leher istrinya.

Walau Bima tidak menangis, tapi hatinya juga sakit melihat keadaan istrinya. Namun Bima tidak bisa berbuat apa - apa saat ini untuk keluarga kecilnya.

Diah masih menangis sesenggukan, hatinya sangat terasa sakit sekali. Namun Bima masih terus memeluk istrinya, sampai Diah lelah menangis dan tertidur. Bima memandangi wajah anak dan istrinya yang bingung harus bagaimana.

Bukan Bima tak ingin keluar dari rumah itu, namun dia belum bisa untuk membayar rumah sewa untuk mereka tinggal saat ini. Dan Bima masih memikirkan ibunya yang belum bisa dia tinggalkan untuk saat ini.

Terpopuler

Comments

Nur Aulia

Nur Aulia

pergi jauh ajj Diah,, keluarga ga punya perasaan

2024-11-21

1

auliasiamatir

auliasiamatir

kok aku rasa pengen congkel otak Bima yah

2022-10-10

3

Yukity

Yukity

semangat

2022-09-19

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Selalu Terjadi
2 Bab 2. Hasutan Kakak
3 Bab 3. Ingin Cerai
4 Bab 4. Saat Sakit
5 Bab 5. Banyak Konflik
6 Bab 6. Cobaan
7 Bab 7. Memulai dari Awal
8 Bab 8. Seperti Berkasta
9 Bab 9. Sekolah dan Merindu
10 Bab 10. Arisan dan Aqiqah
11 Bab 11. Munggahan
12 Bab 12. Belajar Puasa
13 Bab 13. Demi Buah Hati
14 Bab 14. Menginap
15 Bab 15. Idul Fitri
16 Bab 16. Rasa Cinta
17 Bab 17. Berenang dan Teman Baru
18 Bab 18. Kisah Oma
19 Bab 19. Diculik
20 Bab 20. Firasat
21 Bab 21. Terbukti
22 Bab 22. Sebuah Kebahagiaan
23 Bab 23. Mulai Berbeda
24 Bab 24. Emosinya Bima
25 Bab 25. Jawaban
26 Bab 26. Tak Perduli
27 Bab 27. Masa Bodoh Saja
28 Bab 28. Terjatuh dari Motor
29 Bab 29. Durhaka
30 Bab 30. Keras Kepala
31 Bab 31. Terpaksa
32 Bab 32. Mau Lamaran part 1
33 Bab 33. Mau Lamaran part 2
34 Bab 34. Ulang tahun
35 Bab 35. Membingungkan
36 Bab 36. Menyalahkan Ibunya
37 Bab 37. Akad Nikah
38 Bab 38. Tak Tahu
39 Bab 39. Sebuah Perjanjian
40 Bab 40. Terbongkar
41 Bab 41. Sebuah keputusan
42 Bab 42. Tak Perduli.
43 Bab 43. Pertengkaran
44 Bab 44. Berduka
45 Bab 45. Pindah Rumah
46 Bab 46. Ternyata
47 Bab 47. 2 tahun kemudian
48 Bab 48. Ibu Tidak Diurus
49 Bab 49. Hamil
50 Bab 50. Proses Menjadi Ibu
51 Bab 51. Apakah Ada Penyelesaian?
52 Bab 52. Kelihatannya
53 Bab 53. Suka Berulah
54 Bab 54. Bima dalam dilema
55 Bab 55. Tak Tega Berkata
56 Bab 56. Karena Ulang Tahun
57 Bab 57. Ketahuan Juga
58 Bab 58. Rencana Pergi
59 Bab 59. Pergi dan Berpesan
60 Bab 60. Pesan Di Ponsel Bima
61 Bab 61. Pikiran Kacau
62 Bab 62. Mertua Bima
63 Bab 63. Sudah Hari Kamis
64 Bab 64. Dendam
65 Bab 65. Orang Tua Mereka
66 Bab 66. Tiara Bertindak
67 Bab 67. Semakin Berkembang
68 Bab 68. Karyawan Tak Tahu Diri
69 Bab 69. Mulai Bersemangat
70 Bab 70. Sangat Merindukan
71 Bab 71. Dua Tahun Kepergian.
72 Bab 72. Menikah Kembali
73 Bab 73. Menghindar Dan Lari
74 Bab 74. Tak perduli dan Ditipu
75 Bab 75. Bertemu Kembali
76 Bab 76. Ajak Balikan Lagi
77 Bab 77. Kembali Ke Bali
78 Bab 78. Surat Sudah di Baca
79 Bab 79. Kebodohan Lastri
80 Bab 80. Kabar Baik dan Buruk
81 Bab 81. Di Ceraikan
82 Bab 82. Kembali Dari Awal
83 Bab 83. Cerita Mereka
84 Bab 84. Mencoba Menerima
85 Bab 85. Mendapat Pujian
86 Bab 86. Godaan Tak Tertahan
87 Bab 87. Cerita Kehidupan
88 Bab 88. Masak Untuk Keluarga
89 Bab 89. Buah Cinta Mereka
90 Bab 90. Monik dan Mertuanya
91 Bab 91. Cincin Itu Kembali
92 Bab 92. Kekantor Bima
93 Bab 93. Iri Kehidupan Orang
94 Bab 94. Kertas di Balik Buku
95 Bab 95. Mertua Merestui
96 Bab 96. Kepergian Mama
97 Bab 97. Bertemu Kembali
98 Bab 98. Wasiat dan Amanah
99 Bab 99. Kondisi Mertua
100 Bab 100. Suka dan Duka Mereka
101 Bab 101. Perasaan Seorang Anak
102 Bab 102. Menahan Rasa Sakit
103 Bab 103. Perjuangan dan Pembunuhan
104 Bab 104. Istirahat
105 Bab 105. Bekerja dan Bisnis
106 Bab 106. Suka Merendahkan
107 Bab 107. Terkena Stroke
108 Bab 108. Boy di Penjara
109 Bab 109. Mendapat Kepercayaan
110 Bab 110. Orang Baik Pasti akan Baik
111 Bab 111. Semua Sudah Menyadari
112 Bab 112. Persiapan Lebaran
113 Bab 113. Kabar dari Rendy
114 Bab 114. Suasana Yang Dirindukan
115 Bab 115. Semua Harus Ikhlas
Episodes

Updated 115 Episodes

1
Bab 1. Selalu Terjadi
2
Bab 2. Hasutan Kakak
3
Bab 3. Ingin Cerai
4
Bab 4. Saat Sakit
5
Bab 5. Banyak Konflik
6
Bab 6. Cobaan
7
Bab 7. Memulai dari Awal
8
Bab 8. Seperti Berkasta
9
Bab 9. Sekolah dan Merindu
10
Bab 10. Arisan dan Aqiqah
11
Bab 11. Munggahan
12
Bab 12. Belajar Puasa
13
Bab 13. Demi Buah Hati
14
Bab 14. Menginap
15
Bab 15. Idul Fitri
16
Bab 16. Rasa Cinta
17
Bab 17. Berenang dan Teman Baru
18
Bab 18. Kisah Oma
19
Bab 19. Diculik
20
Bab 20. Firasat
21
Bab 21. Terbukti
22
Bab 22. Sebuah Kebahagiaan
23
Bab 23. Mulai Berbeda
24
Bab 24. Emosinya Bima
25
Bab 25. Jawaban
26
Bab 26. Tak Perduli
27
Bab 27. Masa Bodoh Saja
28
Bab 28. Terjatuh dari Motor
29
Bab 29. Durhaka
30
Bab 30. Keras Kepala
31
Bab 31. Terpaksa
32
Bab 32. Mau Lamaran part 1
33
Bab 33. Mau Lamaran part 2
34
Bab 34. Ulang tahun
35
Bab 35. Membingungkan
36
Bab 36. Menyalahkan Ibunya
37
Bab 37. Akad Nikah
38
Bab 38. Tak Tahu
39
Bab 39. Sebuah Perjanjian
40
Bab 40. Terbongkar
41
Bab 41. Sebuah keputusan
42
Bab 42. Tak Perduli.
43
Bab 43. Pertengkaran
44
Bab 44. Berduka
45
Bab 45. Pindah Rumah
46
Bab 46. Ternyata
47
Bab 47. 2 tahun kemudian
48
Bab 48. Ibu Tidak Diurus
49
Bab 49. Hamil
50
Bab 50. Proses Menjadi Ibu
51
Bab 51. Apakah Ada Penyelesaian?
52
Bab 52. Kelihatannya
53
Bab 53. Suka Berulah
54
Bab 54. Bima dalam dilema
55
Bab 55. Tak Tega Berkata
56
Bab 56. Karena Ulang Tahun
57
Bab 57. Ketahuan Juga
58
Bab 58. Rencana Pergi
59
Bab 59. Pergi dan Berpesan
60
Bab 60. Pesan Di Ponsel Bima
61
Bab 61. Pikiran Kacau
62
Bab 62. Mertua Bima
63
Bab 63. Sudah Hari Kamis
64
Bab 64. Dendam
65
Bab 65. Orang Tua Mereka
66
Bab 66. Tiara Bertindak
67
Bab 67. Semakin Berkembang
68
Bab 68. Karyawan Tak Tahu Diri
69
Bab 69. Mulai Bersemangat
70
Bab 70. Sangat Merindukan
71
Bab 71. Dua Tahun Kepergian.
72
Bab 72. Menikah Kembali
73
Bab 73. Menghindar Dan Lari
74
Bab 74. Tak perduli dan Ditipu
75
Bab 75. Bertemu Kembali
76
Bab 76. Ajak Balikan Lagi
77
Bab 77. Kembali Ke Bali
78
Bab 78. Surat Sudah di Baca
79
Bab 79. Kebodohan Lastri
80
Bab 80. Kabar Baik dan Buruk
81
Bab 81. Di Ceraikan
82
Bab 82. Kembali Dari Awal
83
Bab 83. Cerita Mereka
84
Bab 84. Mencoba Menerima
85
Bab 85. Mendapat Pujian
86
Bab 86. Godaan Tak Tertahan
87
Bab 87. Cerita Kehidupan
88
Bab 88. Masak Untuk Keluarga
89
Bab 89. Buah Cinta Mereka
90
Bab 90. Monik dan Mertuanya
91
Bab 91. Cincin Itu Kembali
92
Bab 92. Kekantor Bima
93
Bab 93. Iri Kehidupan Orang
94
Bab 94. Kertas di Balik Buku
95
Bab 95. Mertua Merestui
96
Bab 96. Kepergian Mama
97
Bab 97. Bertemu Kembali
98
Bab 98. Wasiat dan Amanah
99
Bab 99. Kondisi Mertua
100
Bab 100. Suka dan Duka Mereka
101
Bab 101. Perasaan Seorang Anak
102
Bab 102. Menahan Rasa Sakit
103
Bab 103. Perjuangan dan Pembunuhan
104
Bab 104. Istirahat
105
Bab 105. Bekerja dan Bisnis
106
Bab 106. Suka Merendahkan
107
Bab 107. Terkena Stroke
108
Bab 108. Boy di Penjara
109
Bab 109. Mendapat Kepercayaan
110
Bab 110. Orang Baik Pasti akan Baik
111
Bab 111. Semua Sudah Menyadari
112
Bab 112. Persiapan Lebaran
113
Bab 113. Kabar dari Rendy
114
Bab 114. Suasana Yang Dirindukan
115
Bab 115. Semua Harus Ikhlas

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!