Sorenya Diah sudah menyiapkan masakan dan bukaan serta minuman untuk nanti berbuka.
Bima sudah pulang dari kerjanya dan mandi segera setelah bertemu dengan anaknya sebentar.
" Hai Aira..." kata Bima menyapa.
" Ayah... !" Aira berlari memeluk ayahnya.
" Kamu sedang apa kak Aira ?" tanya Bima.
" Tadi Aira bantu mama buat bakwan yah, rasanya enak sekali loh yah...!" Aira berbicara dengan suara imutnya.
" Oh ya ?"
" Kok Aira tahu ?"
" Aira gak puasa ya ?" tanya Bima sambil mengedipkan matanya.
" Ih ayah, Aira puasa kok, ya kan ma ?"
" Tadi Aira puasa kan ma ?" Aira bertanya ke mamanya untuk meyakinkan ayahnya bahwa dia tak berbohong.
" Iya yah.., tadi Aira puasa kok." kata Diah.
" Tuh kan, Aira gak bohong." ucap Aira lagi.
" Tapi puasanya setengah hari yah." ujar Diah lagi menambahkan.
" Hem.., pantas lah Aira bisa cicipi bakwan yang mama buat."
" Ih Aira, ayah jadi pengen makan bakwannya."
" Ayah penasaran sama yang Aira bilang, seenak apa sih bakwan yang mama masak." tanya Bima lagi.
" Ih ayah kan masih puasa, mana boleh cicipi bakwannya yah."
" Tapi..., bakwan yang mama buat sama Aira tadi beneran enak banget yah !" tambah Aira yang membuat Bima tergoda akan perkataan Aira anaknya.
Bima langsung pergi mandi dan cepat berpakaian, dia sudah tidak sabar mau mencicipi masakan istrinya yang kata anaknya enak banget itu.
Diah hanya geleng kepala saja melihat tingkah anak dan ayah itu kalau sudah berbicara membahas sesuatu.
Setelah semua sudah siap terhidang di meja makan, tiba - tiba mendadak Lastri dan ke lima anaknya datang kerumah bersama suaminya juga.
Mereka membawa buah tangan berbagai macam gorengan dan semangka juga ada.
mereka datang dengan tujuan mau buka bersama dirumah nenek. Ya bagi Diah sih tidak ada masalah, biar tambah ramai berbukanya jadi lebih seru.
" Dug, dug, dug...!"
" Alhamdulillah..." semua mengucap syukur karena sudah terdengar beduk dan itu pertanda waktunya buka puasa.
Semua orang berkumpul duduk di ruang makan, di atas meja sudah tersusun segala macam makanan dan minuman segar disana.
Bima pun buru - buru ingin mencicipi bakwan yang dimasak oleh istrinya tadi, Aira dan Diah juga memakannya.
Bakwan / Ote - ote / Bala - bala
Setelah melepas dahaga dan memakan beberapa camilan, Diah dan suaminya pun langsung menunaikan maghrib bersama dirumah.
Karena mereka merasa masih kenyang dengan makan camilan dan minuman berbuka tadi, jadi Bima dan Diah memutuskan untuk tidak makan nasi pada saat itu.
Diah hanya menyuapi Aira yang memang sudah dari tadi meminta makan pada Aira, namun Diah berkata lebih baik makan bersama dengan ayah nanti.
Ternyata Bima tidak makan nasi dulu untuk saat ini, akhirnya Bima dan Diah memutuskan untuk makan setelah pulang dari shalat tarawih di masjid dekat rumah mereka.
1 Jam kemudian
Adzan Isya pun berkumandang, Bima dan Diah segera berkemas pergi ke masjid bersama anaknya.
Sedangkan Lastri dan keluarganya semua masih dirumah, mereka asyik menonton tv dan tidak ada yang terlihat pergi ke masjid.
Samapi di masjid mereka pun menunaikan ibadah tarawihnya, Aira terlihat bersama teman - teman sekolahnya yang bertemu di masjid.
Aira sangat senang katanya bersama temannya saat bertemu di masjid tadi.
Diah dan Bima tersenyum melihat anaknya yang sangat gembira saat ibadah ke masjid bersama.
Sampai dirumah Bima dan Diah bermaksud ingin makan malam, perut mereka sudah mulai terasa lapar.
Karena memang dari buka puasa tadi mereka belum makan nasi.
Setelah masuk kerumah dan meletakkan mukenah dan lainnya, Bima menyuruh Diah untuk mengambil makan malam untuk dirinya.
Diah pun menuruti permintaan suaminya itu, dia pergi ke dapur untuk mengambilkan makan malam suaminya.
Namun wajah Diah berubah ekspresi saat melihat keadaan di dapur dan meja makan saat itu.
piring kotor menumpuk di meja makan dan di wastafel, semua sayur dan lauk habis dan berlemak dimana - mana berjatuhan.
Diah sedikit mual melihatnya, dan dia tak sanggup untuk melihat semua itu.
Diah pun pergi mengantar makan malam suaminya ke kamar mereka.
Bima dan Aira sedang menonton tv di kamarnya saat itu, Diah masuk dengan wajah cemberutnya.
" Sayang, kamu tidak ikutan makan sama mas ?" tanya Bima ke istrinya.
" Gak mas, ada pekerjaan yang mau Diah kerjakan." ucapnya langsung pergi dengan wajah murungnya.
Bima hanya menghela nafas saja, dan memakan makanannya. Aira tiba - tiba sudah tidur terlelap tanpa Bima tahu, Aira sudah mengantuk dari tadi saat pulang dari masjid.
Diah pergi kembali ke dapur dan membereskan semua yang berantakan disana. Sementara Lastri hanya duduk diam dan anaknya berlarian membuat rumah terasa riuh sekali.
Diah mencuci semua piring kotor malam itu juga, dia tidak jadi makan malam padahal perutnya sangat lapar. Namun semua lauk sudah habis dan tersisa sedikit bagaikan untuk makanan bebek menurutnya.
Masakan yang dia masak hari ini terbilang sangat banyak, karena biar gampang saat sahur malam tinggal di panaskan kembali. Tapi apalah boleh buat, semua sudah habis tak ada sisa lagi untuk besok.
Diah rasanya ingin menangis malam itu, dia tak habis pikir perbuatan Lastri kepadanya.
" Loh ma, kenapa kamu tidak makan ?" tanya Bima suaminya.
" Kenapa malah cuci piring sekarang ?"
" Kamu bisa masuk angin kalau belum makan sudah cuci piring." ucap Bima lagi.
Namun Diah hanya diam saja dan tidak berkata apa pun kepadanya. Bima mengerti kondisi perasaan istrinya saat itu, Bima pun pergi ke kamarnya menemani Aira yang masih tidur.
Semua dia bersihkan kedua mertuanya pun tidak perduli melihat Diah yang mengerjakan semua dari tadi.
Mereka tidak menyisakan makan malam untuk Diah saat itu, akhirnya Diah pergi tidur dengan perut kosongnya.
Bima memeluk istrinya yang diam - diam menangis saat di dalam kamar mereka.
" Sabar ya sayang, mas tahu kamu bagaimana."
" Seharusnya kamu biarkan saja semua begitu saja, tidak usah kami bereskan." ucap Bima.
" Tapi mas, kalau aku tidak membereskannya besok pagi pasti masih begitu terus."
" Kalau ibu yang bereskan pasti nanti kecapean dan jatuh sakit." Siapa lagi yang repot dan disalahkan saat itu..!" Diah mulai meledak emosinya dan tak tahan menghadapi keluarga suaminya.
Bima pun terdiam, dan dia mengerti apa yang dimaksud istrinya. Bima memeluk Diah dari belakang dan mencium tengkuk leher istrinya.
Walau Bima tidak menangis, tapi hatinya juga sakit melihat keadaan istrinya. Namun Bima tidak bisa berbuat apa - apa saat ini untuk keluarga kecilnya.
Diah masih menangis sesenggukan, hatinya sangat terasa sakit sekali. Namun Bima masih terus memeluk istrinya, sampai Diah lelah menangis dan tertidur. Bima memandangi wajah anak dan istrinya yang bingung harus bagaimana.
Bukan Bima tak ingin keluar dari rumah itu, namun dia belum bisa untuk membayar rumah sewa untuk mereka tinggal saat ini. Dan Bima masih memikirkan ibunya yang belum bisa dia tinggalkan untuk saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Nur Aulia
pergi jauh ajj Diah,, keluarga ga punya perasaan
2024-11-21
1
auliasiamatir
kok aku rasa pengen congkel otak Bima yah
2022-10-10
3
Yukity
semangat
2022-09-19
2