Bab 12. Belajar Puasa

Sekarang sudah lewat seminggu berpuasa, dan Aira setiap hari belajar berpuasa. Walau puasanya tidak full seperti yang seharusnya, namun Aira sangat antusias ingin terus ikut berpuasa.

Diah dan Bima sangat senang melihat anak mereka bersemangat dalam berpuasa.

Bima juga selalu memberikan hadiah kepada Aira saat setelah buka puasa di malam harinya.

Bima memberikan uang pada Aira sebesar lima ribu agar dia bertambah semangat besok berpuasa.

Diah juga selalu mengajarkan anaknya menabung dari sebelum bersekolah.

Dan Aira selalu menyisihkan uangnya bila dikasih dari neneknya.

🌻 Masa kecil anak harus bisa kita ciptakan masa yang indah semampu kita sebagai orang tua. Jangan biarkan dia berpikir lebih dewasa dari pada usianya.

Karena masa kecil itu tidak dapat diputar kembali sekali lagi. Jadi kita sebagai orang tua nikmatilah masa anak kita yang masih belia, dan biarkan mereka merasakan masa indah mereka.

Diah juga selalu mengingatkan suaminya untuk meluangkan waktu untuk mereka berdua.

" Mas, kalau haru libur luangkanlah waktu untuk kami, setidaknya untuk Aira." walau hanya sekedar membawanya jalan - jalan ke taman kota dan menikmati permainan yang ada disana." ujar Diah ke suaminya.

" Kalau hanya dirumah saja kasihan dia bisa jenuh dan kurang perhatian untuknya." kata Diah lagi.

Bima hanya diam tapi menganggukkan kepalanya, Bima berpikir bahwa apa yang dikatakan istrinya ada benarnya.

" Bahwa mereka sudah seharian dirumah saja, bahkan selama seminggu tidak kemana - mana."

" Lagian tidak ada salahnya dan tidak banyak keluar biaya kalau hanya pergi jalan ke taman kota dan bermain disana." Ucapnya dalam hati.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

Hari sudah mulai sore, Bima yang hari ini tidak kerja segera mandi dan mengajak istri serta anaknya naik ke motornya.

" Mas, mau kemana kita ini ?" tanya Diah.

" Sebentar lagi sudah mau buka puasa loh mas, mama belum sempat buat teh dan camilan dirumah." nanti kalau ibu dan bapak pulang bagaiman ?" ucap Diah lagi.

" Sudah..., ini hari tidak usah dipikirkan masalah dirumah."

" Diam dan duduklah dengan baik di belakang mas." kata Bima ke istrinya.

" Ayah, kita mau main kemana ?" tanya Aira.

" Rahasia dong.., ayah mau ajak Aira jalan - jalan suka gak ?" tanya Bima dengan menggemaskan.

" Aira sangat suka ayah, hore... !" Aira kegirangan.

Diah tersenyum melihat tingkah suami dan anaknya Aira. Diah semakin erat berpegangan dan memeluk tubuh Bima dari belakang. Bima melirik istrinya dari kaca spion motornya sambil tersenyum.

Bima pun menambah kecepatan motornya karena memang sudah sangat sore dan sebentar lagi maghrib akan berkumandang.

Bima membelokkan stang motornya dan berhenti di warung makan lesehan.

Diah dan Aira pun turun dari motor Bima, mata Aira menjelajah disana.

Aira melompat dan ingin cepat - cepat masuk kesana, karena dia melihat ada permainan anak - anak dan kolam ikan kecil menghiasi warung makan itu.

" Kita kok kesini mas ?" Diah bertanya heran kepada Bima.

" Iya mau makanlah sayang..." masak cuma numpang duduk ?" Bima membalas ucapan Diah.

" Mama..., Aira mau kesana..!" rengek Aira yang mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Diah.

" Aira sayang..., sebentar ya." kita tunggu ayah dulu parkir motornya" ucap Diah ke anaknya.

" Iya ma" Aira menurut perkataan Diah.

Bima menghampiri istri dan anaknya yang telah menunggu mereka di ayunan depan warung itu.

" Ayo ma kita masuk" kata Bima mengajak mereka.

Diah dan Aira pun mengikuti Bima dari belakang, saat masuk kedalam Bima langsung memesan menu makanan dan minumnya.

Bima tidak mau terlalu lama nanti menunggu, sementara waktu berbuka puasa sudah hampir tiba. Waktu berbuka tinggal 15 menitan lagi, dan Bima gak mau menunda saat berbuka.

Diah dan Aira sudah berjalan duluan ke dalam dan memilih tempat duduk mereka. Aira suka duduk di tepi dekat kolam ikan disudut kanan, dan Diah pun mengikuti Aira untuk duduk disana juga.

" Mama, lihat ikannya banyak sekali " kata Aira yang sangat senang melihat ikan - ikan itu.

Bima datang menghampiri mereka yang sedang melihat ikan - ikan di samping tempat duduk mereka.

Bima pun duduk bersama mereka, pesanan mereka akan diantar 10 menit lagi.

Bima memperhatikan anak dan istrinya yang terlihat senang dari tadi, diam - diam Bima memandangi istrinya yang membuatnya gemas ingin menarik dan melakukan sesuatu.

Bima menggelengkan kepalanya dan tersadar dari lamunannya karena terpesona. Dan sekarang waktu sudah mau masuk maghrib, Bima melihat menu makanan mereka siap diantar.

" Permisi pak, ini pesanan bapak tadi " kata pelayan warung.

Ayam Bakar Madu

Nasi Putih

Sate Padang

" Dug, dug, dug...!" terdengar suara beduk dari masjid sebelah warung tersebut.

Dan adzan berkumandang terdengar secara jelas dan indah. Itu menandakan bahwa sudah waktunya berbuka puasa, Bima dan keluarga kecilnya pun berbuka puasa dengan menyantap makanan yang sudah dipesan oleh Bima tadi.

Hari ini Bima ingin makan sate padang, dan memesan ayam bakar serta dua nasih untuk anak dan istrinya.

Aira sangat suka makan ayam bakar mentega, dan begitu juga dengan Diah istrinya.

Bima hanya bisa mengajak makan anak dan istrinya di warung pinggir jalan. Namun Diah istrinya tidak pernah mempermasalahkannya, dibawa jalan saja sama suaminya sudah bahagia hatinya.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Sementara dirumah tidak ada orang, orang tua Bima entah pergi kemana tanpa beri tahu.

Untunglah Bima membawa mereka keluar rumah untuk berbuka diluar.

Dalam perjalanan hidup dan rumah tangganya itu Diah hanya pasrah saja.

Dan berusaha untuk bisa bertahan, tapi tidak tahu pada dirinya akan mampu bertahan atau tidak bila harus hidup bersama mertuanya terus.

Satu sisi suami berbakti dan memenuhi permintaan ibunya, namun di satu sisi tidak menyadari hati istri selalu terluka.

Sering kalau mau keluar rumah selalu ditanya, mau kemana dan mau apa kesana. Diah merasa tidak punya privasi dirumah itu, mau kemana dan mau apa harus memberi tahu dahulu sebelumnya.

Bahkan Lastri kakak iparnya pernah tidur sekeluarga di kamar Diah dan suaminya, mereka masuk tanpa permisi atau memberi tahu pada Diah saat mereka tidak berada dirumah.

Diah merasa dirumah itu tidak di hargai dan seperti tidak memiliki hak untuk apa pun. Kamar pribadinya saja bisa mereka keluar masuk sesuka hati.

Bisa di bayangkan seperti apa rasanya tinggal dirumah yang seperti itu, sesuka hati membuka lemari milik Diah dikamarnya dan mengobrak - abrik seprei dan yang lainnya.

Miris sekali rasanya, orang bisa sesuka hati membuka pintu kamarnya tanpa permisi atau mengetuk pintu saat Diah sedang berada didalam.

Mengeluh pun dengan suaminya juga percuma, Bima tetap membela keluarganya dan akhirnya membuat Diah dan suaminya bertengkar dengan hal itu.

Jadi mulai sekarang Diah hanya diam saja dan tidak mau mengatakan apapun yang dia rasakan dan apa yang terjadi di dalam hidupnya.

Terpopuler

Comments

auliasiamatir

auliasiamatir

kalau aku jadi diah katanya gak bakalan tahan deh Thor

2022-10-10

3

manda_

manda_

lanjut thor bikin laper liat sate Padang sama ayam bakar madu

2022-09-08

5

Abidzar Zaira

Abidzar Zaira

lanjut kk

2022-08-29

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Selalu Terjadi
2 Bab 2. Hasutan Kakak
3 Bab 3. Ingin Cerai
4 Bab 4. Saat Sakit
5 Bab 5. Banyak Konflik
6 Bab 6. Cobaan
7 Bab 7. Memulai dari Awal
8 Bab 8. Seperti Berkasta
9 Bab 9. Sekolah dan Merindu
10 Bab 10. Arisan dan Aqiqah
11 Bab 11. Munggahan
12 Bab 12. Belajar Puasa
13 Bab 13. Demi Buah Hati
14 Bab 14. Menginap
15 Bab 15. Idul Fitri
16 Bab 16. Rasa Cinta
17 Bab 17. Berenang dan Teman Baru
18 Bab 18. Kisah Oma
19 Bab 19. Diculik
20 Bab 20. Firasat
21 Bab 21. Terbukti
22 Bab 22. Sebuah Kebahagiaan
23 Bab 23. Mulai Berbeda
24 Bab 24. Emosinya Bima
25 Bab 25. Jawaban
26 Bab 26. Tak Perduli
27 Bab 27. Masa Bodoh Saja
28 Bab 28. Terjatuh dari Motor
29 Bab 29. Durhaka
30 Bab 30. Keras Kepala
31 Bab 31. Terpaksa
32 Bab 32. Mau Lamaran part 1
33 Bab 33. Mau Lamaran part 2
34 Bab 34. Ulang tahun
35 Bab 35. Membingungkan
36 Bab 36. Menyalahkan Ibunya
37 Bab 37. Akad Nikah
38 Bab 38. Tak Tahu
39 Bab 39. Sebuah Perjanjian
40 Bab 40. Terbongkar
41 Bab 41. Sebuah keputusan
42 Bab 42. Tak Perduli.
43 Bab 43. Pertengkaran
44 Bab 44. Berduka
45 Bab 45. Pindah Rumah
46 Bab 46. Ternyata
47 Bab 47. 2 tahun kemudian
48 Bab 48. Ibu Tidak Diurus
49 Bab 49. Hamil
50 Bab 50. Proses Menjadi Ibu
51 Bab 51. Apakah Ada Penyelesaian?
52 Bab 52. Kelihatannya
53 Bab 53. Suka Berulah
54 Bab 54. Bima dalam dilema
55 Bab 55. Tak Tega Berkata
56 Bab 56. Karena Ulang Tahun
57 Bab 57. Ketahuan Juga
58 Bab 58. Rencana Pergi
59 Bab 59. Pergi dan Berpesan
60 Bab 60. Pesan Di Ponsel Bima
61 Bab 61. Pikiran Kacau
62 Bab 62. Mertua Bima
63 Bab 63. Sudah Hari Kamis
64 Bab 64. Dendam
65 Bab 65. Orang Tua Mereka
66 Bab 66. Tiara Bertindak
67 Bab 67. Semakin Berkembang
68 Bab 68. Karyawan Tak Tahu Diri
69 Bab 69. Mulai Bersemangat
70 Bab 70. Sangat Merindukan
71 Bab 71. Dua Tahun Kepergian.
72 Bab 72. Menikah Kembali
73 Bab 73. Menghindar Dan Lari
74 Bab 74. Tak perduli dan Ditipu
75 Bab 75. Bertemu Kembali
76 Bab 76. Ajak Balikan Lagi
77 Bab 77. Kembali Ke Bali
78 Bab 78. Surat Sudah di Baca
79 Bab 79. Kebodohan Lastri
80 Bab 80. Kabar Baik dan Buruk
81 Bab 81. Di Ceraikan
82 Bab 82. Kembali Dari Awal
83 Bab 83. Cerita Mereka
84 Bab 84. Mencoba Menerima
85 Bab 85. Mendapat Pujian
86 Bab 86. Godaan Tak Tertahan
87 Bab 87. Cerita Kehidupan
88 Bab 88. Masak Untuk Keluarga
89 Bab 89. Buah Cinta Mereka
90 Bab 90. Monik dan Mertuanya
91 Bab 91. Cincin Itu Kembali
92 Bab 92. Kekantor Bima
93 Bab 93. Iri Kehidupan Orang
94 Bab 94. Kertas di Balik Buku
95 Bab 95. Mertua Merestui
96 Bab 96. Kepergian Mama
97 Bab 97. Bertemu Kembali
98 Bab 98. Wasiat dan Amanah
99 Bab 99. Kondisi Mertua
100 Bab 100. Suka dan Duka Mereka
101 Bab 101. Perasaan Seorang Anak
102 Bab 102. Menahan Rasa Sakit
103 Bab 103. Perjuangan dan Pembunuhan
104 Bab 104. Istirahat
105 Bab 105. Bekerja dan Bisnis
106 Bab 106. Suka Merendahkan
107 Bab 107. Terkena Stroke
108 Bab 108. Boy di Penjara
109 Bab 109. Mendapat Kepercayaan
110 Bab 110. Orang Baik Pasti akan Baik
111 Bab 111. Semua Sudah Menyadari
112 Bab 112. Persiapan Lebaran
113 Bab 113. Kabar dari Rendy
114 Bab 114. Suasana Yang Dirindukan
115 Bab 115. Semua Harus Ikhlas
Episodes

Updated 115 Episodes

1
Bab 1. Selalu Terjadi
2
Bab 2. Hasutan Kakak
3
Bab 3. Ingin Cerai
4
Bab 4. Saat Sakit
5
Bab 5. Banyak Konflik
6
Bab 6. Cobaan
7
Bab 7. Memulai dari Awal
8
Bab 8. Seperti Berkasta
9
Bab 9. Sekolah dan Merindu
10
Bab 10. Arisan dan Aqiqah
11
Bab 11. Munggahan
12
Bab 12. Belajar Puasa
13
Bab 13. Demi Buah Hati
14
Bab 14. Menginap
15
Bab 15. Idul Fitri
16
Bab 16. Rasa Cinta
17
Bab 17. Berenang dan Teman Baru
18
Bab 18. Kisah Oma
19
Bab 19. Diculik
20
Bab 20. Firasat
21
Bab 21. Terbukti
22
Bab 22. Sebuah Kebahagiaan
23
Bab 23. Mulai Berbeda
24
Bab 24. Emosinya Bima
25
Bab 25. Jawaban
26
Bab 26. Tak Perduli
27
Bab 27. Masa Bodoh Saja
28
Bab 28. Terjatuh dari Motor
29
Bab 29. Durhaka
30
Bab 30. Keras Kepala
31
Bab 31. Terpaksa
32
Bab 32. Mau Lamaran part 1
33
Bab 33. Mau Lamaran part 2
34
Bab 34. Ulang tahun
35
Bab 35. Membingungkan
36
Bab 36. Menyalahkan Ibunya
37
Bab 37. Akad Nikah
38
Bab 38. Tak Tahu
39
Bab 39. Sebuah Perjanjian
40
Bab 40. Terbongkar
41
Bab 41. Sebuah keputusan
42
Bab 42. Tak Perduli.
43
Bab 43. Pertengkaran
44
Bab 44. Berduka
45
Bab 45. Pindah Rumah
46
Bab 46. Ternyata
47
Bab 47. 2 tahun kemudian
48
Bab 48. Ibu Tidak Diurus
49
Bab 49. Hamil
50
Bab 50. Proses Menjadi Ibu
51
Bab 51. Apakah Ada Penyelesaian?
52
Bab 52. Kelihatannya
53
Bab 53. Suka Berulah
54
Bab 54. Bima dalam dilema
55
Bab 55. Tak Tega Berkata
56
Bab 56. Karena Ulang Tahun
57
Bab 57. Ketahuan Juga
58
Bab 58. Rencana Pergi
59
Bab 59. Pergi dan Berpesan
60
Bab 60. Pesan Di Ponsel Bima
61
Bab 61. Pikiran Kacau
62
Bab 62. Mertua Bima
63
Bab 63. Sudah Hari Kamis
64
Bab 64. Dendam
65
Bab 65. Orang Tua Mereka
66
Bab 66. Tiara Bertindak
67
Bab 67. Semakin Berkembang
68
Bab 68. Karyawan Tak Tahu Diri
69
Bab 69. Mulai Bersemangat
70
Bab 70. Sangat Merindukan
71
Bab 71. Dua Tahun Kepergian.
72
Bab 72. Menikah Kembali
73
Bab 73. Menghindar Dan Lari
74
Bab 74. Tak perduli dan Ditipu
75
Bab 75. Bertemu Kembali
76
Bab 76. Ajak Balikan Lagi
77
Bab 77. Kembali Ke Bali
78
Bab 78. Surat Sudah di Baca
79
Bab 79. Kebodohan Lastri
80
Bab 80. Kabar Baik dan Buruk
81
Bab 81. Di Ceraikan
82
Bab 82. Kembali Dari Awal
83
Bab 83. Cerita Mereka
84
Bab 84. Mencoba Menerima
85
Bab 85. Mendapat Pujian
86
Bab 86. Godaan Tak Tertahan
87
Bab 87. Cerita Kehidupan
88
Bab 88. Masak Untuk Keluarga
89
Bab 89. Buah Cinta Mereka
90
Bab 90. Monik dan Mertuanya
91
Bab 91. Cincin Itu Kembali
92
Bab 92. Kekantor Bima
93
Bab 93. Iri Kehidupan Orang
94
Bab 94. Kertas di Balik Buku
95
Bab 95. Mertua Merestui
96
Bab 96. Kepergian Mama
97
Bab 97. Bertemu Kembali
98
Bab 98. Wasiat dan Amanah
99
Bab 99. Kondisi Mertua
100
Bab 100. Suka dan Duka Mereka
101
Bab 101. Perasaan Seorang Anak
102
Bab 102. Menahan Rasa Sakit
103
Bab 103. Perjuangan dan Pembunuhan
104
Bab 104. Istirahat
105
Bab 105. Bekerja dan Bisnis
106
Bab 106. Suka Merendahkan
107
Bab 107. Terkena Stroke
108
Bab 108. Boy di Penjara
109
Bab 109. Mendapat Kepercayaan
110
Bab 110. Orang Baik Pasti akan Baik
111
Bab 111. Semua Sudah Menyadari
112
Bab 112. Persiapan Lebaran
113
Bab 113. Kabar dari Rendy
114
Bab 114. Suasana Yang Dirindukan
115
Bab 115. Semua Harus Ikhlas

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!