Satu kaleng minuman bersoda, dan beberapa bungkus camilan, dikeluarkan Masha dari dalam lemari es.
Tidak perlu Doni tahu, apa yang Masha lakukan untuk menenangkan Mike, bukan?
Memang tidak ada yang berlebihan, akan tetapi rasanya akan lebih baik jika dibiarkan saja, agar hanya Masha dan Mike yang tahu.
Mike juga mungkin tidak ingin kerapuhan dirinya, bisa dijadikan Doni sebagai bahan ejekan kepada dirinya, walaupun biasanya, Doni memang hanya bercanda.
Baru saja Masha akan membawa camilan dan minuman itu kedepan, namun ketika dia berbalik, Mike tampak sudah berdiri di belakangnya, dan mengambil itu semua dari tangan Masha.
"Terimakasih...!" ucap Mike pelan.
"Tidak perlu berterima kasih... Kamu juga pasti akan melakukan hal yang sama, kalau sesuatu terjadi padaku, bukan?" ujar Masha.
Mike menganggukkan kepalanya.
"Iya. Tentu saja," jawab Mike.
"Kalau begitu, tidak ada yang istimewa. Anggap saja itu hal yang biasa," kata Masha.
"Ayo kita kedepan!" lanjut Masha, mengajak Mike pergi dari dapur itu.
Sementara Mike menikmati sarapan yang sebenarnya tidak sehat itu, dan Doni tampak bersantai dengan duduk bersandar disofa, Masha melanjutkan pekerjaannya.
"Aku akan ke kantor utama hari ini. Kalian ada yang mau ikut?" tanya Mike tiba-tiba.
"Bukannya kantornya letaknya diluar kota?" tanya Doni.
"Iya. Justru itu aku rencananya mau mengajak kalian, agar aku tidak bosan diperjalanan sendiri," jawab Mike.
"Bagaimana denganmu, Cha? Mau ikut?" tanya Doni.
"Hmmm... Pekerjaan yang diberikan Mike akan terus tertunda, kalau aku ikut... Kalian saja yang pergi," jawab Masha, tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar komputer.
"Aku tidak memaksamu untuk secepatnya menyelesaikan pekerjaan itu," kata Mike.
Bagi Masha, perkataan Mike seolah-olah sedang berharap agar Masha mau ikut bersamanya.
"Kalau aku ikut bukannya hanya merepotkan kalian saja?" tanya Masha mencoba mendapatkan kepastian, kalau dugaannya memang benar.
"Tidak merepotkan sama sekali," jawab Mike.
Berarti benar...
Mike memang mau ada yang menemaninya pergi keluar kota.
"Kamu mau ikut?" tanya Mike, dan kali ini terdengar memang agak memaksa.
Masha tersenyum, sambil memikirkan tawaran Mike dan Doni.
"Kira-kira butuh waktu berapa lama kesana?" tanya Masha.
"Kurang lebih enam jam," jawab Mike.
Masha memutar kursi dan berbalik melihat kedua pemuda itu.
"Enam jam? Pakai mobil?" tanya Masha bingung.
"Iya. Itu kalau aku mengemudi dengan kecepatan diatas rata-rata," jawab Mike.
"Sejauh itu? Apa kita langsung kembali lagi kesini?" tanya Masha lagi.
"Tidak. Aku tidak bakalan tahan untuk lanjut mengemudi lagi untuk kembali kesini. Jadi, kita mungkin harus menginap disana," jawab Mike.
Masha lalu melihat Doni, yang menaik turunkan kedua bahunya, seolah-olah sedang berkata 'terserah' saja.
"Kamu mau ikut?" tanya Masha, sambil tetap melihat Doni.
"Aku mau saja. Kenapa tidak?! Sekalian jalan-jalan kekota lain," jawab Doni.
"Kalian saja yang pergi. Baru membayangkannya saja, ikut diperjalanan sejauh itu, bokongku sudah kepanasan," ujar Masha, lalu kembali berbalik dan meneruskan pekerjaannya didepan komputer.
"Kita bisa istirahat beberapa kali dijalan, kalau memang merasa lelah," ujar Mike.
Kali ini, Masha menjadi semakin yakin kalau Mike memang berharap, agar Masha dan Doni menemani diperjalanannya.
Sebenarnya kalau dipikir-pikir, tidak ada masalah kalau Masha ikut dengan Mike dan Doni.
Selain menemani Mike, Masha juga mungkin bisa sedikit menyegarkan pikirannya, dan seperti yang dibilang Doni, bisa sekalian jalan-jalan.
Kalau di kota yang letaknya sejauh itu, Masha bisa lebih bebas berkeliaran, tanpa perlu terlalu khawatir kalau-kalau dia akan bertemu dengan orang yang mengenalnya.
"Hmmm... Oke! Aku ikut!" kata Masha.
"Kalau begitu, kalian bersiap-siap saja. Jangan lupa membawa baju ganti, karena kita baru akan kembali kesini besok," kata Mike.
"Oke! Aku pulang dulu kalau begitu!" kata Doni.
Masha berbalik dengan memutar kursinya, tepat saat Doni menghampirinya dan mengecup kepala Masha.
"Aku tidak akan lama," kata Doni.
Masha menganggukkan kepalanya, lalu Doni kemudian berjalan keluar dari tempat itu.
Masha lalu berdiri dari tempat duduknya, dan berniat untuk mandi, dan mengemas barang yang kemungkinan akan dia butuhkan diperjalanan.
Mike menghadang langkah Masha, dengan berdiri didepannya.
Masha bergerak mundur sedikit lalu mendongakan kepalanya, agar bisa melihat wajah Mike.
"Ada apa?" tanya Masha.
"Terimakasih sudah mau menemaniku," ucap Mike.
"Tidak masalah. Asalkan kamu mengajak kami berkeliling disana nanti," kata Masha.
Mike tersenyum lebar, lalu menganggukan kepalanya.
"Oke!" kata Mike.
"Hmmm... Kalau begitu, apa kamu sudah bisa menyingkir sekarang? Aku mau pergi mandi dulu," ujar Masha.
"Eh! Maaf!" kata Mike, lalu bergeser sedikit agar Masha bisa melewatinya.
"Aku juga kembali ke apartemen dulu. Nanti aku datang kesini lagi," kata Mike, saat Masha sudah agak jauh darinya.
"Oke! Jangan lupa tutup pintu depan!" kata Masha setengah berteriak.
Sebelum Masha masuk kedalam kamar mandi, Masha bisa mendengar suara berdecit, nampaknya Mike memang sudah pergi dan menutup pintu depan.
Aroma harum perlengkapan mandi, menyeruak dari dalam kamar mandi yang pintunya baru saja dibuka Masha.
Masha sudah selesai mandi dan membersihkan dirinya, dengan rasa segar dari air dingin yang membuatnya merasa lebih bersemangat.
Berpakaian, mengemas dua pasang pakaian, semua sudah beres sekarang, tinggal menunggu Doni dan Mike datang, sambil menyisir rambutnya yang masih agak basah.
Kelihatannya, semuanya terasa baik-baik saja.
Tas ransel yang awalnya membuat Masha gemetaran saat melihatnya, kali ini Masha tidak merasakan apa-apa.
Mungkin Masha memang sudah mulai berkurang rasa khawatir yang biasanya merongrong jiwanya.
Dengan tenang, Masha bisa mengambil tas itu, dan membawanya keluar dari dalam kamar.
Masha cukup terkejut dibuat Doni yang tiba-tiba membuka pintu depan, tanpa mengetuk terlebih dahulu.
"Ah! Kamu sudah siap?!" ujar Doni tampak bersemangat.
"Kamu mengejutkanku!" ujar Masha ketus.
"Maaf... Aku tidak tahu, kalau kamu sedang tegang," kata Doni.
"Siapa bilang aku tegang?! Aku hanya terkejut karena tempat ini sepi, lalu tiba-tiba kamu membuka pintu begitu saja," ujar Masha.
Doni lalu menghampiri Masha, dan memeluknya dengan erat.
"Jantungmu tidak lepas, bukan?" tanya Doni.
Masha menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Selalu saja semua dibuatmu jadi bahan candaan," kata Masha pelan.
"Kamu tahu? Kalau kita banyak bercanda, kita tidak akan cepat menjadi tua," ujar Doni dengan santainya.
Masha tertawa kecil, dan membalas pelukan Doni.
"Lihat! Kamu bisa senang kalau aku bercanda denganmu..." kata Doni, lalu memegang dagu Masha dan mengangkat wajah Masha perlahan.
"Apa aku bisa menciummu?" lanjut Doni.
Masha menganggukkan kepalanya, dan tanpa menunggu lama-lama, Doni sudah mendekatkan wajahnya dan mencium Masha dengan lembut.
"Ehheem... Ehheem..."
Suara batuk palsu Mike, benar-benar membuat Masha terkejut, hingga mendorong Doni menjauh.
"Hey! Aku belum puas menciummu!" kata Doni.
Masha membesarkan matanya.
"Tidak apa-apa 'kan, Mike?" tanya Doni.
Mike tampak kebingungan dengan pertanyaan Doni, lalu berjalan keluar dari tempat itu.
"Doni!" ujar Masha.
"Aku mau menciummu sebentar lagi..." pinta Doni.
"Sebentar saja, ya?! Tidak enak dengan Mike kalau..." Masha tidak sempat menyelesaikan kalimatnya, Doni sudah menciumnya lagi disitu.
"Aku menyayangimu..." kata Doni, setelah dia menghentikan ciumannya, sambil menatap Masha lekat-lekat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments