Part 13

Suara dentingan piano tunggal yang dikemas dalam musik klasik, mengalun pelan dari pengeras suara didalam mobil.

Tenang...

Mike tampaknya menyukai suasana yang diciptakan nada dari pemutar musik dimobilnya.

Pemuda itu mengemudikan mobilnya perlahan, ditengah jalan raya yang padat merayap.

Mungkin karena sekarang sudah waktunya orang-orang pulang dari tempat kerjanya, kemacetan panjang mengular ditengah jalan.

Entah kapan mereka baru bisa tiba di gudang, kalau harus menunggu hingga kemacetan itu berakhir.

Kantong plastik berisikan obat, digenggam Masha dengan erat diatas pangkuannya.

Masha tidak keluar dari kendaraan roda empat milik Mike itu, ketika Mike turun dan menebus resep obatnya di salah satu apotik yang mereka lewati, tak jauh dari apartemen Mike.

"Berapa lama kamu sering dipukuli?" tanya Mike tiba-tiba, tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan.

Masha tidak ingin membicarakan tentang hal itu, dan memilih untuk mengunci mulutnya rapat-rapat.

"Kamu tahu kalau itu tindak pidana? Kenapa kamu tidak melaporkannya?" tanya Mike lagi.

"Aku tidak ingin membahas hal itu. Tolong, jangan bertanya lagi," pinta Masha.

"Hmmm..." Mike bergumam.

Mike tampak seolah-olah sedang memikirkan sesuatu.

"Sebaiknya, kamu nanti mengikuti terapi," kata Mike.

"Untuk apa?" tanya Masha.

Mike lalu melihat kearah Masha sebentar, lalu kembali menatap lurus kedepannya.

"Aku hanya memberimu saran," kata Mike.

Kemudian, hingga mereka tiba di gudang, Mike tidak lagi berbicara apa-apa.

Masha juga memang tidak tertarik untuk membicarakan tentang kekacauan di hidupnya, dan menghabiskan waktu diperjalanan tadi, dengan menatap keluar jendela.

Ketika Mike sudah memarkirkan mobilnya, Masha buru-buru keluar dari dalam mobil, sambil membawa obatnya, tanpa menunggu Mike, dan meninggalkan pemuda itu yang masih duduk didalam mobilnya.

Doni tampak sedang duduk didepan komputer, dan mengetik-ngetikkan sesuatu dipapan tombol komputer, ketika Masha membuka pintu.

Tak lama, Doni lalu berbalik, dan melihat masha yang baru saja melewati pintu.

"Kamu sudah terlihat jauh lebih baik," celetuk Doni, dengan senyum lebar diwajahnya, sambil berdiri dari tempat duduknya, dan menghampiri Masha.

Doni mengecup pelan kening Masha, sembari memeluk Masha dengan erat untuk beberapa saat.

"Kamu meninggalkan barang-barangmu dimobil," terdengar suara Mike, yang tampaknya baru saja menyusul masuk ke gudang.

Doni lalu melepaskan pelukannya dari Masha, dan kembali duduk didepan komputer.

Masha berbalik dan melihat Mike yang berjalan melewatinya, sambil membawa kantong-kantong kertas yang berisikan pakaian yang diberikan Mike di apartemen tadi.

Mike meletakkan kantong-kantong itu, lalu duduk di sofa.

"Aku belum sempat berterima kasih denganmu," kata Masha.

"Hmmm... Buktikan saja kalau kamu memang bisa bekerja," kata Mike datar, sambil menunjuk dengan matanya, kearah lemari arsip.

Masha kemudian membuka salah satu laci paling atas, dari lemari arsip yang dimaksud Mike, dan mengambil beberapa map berkas.

Mike terlihat menepuk dudukan sofa, seolah-olah menyuruh Masha untuk duduk disampingnya.

Masha lalu duduk disitu, sambil melihat isi berkas.

Tidak seperti data yang tadi sempat Masha kerjakan, berkas ditangannya sekarang ini lebih rumit, lengkap dengan data berbahasa Inggris.

Masha belum pernah mencoba menginput data yang seperti itu, dan kelihatannya Masha harus belajar lagi.

Tanpa Masha sadari, dia telah larut dalam bacaannya untuk beberapa waktu lamanya, hingga melupakan keberadaan dua pemuda, terlebih Mike yang duduk disebelahnya.

Masha dengan santainya mengangkat kakinya keatas sofa, sambil mempelajari isi berkas yang dipegangnya.

Masha benar-benar tidak tersadar lagi, kalau mungkin sekarang ini dia sedang diperhatikan Mike dengan seksama, hingga Mike menjulurkan jari telunjuknya keatas berkas yang dibaca Masha.

"Kamu mengerti cara kerjanya?" tanya Mike sambil menunjuk salah satu tabel, yang tertera diatas kertas itu.

Masha mengangkat kepalanya, lalu menoleh kesamping.

Sepasang mata berwarna biru, sedang menatapnya lekat-lekat.

"Aku akan memberi contoh untukmu," kata Mike, lalu tanpa aba-aba, memegang tangan Masha dan membawanya berdiri, mendekat ke meja komputer.

"Doni! Kamu bisa bergeser sebentar!" kata Mike.

Doni lalu berdiri dari tempat duduknya, dan membiarkan kursi itu kosong.

"Kamu bisa duduk disitu!" kata Mike.

Masha lalu duduk dikursi menggantikan Doni.

"Geser kursornya! Keluar dari dari file itu!" perintah Mike, sambil membungkuk didekat Masha.

"Buka file yang ini!" kata Mike, sambil menunjuk kesalah satu tanda di layar komputer.

"Aku sudah mengerjakannya sebagian. Kamu bisa ikuti rumusnya, agar pekerjaanmu tidak terlalu lama," kata Mike, ketika file yang ditunjuknya sudah dibuka Masha.

"Bisa 'kan? Semua data sudah ada dikantor utama, ini hanya untuk pencocokannya saja," lanjut Mike, lalu meluruskan punggungnya.

"Kalau kamu sudah mengerti, kamu bisa menutup halaman itu. Data yang dikerjakan Doni, harus aku antar pagi besok," kata Mike.

Masha merasa kalau dia mengerti maksud Mike, lalu menutup halaman file, kemudian menggantinya dengan file yang harus diinput Doni.

Tanpa berdiri dari tempat duduknya, Masha kemudian lanjut mengerjakan pekerjaan Doni.

"Aku bukan menyuruhmu mengerjakan pekerjaan Doni," celetuk Mike.

"Tidak apa-apa. Biar aku saja yang meneruskannya," kata Masha datar.

Tidak ada yang perlu Masha lakukan, lebih baik dia mengerjakan itu daripada harus termangu, dan akhirnya memikirkan hal-hal yang hanya membuatnya sakit hati.

Masha menginput data-data kedalam komputer, tanpa memperdulikan lagi, apa yang dilakukan Doni dan Mike dibelakangnya.

Tertinggal beberapa lembar lagi yang belum selesai diketik Masha, dan tanpa mau beristirahat walau sebentar, Masha terus mengerjakannya hingga akhirnya semua data-data itu selesai dia input.

"Sudah selesai! Harus diapakan lagi?" tanya Masha, sambil berbalik dengan tetap duduk dikursinya.

Doni tampak tertidur di sofa, sambil bersandar dibahu Mike, sedangkan Mike terlihat sedang membaca berkas, yang sempat dikeluarkan Masha dari lemari arsip.

Mike kemudian mengangkat pandangannya dari kertas ditangannya, lalu melihat Masha.

"Salin kedalam flashdisk yang tutupnya berwarna hijau," kata Mike, tanpa banyak bergerak, seolah-olah membiarkan Doni tetap tertidur pulas dibahunya.

Masha hampir tertawa melihat kedua pemuda itu, dan dengan melipat bibirnya, dia kembali berbalik melihat layar komputer, dan mengerjakan pekerjaan selanjutnya, sesuai arahan Mike.

Setelah mengambil flashdisk dari dalam laci, Masha lalu menyalin data kedalam situ, sebelum dia mematikan layar komputer.

Masha lalu berdiri dari tempat duduknya, dan berjalan menghampiri Mike, kemudian menyodorkan flashdisk kepada pemuda itu.

"Ini!" kata Masha.

Perlahan Mike menggerakkan tangannya, dan mengambil flashdisk dari tangan Masha, kemudian memasukkan benda itu kedalam saku celananya.

"Sebaiknya, kamu meminta agar Doni memberikan bantuan yang pantas untukmu. Karena kamu bekerja, sedangkan dia malah hanya tidur-tiduran," kata Mike.

Masha tertawa kecil, lalu setengah membungkuk, membangunkan Doni, berniat menyuruhnya untuk beristirahat dikamar.

"Doni...! Tidur dikamar saja...!" kata Masha pelan, ketika Doni membuka matanya, dan tampak masih seperti orang kebingungan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!