Rasanya, sudah cukup lama Masha memeriksa berkas-berkas, sambil menemani Mike didalam kamar, karena sempat beberapa map berkas yang menumpuk didekat tempatnya duduk.
Sesekali, Masha melihat Mike yang sekarang tampak masih tertidur pulas.
Dugaan Masha, diluar sekarang mungkin sudah terang.
Masha kemudian berjalan pelan keluar dari kamar, sambil membawa semua map berkas-berkas dari atas lantai.
Dan benar saja.
Ketika Masha membuka pintu depan, cahaya matahari, sudah mulai menerangi meskipun belum sepenuhnya terpapar dengan sinarnya.
Tanpa menutup pintu itu kembali, Masha memang berniat agar udara didalam tempat itu bisa bersirkulasi dengan baik.
Masha kemudian pergi kekamar mandi, dan membersihkan diri disana.
Masih terlalu pagi kalau mandi, jadi Masha memilih untuk mencuci muka dan menyikat giginya saja.
Ketika Masha kembali berjalan kedepan, dia masih sempat mengintip kedalam kamar, dan Mike masih dengan posisinya yang tadi.
Masha lanjut berjalan kedepan, lalu menyalakan komputer, sambil mempersiapkan berkas data yang harus diketik terlebih dahulu.
Dengan ditemani sekaleng minuman bersoda yang diambilnya dari dalam lemari es, Masha mulai mengetikkan data-data di komputer.
Menggunakan rumus bawaan yang diajari Mike kemarin, pekerjaan itu terlihat tidak terlalu sulit, dan Masha bisa mengerjakannya dengan santai.
"Pagi!"
Terdengar suara dari pintu depan yang terbuka, dan kedengarannya itu seperti suara Doni.
Masha berbalik, dan memang benar kalau Doni yang datang, sambil membawa kantong plastik, yang diduga Masha berisi makanan.
Doni terlihat segar, seakan-akan baru saja selesai mandi dan langsung mendatangi tempat itu.
"Jangan bilang kamu membawa makanan lagi?! Didalam lemari es masih banyak sisa semalam," kata Masha, lalu kembali memutar kursi menghadap layar komputer.
"Ini bubur ayam. Enak, kalau dijadikan sarapan!" ujar Doni, sambil menghampiri Masha.
"Masih terlalu pagi kamu sudah bekerja," lanjut Doni.
"Aku tidak bisa tidur sejak subuh tadi," celetuk Masha.
"Kenapa?" tanya Doni.
"Mike bergadang hampir semalaman. Jadi, aku menyuruhnya tidur dikamar," jawab Masha.
"Eh! Mike tidak pulang?" tanya Doni terdengar heran.
"Iya. Biarkan saja, dia masih tidur dikamar. Aku kasihan melihatnya. Dia sempat bermimpi buruk, dan baru-baru saja dia bisa tertidur pulas," jawab Masha, sambil tetap mengetik.
"Hmmm... Begitu, ya?!" ujar Doni.
"Kalian tidak berbuat apa-apa, bukan?" tanya Doni.
"Kamu bercanda? Tentu saja tidak!" jawab Masha datar.
Doni mengecup pucuk kepala Masha.
"Aku memang cuma bercanda. Aku percaya dengan kalian berdua," kata Doni.
"Ayo, sarapan dulu! Baru kerja lagi!" lanjut Doni.
"Aku tidak terbiasa sarapan. Nanti saja!" kata Masha.
"Mana enak makan bubur ayam kalau sudah terlanjur dingin," kata Doni, yang terdengar memaksa.
Masha tidak menanggapi perkataan Doni, dan tetap tidak mau mengalihkan perhatiannya dari pekerjaan didepannya.
Kursi yang diduduki Masha lalu berputar, dan tampaknya Doni yang memutarnya, hingga Masha jadi berbalik dan berhadap-hadapan dengan Doni.
"Sarapan dulu!" kata Doni lagi.
Masha akhirnya menuruti perkataan Doni, mengambil satu bungkus makanan, dan kembali duduk di kursi itu.
Doni membuka bungkusan makanan miliknya lalu makan diatas sofa, dan Masha juga memakan makanannya sambil tetap duduk dikursi kerja.
"Bagaimana Mike?" tanya Doni.
"Maksudmu?" tanya Masha bingung.
"Kamu bilang dia sempat bermimpi buruk," kata Doni.
"Iya. Badannya gemetaran, dengan keringat dingin sebesar butiran jagung dikepalanya," kata Masha.
"Tapi, dia bisa melewatinya. Sekarang, dia sudah tidur dengan tenang," lanjut Masha.
Doni tampak manggut-manggut, seolah-olah mengerti dengan maksud perkataan Masha.
"Nanti sore, mau jalan-jalan?" tanya Doni.
"Hmmm... Aku masih takut kalau terlalu sering keluar. Apalagi, kalau ditempat-tempat yang ramai," jawab Masha.
"Kenapa?" tanya Doni.
"Eh! Apa kamu lupa kalau aku sekarang ini sedang bersembunyi?" tanya Masha.
"Aku khawatir kalau-kalau aku bertemu dengan ayahku. Atau siapa saja yang mengenalku, lalu melaporkannya kepada ayahku," lanjut Masha.
"Kamu pasti sudah tahu, kalau kamu sekarang sudah cukup umur untuk menentukan pilihanmu sendiri, bukan?" tanya Doni.
"Iya, aku tahu. Tapi, tetap saja. Yang namanya takut, memangnya mengenal usia?" ujar Masha.
Kembali, Doni tampak mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Aku mengerti perasaanmu... Ayahku sudah meninggal dunia tahun lalu, tapi terkadang aku masih gemetar ketika pulang ke rumah," kata Doni.
Masha menatap Doni lekat-lekat, dan hampir tidak bisa menelan makanan yang baru saja dia suapkan kedalam mulutnya.
Ayah Doni yang kerap memukulinya sudah cukup lama meninggal dunia, akan tetapi Doni masih merasakan ketakutannya.
Lalu bagaimana dengan Masha?
Kira-kira berapa lama, barulah Masha bisa merasakan hidup dengan tenang?
Tenggorokan Masha seakan tercekat, dan benar-benar kehilangan selera makannya, meski bubur ayam itu sebenarnya terasa lezat dimulutnya.
Membayangkan dia akan hidup dalam ketakutan terus menerus, benar-benar membuat Masha tidak bersemangat untuk melanjutkan hidup.
Masha meletakkan makanannya diatas tumpukan berkas diatas meja.
"Kenapa? Kamu sudah selesai makannya?" tanya Doni.
"Aku sudah kenyang," jawab Masha.
"Apa ada yang salah?" tanya Doni, yang tampak tidak percaya dengan apa yang dikatakan Masha.
"Tidak ada. Aku hanya tidak terbiasa sarapan. Makanya, aku cepat merasa kenyang," jawab Masha.
Masha memilih untuk menyimpan rasa tidak nyamannya sendiri.
Bukan cuma Masha yang masih bergumul dengan pengalaman buruk.
Doni dan Mike juga merasakan hal yang sama, dan Masha tidak mau membebani mereka dengan permasalahan yang ada didalam pikiran Masha.
Masha akan berusaha sebisanya, agar tetap terlihat tegar dan seceria yang dia bisa.
"Kalau kamu mau jalan-jalan, aku mau ikut. Asalkan jangan ditempat-tempat yang tidak terlalu ramai saja," kata Masha.
"Kalau bisa ditempat yang jauh dari sini, akan lebih bagus," lanjut Masha.
"Oke! Tapi, habiskan dulu sarapanmu," kata Doni datar.
"Aku sudah bilang kalau aku sudah kenyang, loh!" ujar Masha, tapi tetap mengambil kembali makanannya, dan berusaha menelannya sampai habis.
Sesendok suapan terakhir bubur ayam disuapkan Masha kedalam mulutnya, tepat saat Mike ikut duduk bergabung dengan Doni di sofa.
"Kamu sudah bangun!" ujar Masha.
"Kamu tidak mengganggu pacarku, 'kan?" tanya Doni.
Masha tertawa kecil.
"Jangan menggoda Mike! Dia membantu mengerjakan pekerjaan yang seharusnya aku lakukan," kata Masha.
"Aku tahu. Aku cuma bercanda..." ujar Doni.
"Sorry, kawan! Aku tidak tahu kalau kamu ada disini, jadi aku hanya membeli sarapannya dua porsi," lanjut Doni.
"Tidak apa-apa. Aku juga sedang tidak ingin sarapan," jawab Mike, masih dengan wajah lesu.
Mike lalu melihat kearah Masha.
"Ter..."
Mike tidak melanjutkan kalimatnya.
Masha menggelengkan kepalanya, agar Mike tidak perlu melanjutkan perkataannya, yang tampaknya hendak berterima kasih kepada Masha.
"Apa?" tanya Doni.
Masha yang masih bertatap-tatapan dengan Mike, kembali menggelengkan kepalanya.
"Tidak ada apa-apa," kata Mike.
"Disini tidak ada kopi, ya?" tanya Mike.
"Tidak ada. Hanya ada soda, juga camilan didalam lemari es. Mau aku ambilkan?" ujar Masha.
Mike menganggukkan kepalanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments