Pagi itu dengan berjalan kaki, Masha berangkat sekolah tanpa mengisi perutnya dengan apapun juga sebagai sarapan.
Bukannya Masha tidak mau sarapan, tapi apa yang bisa dimakan?
Ibu tirinya yang terlalu baik, membungkus semua sisa makanan yang bisa jadi sarapan, kedalam kotak bekal makan siang Kinan.
Biasa saja, tidak ada yang mengherankan.
Ayah Masha sejak semalam, sudah pergi keluar kota secara tiba-tiba, untuk urusan pekerjaan, dan Masha tertinggal bersama dua orang wanita, yang tidak ada hubungan darah sama sekali dengannya.
Lalu apa yang akan Masha harapkan?
Masha bisa menahan laparnya sampai jam pulang sekolah nanti, karena ibu tirinya juga selalu lupa untuk memberikan Masha uang saku.
Mungkin karena Masha tidak pernah mengeluh, ayahnya juga tidak pernah menanyakan tentang lambung Masha.
Apalagi, Masha memang tidak mau ada keributan sia-sia, dan tidak ada gunanya sama sekali.
Bayangkan saja, kalau dua suara melawan satu, saat Masha mencoba-coba mengeluh.
Kira-kira perkataan Masha akan dipercaya ayahnya begitu saja, kalau ibu tiri dan kakak tirinya lebih nyaring berbicara?
Yang ayahnya tahu, Masha harus selalu ranking disekolah, dan ayahnya bisa membanggakan nilai-nilai bagus dalam raport Masha kepada orang tua siswa yang lain, ataupun kepada sesama rekan kerjanya.
Kinan sudah sejak tadi pergi ke sekolah, dengan mengendarai sepeda motor.
Wajar saja.
Kecuali ayah Masha sedang berada dirumah, maka Kinan akan mengajak Masha berangkat bersama-sama ke sekolah dengannya.
Tapi, hari ini 'kan ayah Masha sedang bekerja, jadi untuk apa Kinan membonceng Masha ke sekolah?!
"Punya kaki itu dipakai!"
Daripada dibentak Kinan seperti itu, lebih baik Masha berjalan kaki saja.
Jarak sekolah yang cukup jauh, membuat masha harus bergerak cepat, melangkahkan kakinya kalau tidak mau terlambat.
Seperti biasa, Masha akan memasang senyum terbaiknya, saat berhadapan dengan orang-orang yang tidak tahu kondisi didalam rumah Masha.
Masha dikenal sebagai siswa perempuan biasa yang ceria, pintar, sekaligus menonjol dalam kemampuannya bermain gitar.
Gelar sebagai Gitaris wanita terbaik, pernah disabet Masha dalam pentas seni antar beberapa sekolah.
Memang tidak sesuai dengan wajah Masha yang cantik dan feminim.
Tapi, Masha lebih memilih gitar daripada piano atau alat musik yang lain.
Aliran musik yang disukai Masha pun, aliran musik Hard Rock yang keras dan sangar.
Untuk menghabiskan masa luangnya, karena salah satu guru mata pelajaran yang semestinya mengajar pagi itu tidak hadir untuk mengisi jadwalnya, Masha memainkan gitar properti sekolah yang baru saja dipinjamnya dari ruang kesenian.
Saat memainkan gitarnya secara solo, seakan-akan Masha bisa membelah bumi dengan getarannya.
Masha larut dalam nada permainan gitarnya sendiri, saat teman-teman sekelasnya yang lain, sedang sibuk menghabiskan uang jajan mereka di kantin sekolah.
Beberapa hari belakangan, jadwal belajar kelas Masha memang tidak terlalu ketat seperti biasanya.
Tinggal menghitung hari mereka akan melangsungkan ujian kelulusan sekolah menengah atas, dan memang lebih sering diberikan lebih banyak kelonggaran dari guru-gurunya, agar bisa lebih santai dalam menghadapi ujian nanti.
Tak lama berselang, beberapa teman Masha kembali ke kelas, dan menonton Masha yang masih saja memainkan gitarnya disana.
"Tidak ada lagu yang lebih santai?" tanya Yudha tiba-tiba menyela permainan gitar Masha.
"Mau bernyanyi lagu apa?" tanya Masha.
"Pemuja Rahasia!" jawab Rina.
Lagu Sheila on seven itu, memang lagu favorit Rina, dan hampir setiap ada kesempatan bagi Masha bermain gitar, Rina pasti akan meminta agar lagu itu bisa dia nyanyikan, sambil diiringi permainan gitar Masha.
"Apa tidak sebaiknya kamu katakan saja kepada orangnya kalau kamu suka dengannya? Daripada kamu hanya bernyanyi, tanpa disadari orang yang kamu taksir," kata Masha, mengejek Rina.
"Helloww! Aku hanya suka dengan lagu itu, bukan berarti ada yang aku taksir, nona manis!" kata Rina, lalu tersenyum lebar.
Senyuman Rina, tiba-tiba menghilang ketika dia menatap wajah Masha lekat-lekat.
Masha tahu, pasti karena luka di bibirnya, tapi Masha berpura-pura seolah-olah tidak ada apa-apa, dan seolah-olah hanya karena Masha yang kikuk, hingga membuat bibirnya terluka.
Mencari kunci nada yang cocok dengan suara Rina, Masha kemudian memainkan lagu Pemuja Rahasia milik Sheila on Seven itu, dan akhirnya bisa membuat Rina berhenti menatap luka di bibir Masha, dan segera bernyanyi mengikuti irama.
Yudha mengetuk-ngetuk meja, seakan-akan itu adalah satu set drum, yang melengkapi suara gitar yang sedang dimainkan Masha.
Berhasil.
Masha selalu berhasil mengalihkan perhatian teman-temannya, dari luka-luka yang tidak wajar ditubuhnya.
Bel tanda istirahat pertama dimulai, lalu berbunyi nyaring, dan membuat keributan diluar kelas.
Gerombolan siswa dari kelas lain, yang berhamburan keluar dari ruangan mereka masing-masing, seakan-akan tidak cukup kalau hanya berjalan saja, tanpa mengeluarkan suara riuh dari mulut mereka.
Masha lalu berhenti memainkan gitarnya.
"Kenapa berhenti?" tanya Rina.
"Aku mau menonton permainan basket dilapangan," kata Masha, lalu menyerahkan gitar kepada Yudha.
"Kamu saja yang memainkannya," kata Masha, lalu berjalan keluar, tanpa memperdulikan tatapan kecewa teman-temannya itu.
Masha memang berkata jujur.
Masha senang menonton permainan basket yang diadakan hampir tiap hari dilapangan terbuka, yang berada ditengah-tengah sekolah.
Sebenarnya, Masha bisa ikut bermain, tapi Masha masih merasa malu, kalau dengan tubuhnya yang hanya memiliki tinggi rata-rata, lalu bergabung dengan pemain basket sekolah yang kesemuanya berbadan tinggi, seperti tiang listrik.
Jadinya, Masha memilih untuk menontonnya saja.
Kapten tim basket sekolah selalu tampak menaruh perhatian lebih kepada Masha, yang selalu jadi penonton setia permainan santai mereka dilapangan sekolah itu.
Mungkin tidak ada perasaan apa-apa, hanya karena Masha sering bertepuk tangan menyoraki aksi para pemain dilapangan, kapten tim jadi sering duduk bersama Masha dibangku yang ada didekat lapangan.
"Sampai kita semua akan lulus dari sekolah ini, kamu tidak pernah datang ke pertandingan..." celetuk Jodi.
"Aku tidak bisa keluar rumah dengan bebas. Kalau sampai nilaiku menurun, nanti aku tidak bisa masuk universitas yang aku inginkan," kata Masha datar.
Tidak semua perkataan Masha itu bohong.
Masha memang mau agar dia bisa kuliah di universitas yang dia incar
Perkataan yang bohong hanyalah, kalau dia tidak bisa keluar bebas karena takut nilainya menurun.
Karena yang benarnya adalah dia tidak mau dilaporkan yang aneh-aneh oleh ibu tirinya, dan Kinan kepada ayahnya, yang bisa berakibat fatal bagi tubuhnya.
Pembicaraan dengan Jodi saat ini, membuat Masha jadi ingat dengan Kinan.
Pasti saat ini Kinan sedang melihat Masha dengan wajah merengut, karena Kinan tertarik dengan Jodi, dan sekarang pemuda itu sedang duduk bersebelahan dengan Masha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments