Part 17

Mike menyetir dengan Doni duduk disebelahnya, dan Masha yang duduk di jok belakang.

Kendaraan beroda empat milik Mike berjalan pelan, menyusuri jalanan sambil mencari warung yang menjual kartu domino.

Jalanan sudah mulai sepi, dan tidak terlalu banyak terlihat orang-orang yang duduk-duduk bersantai dipinggir jalan.

Hanya di beberapa titik pedagang makanan yang masih berjualan, yang masih bisa terlihat ada orang yang menikmati makan dan minumnya disitu.

"Dimana tempat membeli kartunya?" tanya Masha.

"Hmmm... Kenapa? Kamu sudah bosan jalan-jalannya?" tanya Mike.

Masha memajukan badannya, sambil berpegangan disandaran jok tempat Mike dan Doni, duduk hingga dia berada diantara dua pemuda itu.

"Bukan begitu. Aku hanya mau tahu saja," jawab Masha.

"Tempat biasa aku membelinya tadi sudah kita lewati. Sudah tutup. Kita ke tempat yang lain," kata Mike.

Masha manggut-manggut mengerti.

Mike membawa mobilnya memasuki sebuah gang sempit, yang mengarah ke sebuah pemukiman padat penduduk.

Masha tertarik melihat tangan Mike yang tampak cekatan menggerakan setir, ketika melewati beberapa kendaraan yang terparkir asal-asalan didalam gang.

"Sulit tidak? Menyetir mobil," tanya Masha.

"Hmmm... Tidak sulit. Paling-paling, rasa khawatir menabrak saja yang membuat kita merasa kalau menyetir itu sulit," jawab Mike.

"Doni sempat aku ajari. Tapi... Ya, itu! Rasa takut, membuatnya tidak bisa-bisa," lanjut Mike.

"Hey! Benda ini tidak seperti sepeda motor! Bisa dengan santainya, sat set dijalanan," celetuk Doni.

"Hmmm... Oke, oke...! Jadi, bukan karena ketakutan?" ujar Mike, lalu tertawa kecil.

Masha ikut tertawa dengan Mike disitu.

"Eh! Kalian berdua menertawakanku?!" ujar Doni ketus.

"Tidak! Kenapa? Tersinggung?" tanya Mike, lalu lanjut tertawa.

"Hmmm... Awas saja! Kalau kalah main domino, jangan menangis!" ujar Doni.

"Eh! Masa cuma karena kalah lalu menangis?" tanya Masha.

"Ooh... Belum tahu, ya? Kita mainnya nanti, siapa yang kalah, jarinya bakal di selentik," jawab Doni.

"Waduh!" ujar Masha panik.

"Makanya... Jangan sampai kalah!" kata Doni enteng.

Mike terlihat tertawa sampai badannya terguncang, sambil memarkirkan mobilnya didepan salah satu warung didalam gang itu.

"Beli kartunya, sana!" kata Mike.

"Siap, bos!" ujar Doni, lalu bergegas membuka pintu mobil, dan berjalan keluar mendatangi warung yang mereka singgahi.

"Kamu tidak perlu mengerjakan pekerjaan yang aku berikan padamu kalau sudah malam. Cukup bekerja seperti orang biasa. Dikerjakannya di siang hari saja," kata Mike, ketika Doni baru saja keluar dari mobilnya.

"Oke! Terimakasih, ya?!" ujar Masha.

"Sama-sama. Aku juga tidak mau mengerjakan itu sendiri, jadi aku memang butuh bantuan," kata Mike.

"Hmmm... Sesibuk itu?" tanya Masha.

"Tidak juga. Hanya lebih banyak rasa malasnya saja," jawab Mike.

Tidak berapa lama kemudian, Doni sudah kembali masuk kedalam mobil.

"Ada?" tanya Mike.

"Ada," jawab Doni.

"Ayo, kita pergi dari sini! Diluar banyak preman!" lanjut Doni buru-buru.

Mike lalu menurunkan tuas rem tangan, lalu kembali menjalankan mobilnya keluar dari gang sempit itu.

"Lihat itu!" kata Doni, sambil menunjuk kesatu arah.

Terlihat beberapa orang yang tampaknya masih berusia cukup muda, mungkin masih seusia Mike dan Doni, sedang berkumpul di satu tempat.

Dan kalau Masha tidak salah lihat, diantara kepulan asap rokok, ada bayangan beberapa botol yang mungkin saja itu botol minuman beralkohol.

Masha jadi terpikir, kalau pemuda-pemuda yang jadi preman itu, mungkin punya masalah dirumahnya, yang tidak bisa mereka selesaikan, hingga memilih melampiaskannya diluar.

Tidak mungkin rasanya, kalau mereka memang bercita-cita hanya untuk jadi preman.

"Daripada kita di 'palak', sebaiknya kita pergi jauh-jauh dari sini," ujar Doni.

"Mau langsung kembali ke gudang? Atau mau jalan-jalan di pelabuhan?" tanya Mike.

"Memangnya bisa jalan-jalan disana, meski sudah malam seperti sekarang?" tanya Masha penasaran.

"Kamu mau kesana?" tanya Mike.

"Bagaimana denganmu, Doni?" tanya Mike lagi.

"Terserah kalian saja..." jawab Doni.

"Masha?" tanya Mike.

"Oke! Aku mau melihat-lihat sebentar," jawab Masha.

Mike kemudian membawa mereka memasuki area pelabuhan, dan memarkirkan mobilnya didekat pintu pagar yang baru saja dia lewati.

Mike, Doni dan Masha, lalu berjalan keluar dari mobil, dan berjalan-jalan didekat pelabuhan.

Angin yang berhembus cukup kencang, dan mengacaukan rambut Masha.

Masha menggulung rambut panjangnya, agar tidak mengganggu penglihatannya.

"Kita duduk-duduk disebelah sana saja," kata Mike, sambil menunjuk sebuah kapal cargo yang tertambat di dermaga.

Aktivitas di pelabuhan itu sudah tidak terlalu sibuk, dan hanya ada satu atau dua kapal saja, yang masih melakukan aktivitas bongkar muat barang.

Sambil duduk dipinggir dermaga, dengan kaki menggantung, mereka bertiga melihat kearah lautan yang gelap.

Sesekali ombak besar yang menghantam kaki dermaga, membuat cipratan air yang cukup tinggi untuk menjangkau kaki mereka bertiga.

Serempak, mereka bertiga mengangkat kaki, lalu menggulung kaki celana panjang yang mereka pakai agar tidak basah.

"Dingin?" tanya Doni.

"Agak," jawab Masha.

Angin laut memang menembus, baju atasan Masha yang berbahan sifon dan cukup tipis.

Baik Doni dan Mike yang duduk mengapit Masha, lalu bergeser mendekat, hingga bahu mereka bertempelan.

"Melihat ketengah lautan seperti ini, terasa melegakan," celetuk Masha.

"Iya..." kata Mike dan Doni bersamaan.

"Tapi, lama-lama aku tetap bosan melihat kegelapan," celetuk Doni.

Masha dan Mike tertawa bersamaan.

"Kalau begitu, ayo kita pergi dari sini!" ajak Mike, lalu berdiri.

Begitu juga Doni yang buru-buru berdiri, lalu mengulurkan tangannya kepada Masha, dan membantu Masha berdiri.

Sambil berjalan pelan menuju mobil Mike yang terparkir, Doni merangkul pinggang Masha.

"Kalian tidak boleh tinggal berdua saja di gudang malam-malam, oke?!" celetuk Mike tiba-tiba, sambil membuka pintu mobilnya.

"Eh! Memangnya kenapa?" tanya Doni.

"Takutnya kalian nanti khilaf!" ujar Mike ketus.

"Begini maksudnya?" tanya Doni, lalu menarik Masha yang baru saja membuka pintu mobil, dan menciumnya didepan Mike.

Masha mendorong Doni agar berhenti menciumnya.

"Apa-apaan kamu ini?!" ujar Masha.

Masha merasa sangat malu, ketika melihat Mike menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu masuk kedalam mobil, sedangkan Doni dengan santainya tetap terkekeh, hingga masuk kedalam mobil Mike.

Masha lalu masuk kedalam mobil, dan duduk bersandar dikursinya.

"Kalau cuma ciuman, tidak masalah. Tetapi, bagaimana kalau keterusan?" ujar Mike.

"Tenang...! Aku tahu batasannya..." kata Doni.

"Tetap saja. Kalau kamu sampai menginap di gudang, aku nanti menginap juga disana," kata Mike.

"Ah! Kamu memang pengganggu saja," kata Doni.

Dari kaca spion yang menempel didekat kaca depan mobil, Masha bisa melihat kalau Mike sesekali melirik Masha dari pantulan benda itu.

Mike tampak tersenyum lebar, dan hampir tertawa.

Masha tahu kalau mereka hanya saling mengejek, namun tetap saja itu rasanya memalukan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!