Doni berjalan terhuyung-huyung menuju kekamar, dan tidak berapa lama, dia kembali tertidur pulas, dengan bertelungkup diatas kasur.
Masha memaklumi kalau Doni pasti kelelahan, karena menjaga Masha yang sempat demam malam tadi.
Ketika Masha kembali dari depan pintu kamar, untuk memeriksa Doni, Mike menyuruh Masha agar duduk di sofa bersamanya.
"Kalau kamu memasukkan data-data dari berkas-berkas ini, jangan sampai kamu lupa memeriksanya lagi...
Banyak sekali kesalahan, didalam berkas-berkas ini. Tapi, kalau kamu memang memahaminya, kamu pasti menyadari kalau ada data yang tertukar," kata Mike, sambil menatap berkas ditangannya.
"Lihat ini contohnya!" kata Mike, lalu menunjuk barisan tabel yang tertulis diatas kertas berkas.
Masha membaca isinya, dan memang tampak tidak sesuai antara nama data tertulis, dengan nama dan angka yang tertera ditabel.
"Hmmm... Iya. Aku mengerti maksudmu," kata Masha.
"Kenapa kamu tampak sangat memperhatikan Doni?" tanya Mike.
Masha lalu menoleh kesamping, dan melihat wajah Mike.
Mike masih terlihat menatap berkas ditangannya, meskipun dia menanyakan hal yang tidak ada hubungannya dengan berkas itu.
"Aku tahu kalau Doni pasti lelah karena merawatku semalam," kata Masha.
"Ada apa denganmu semalam?" tanya Mike.
"Semalam, tiba-tiba aku demam," jawab Masha.
"Tapi, kelihatannya bukan aku saja yang memperdulikan Doni. Kamu tadi, juga membiarkan dia tidur dibahumu," lanjut Masha.
Mike lalu ikut menoleh kesamping, dan bertatapan mata dengan Masha.
"Kalau melihat ada seseorang tertidur dibahumu, apa kamu tega membangunkannya?" tanya Mike.
Masha terdiam sebentar, sambil tetap menatap mata Mike.
Kalau orang tidak mengenal Mike dengan baik, Mike akan tampak seperti orang yang dingin.
Tapi kenyataannya, pemuda itu tampaknya memiliki kepribadian yang hangat.
Bukan cuma kepada Doni, Masha juga tadi dibantunya, tanpa banyak menuntut balasan, atau ucapan terimakasih.
Hanya saja, cara Mike berkomunikasi agak sulit dipahami, hingga Masha sempat merasa kesal dengannya.
Masha lalu mengulurkan tangannya kepada Mike.
"Kita belum berkenalan dengan baik tadi," kata Masha.
"Namaku, Masha Ayunda!" lanjut Masha, setelah Mike menjabat tangannya.
"Michael Haris!" kata Mike.
"Nama yang bagus!" kata Masha, sambil tersenyum, lalu sedikit mengguncang tangan Mike.
Mike tersenyum tipis, sebelum mereka saling melepaskan genggaman tangan mereka berdua.
"Aku sungguh-sungguh berterima kasih padamu, karena sudah membantuku," kata Masha.
"Jangan berterima kasih dulu! Kamu mungkin akan lelah bekerja denganku, lalu berbalik membenciku," ujar Mike.
"Wow! Jadi, aku akan disuruh bekerja rodi?" tanya Masha bercanda.
"Hmmm... Kurang lebih begitu," jawab Mike.
"Tidak masalah! Asal gajiku sesuai dengan lelahku," kata Masha.
Mike tampak tersenyum, dan kali ini benar-benar tersenyum.
"Hmmm... Tapi, aku penasaran. Apa aku bisa berteman denganmu, seperti kamu berteman dengan Doni?" tanya Masha hati-hati.
"Tentu saja. Kenapa tidak? Dengan begitu, aku tidak akan segan-segan memarahimu, kalau pekerjaanmu tidak becus," jawab Mike.
Masha menundukkan kepalanya.
"Aku hanya bercanda. Tapi, tetap saja. Tidak mungkin 'kan, kalau aku membiarkan kamu bekerja asal-asalan?" tanya Mike.
"Hmmm... Oke! Itu bisa diterima," jawab Masha.
"Diminum obatmu dulu. Setelah itu, baru kita membahas pekerjaan," ujar Mike.
Masha hampir lupa dengan obatnya, dan untung saja, Mike mengingatkannya.
Kasihan Doni, kalau harus sibuk merawat Masha lagi malam ini, sedangkan Doni semestinya bisa pulang untuk istirahat dirumahnya.
Masha lalu mengambil obatnya, dan menelannya dengan sedikit air, kemudian kembali duduk di sofa, bersebelahan dengan Mike, sambil menelaah berkas-berkas disitu.
Suasana disitu sekarang terasa lebih santai, tidak lagi terlalu canggung seperti awal pertemuan Masha dan Mike siang tadi.
Baik Masha dan Mike, sama-sama sibuk memeriksa berkas-berkas yang terlanjur dikeluarkan Masha tadi, dan Masha tidak lupa untuk segera menandai data yang dianggap tidak sesuai.
Mumpung Mike membantunya, jadi nanti Masha tinggal menginput data-data itu kedalam komputer.
Entah berapa lama, Masha sibuk memeriksa berkas yang dipegangnya, mungkin karena efek obat yang dia minum tadi, matanya terasa sangat berat, dan jadi sering menguap.
Masha menyandarkan kepalanya disandaran sofa, dan memaksakan diri agar tetap terjaga, sambil tetap membaca, dan memberi tanda dilembaran kertas dengan pensil.
Tapi, kelihatannya usahanya untuk tidak tertidur, tidak berhasil, karena untuk beberapa saat selanjutnya, Masha tidak ingat apa-apa lagi.
Betapa terkejutnya Masha ketika terbangun, membuka matanya, dan melihat wajah Mike yang sedikit menunduk, tampak sedang menatap sesuatu.
Rasanya, Masha bisa melihat langit-langit ruangan itu dipucuk kepala Mike.
Apa yang salah?
Kenapa terasa aneh?
Masha melirik kesampingnya.
Salah satu sisi wajahnya bersandar diperut Mike.
Ternyata, Masha bukan tertidur disandaran kursi, melainkan diatas pangkuan Mike.
Bagaimana bisa?
Buru-buru Masha mencoba mengangkat badannya, tapi tidak bisa.
Masha tidak bisa langsung bangun begitu saja dari pembaringannya, dan secara spontan bergantung dibahu Mike, agar menjadi pegangannya, supaya dia bisa terduduk.
Karena Masha terlalu cepat mengangkat kepalanya, wajahnya hampir saja menabrak dagu Mike disitu.
"Hey! Ada apa denganmu?" tanya Mike, yang tampak terkejut, mungkin karena gerakkan Masha yang tiba-tiba.
"Maaf...! Tapi, aku tidak sengaja tertidur, hingga terbaring di kakimu," kata Masha malu-malu.
"Hmmm... Tidak begitu, aku memang sengaja memindahkanmu. Karena kamu terlihat seperti kesakitan, saat tertidur dengan kepala yang tertunduk," kata Mike.
"Heh? Se-nyenyak apa aku tidur, hingga tidak terbangun ketika kamu memindahkanku?!" ujar Masha kebingungan.
"Hmmm... Aku tidak tahu. Yang pasti, waktu aku menggeser posisimu, kamu tidak bereaksi sama sekali," kata Mike.
"Kebetulan kamu sudah bangun. Sejak tadi, aku menahan diri untuk pergi ke toilet," lanjut Mike, lalu berjalan pergi.
Masha menggeleng-gelengkan kepalanya, karena rasanya dia tidak percaya telah tertidur diatas pangkuan Mike seperti itu.
Bahu Mike bagaikan tempat bersandar terbaik bagi Doni, dan kali ini, Mike juga memangku kepala Masha.
Masha jadi ingat dengan Doni.
Apa Doni masih tidur?
Masha lalu berjalan menuju kekamar, tapi Doni tidak terlihat disana.
Masha lalu berbalik, dan menabrak Mike yang tiba-tiba sudah berjalan di belakangnya.
Hampir saja Masha terjatuh, kalau Mike tidak sempat memegang kedua lengannya.
"Ckckck..." Mike mendecakkan lidah, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Apa kamu tidak bisa lebih berhati-hati?" tanya Mike.
"Kalau kamu seperti ini terus, kepalamu bisa terbentur dengan keras," lanjut Mike.
"Maaf...! Aku tidak sengaja," kata Masha.
"Tapi... Dimana Doni?" tanya Masha.
"Dia sudah sejak tadi pulang kerumahnya. Katanya, dia mau mandi," jawab Mike, lalu lanjut berjalan ke depan.
Masha lalu ikut menyusul Mike, dengan berjalan dibelakangnya.
Mike tampak mengumpulkan berkas-berkas yang masih berhamburan, dan meletakkannya diatas lemari arsip.
"Aku juga mau kembali ke apartemen. Apa ada yang kamu butuhkan?" tanya Mike.
Masha terdiam sebentar, lalu menggelengkan kepalanya.
"Tidak ada," jawab Masha.
"Oke! Kalau begitu, aku pergi dulu," kata Mike, lalu berjalan keluar dari pintu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments