Kalau diperhatikan baik-baik, kelihatannya Mike berusia sama dengan Doni, hanya karena penampilannya yang lebih rapi dengan gayanya yang sopan, Mike terlihat lebih berwibawa dan berkarisma.
Mungkin saja, Mike adalah pemilik tempat itu yang sekaligus menjadi bos Doni.
"Masha... Ini Mike, bosku! Dia pemilik tempat ini!" kata Doni, memperkenalkan Masha dengan Mike.
Ternyata benar saja dugaan Masha.
"Kami baru saja berkenalan," kata Mike datar.
Dibandingkan Doni yang tampak bersahabat, Mike terlihat jauh sekali berbeda.
Baik raut wajah, hingga tatapan matanya, terlihat seolah-olah Mike adalah orang yang tegas dan dingin.
"Bagaimana dia bisa mengerjakan pekerjaanmu?" tanya Mike.
Doni terlihat salah tingkah, sambil menggaruk kepalanya, dia memasang senyum terpaksa diwajahnya.
"Aku tidak sengaja membuat berkasnya jadi acak-acakan. Mau tidak mau, aku meminta bantuan Masha untuk menginput data, selagi aku menyusun ulang kertas-kertas sesuai urutannya," jawab Doni.
"Memangnya kamu bisa menggaji hasil kerjanya? Atau kamu mau gajimu aku berikan saja kepadanya?" tanya Mike.
"Maafkan aku, karena menyela pembicaraan kalian. Tapi, aku memang bersedia membantu Doni sementara ini, karena dia juga telah banyak membantuku," kata Masha.
"Bukan masalah yang perlu dibesar-besarkan, hingga harus membahas tentang bayaran Doni," lanjut Masha.
Mike tampaknya tidak senang dengan perkataan Masha, hingga raut wajah datarnya tampak semakin dingin dan kaku.
"Kamu belum menjawab pertanyaanku tadi. Tapi, kamu bisa berkata omong kosong," kata Mike, sambil menatap Masha.
Sorot mata Mike yang tajam, seakan-akan bisa menusuk hingga ke jantung Masha, cukup untuk membuat Masha merasa kikuk.
"Apa yang kamu anggap sebagai omong kosong dari perkataanku tadi?" tanya Masha, memberanikan diri.
"Sudah...! Aku akan membagi gajiku nanti dengannya," kata Doni menyela ketegangan yang hampir terjadi antara Masha dengan Mike.
Mike berdiri dari tempat duduknya, lalu berjalan menghampiri Masha.
"Apa yang terjadi denganmu?" tanya Mike, sambil menunjuk tangan Masha.
"Aku tidak akan mengijinkan seseorang dengan latar belakang tidak jelas, berada ditempat ini," lanjut Mike.
"Mike!" seru Doni dengan nada tinggi, lalu berdiri dan memegang bahu Mike, kemudian menarik laki-laki itu menjauh dari Masha.
Doni bahkan membawa Mike hingga ke bagian belakang tempat itu, yang tidak terjangkau pandangan mata Masha, dari tempat Masha duduk sekarang.
Masha benar-benar merasa tidak nyaman karena perkataan Mike tadi.
Tapi Masha tidak punya banyak pilihan, selain menahan rasa tidak enak itu, daripada mempertahankan ego, lalu pergi begitu saja dari tempat itu, sedangkan Masha masih belum punya tujuan yang pasti.
Cukup lama Doni dan Mike berada dibagian ruangan yang tidak bisa dilihat Masha, dan sampai detik ini, masih belum juga kembali ke ruangan tempat Masha berada sekarang.
Masha menundukkan kepalanya, dan hampir menangis.
Mengapa semua ini bisa terjadi dalam hidupnya?
Dosa apa yang pernah diperbuat Masha, hingga dia diijinkan mengalami cobaan seperti ini?
Kalau memang Masha dilarang Mike untuk menumpang tinggal sementara di tempat itu, mau tidak mau Masha harus memikirkan apa yang akan dia lakukan selanjutnya, ketika Mike mengusirnya nanti.
Kemudian, Masha melihat sepasang kaki dilantai yang berada tepat didepannya.
Masha mengangkat wajahnya yang sedari tadi tertunduk, untuk melihat siapa yang berdiri didepannya.
Mike yang berdiri tegak, tampak sedang melihat Masha, masih dengan wajah keras dan dinginnya.
Masha mungkin akan diusir saat ini.
Seharusnya, Masha tadi tidak mencoba-coba menantang perkataan Mike.
"Kamu bisa berbahasa Inggris?" tanya Mike.
Masha lalu melihat Doni yang duduk disofa dibelakang Mike, sedang menganggukkan kepalanya sambil melihat Masha.
"Sedikit..." jawab Masha pelan.
Mike seakan-akan mau mencoba kemampuan Masha berbahasa Inggris, dengan berbicara memakai bahasa itu, dan Masha menjawab semua yang dia tanyakan dengan memakai bahasa yang sama.
"Kamu lihat lemari itu?!" ujar Mike sambil menunjuk salah satu lemari arsip yang tersandar di dinding.
Masha menganggukkan kepalanya pelan.
"Iya," jawab Masha.
"Tugasmu menyusun file yang ada didalam situ hingga sesuai urutan, menginputnya di komputer, lalu pindahkan ke dalam flashdisk," kata Mike, lalu setengah membungkuk kearah masha, dan menarik laci meja yang ada dibelakang Masha.
Masha menggeser kursinya sedikit, agar tidak bersentuhan dengan Mike yang sekarang dekat sekali dengannya.
Mike tampak mengacak-acak isi didalam laci, lalu mengeluarkan salah satu flashdisk, dan menyerahkannya kepada Masha.
"Pindahkan kedalam sini!" kata Mike.
"Aku akan memberikan imbalanmu, kalau kamu sudah selesai mengerjakannya," lanjut Mike, ketika Masha sudah memegang flashdisk pemberiannya.
"Hmmm... Jadi aku masih bisa tinggal disini?" tanya Masha hati-hati.
"Kamu mau mengerjakan yang aku minta?" Mike balik bertanya.
"Iya," jawab Masha.
"Kalau begitu, terserah kamu mau tinggal disini, atau mau tinggal ditempat lain. Asalkan pekerjaanmu bisa kamu kerjakan dengan baik, aku tetap akan memberimu imbalan," kata Mike.
Masha kembali melihat Doni, yang kini sudah tersenyum lebar, sambil mengacungkan jempolnya kearah Masha.
"Terimakasih..." ucap Masha, sambil melihat Mike, yang masih berdiri didepannya.
Tanpa berkata apa-apa, Mike memutar kursi Masha hingga kembali menghadap layar komputer, dan seolah-olah meminta Masha memperlihatkan pekerjaan Doni, yang belum selesai dia kerjakan tadi.
Masha lanjut menginput data dari kertas-kertas diatas meja, dan rasanya Mike tidak bergeser dari belakang Masha.
Meski merasa sedikit gugup, Masha meneruskan pekerjaan itu.
"Mike! Ijinkan dia istirahat makan sebentar... Makanan yang aku beli, nanti jadi dingin," terdengar suara Doni.
Hampir saja Masha menjatuhkan mouse komputer yang dia pegang, ketika kursi yang sedang di dudukinya, diputar hingga seratus delapan puluh derajat.
Mike memang masih berada dibelakang Masha untuk beberapa saat tadi, dan kini jadi berhadap-hadapan dengan Masha.
Dengan sedikit membungkuk, Mike mendekat kearah Masha.
"Sebaiknya, kamu mengobati luka-lukamu itu ke dokter, agar tidak berbekas, dan tidak menarik perhatian, kalau-kalau ada rekan bisnisku yang datang kesini," kata Mike, setengah berbisik.
"Tapi..." Perkataan Masha tidak dapat dilanjutkannya, karena Mike memotong kalimatnya.
"Ssshh...! Aku akan membawamu berobat ditempat dokter pribadiku," kata Mike, masih dengan suaranya yang pelan, seperti sedang berbisik-bisik.
"Kamu harus mau diobati. Jangan sampai rekan bisnisku menduga hal yang aneh-aneh dengan caraku bekerja," lanjut Mike, lalu kembali berdiri tegak.
Masha tidak bisa berkomentar, dan hanya menarik nafasnya dalam-dalam, lalu menghembuskannya pelan.
"Makan saja dulu! Setelah itu, ikut denganku," kata Mike, sambil mengulurkan tangannya kepada Masha.
Masha kebingungan dengan apa maksud dari uluran tangan Mike, dan hanya menatap Mike lekat-lekat.
Mike kembali membungkuk, dan memegang salah satu tangan Masha, lalu sedikit menariknya agar berdiri dari kursi itu.
Ketika Masha berdiri berhadap-hadapan dengan Mike, barulah Masha tersadar betapa tinggi postur tubuh Mike.
Kelihatannya, tinggi badan Masha hampir tidak mencapai bagian dada Mike.
Seolah-olah, Masha sedang berdiri didepan tiang listrik, dan Masha mungkin akan mematahkan lehernya, kalau memaksa mendongakkan kepalanya, untuk melihat wajah Mike dari jarak sedekat itu.
"Duduk disofa, lalu makan makananmu!" kata Mike datar, sambil melepaskan pegangannya dari tangan Masha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments