Ketika Masha kembali terbangun, mereka berdua sudah tidak saling memunggungi lagi, seperti awalnya saat Masha dan Doni baru tidur.
Kali ini, Doni memeluk Masha yang juga berbaring menyamping, dan mereka berdua jadi berhadap-hadapan.
Masha menggeser sedikit kepalanya yang tersandar didada Doni.
Beberapa kancing kemeja Doni yang terbuka, membuat Masha bisa melihat jelas dada Doni didepannya itu.
Aroma tubuh Doni yang harum, cukup untuk membuat jantung Masha berdebar-debar.
Selama ini, jangankan berpelukan dengan laki-laki seperti itu, Masha yang memang belum pernah berpacaran, berpegangan tangan mesra dengan anak laki-laki saja, tidak pernah dia lakukan.
Masha berusaha untuk melihat wajah Doni, dengan mengangkat pandangan matanya.
Hanya sebagian wajah Doni yang bisa dia lihat di posisi itu, dan bagian leher pemuda itu yang nampak jelas dimata Masha.
Kemungkinan besar, Doni sekarang masih tertidur pulas, dan seolah-olah sedang menelan liur, jakun pemuda itu tiba-tiba bergerak naik turun dilehernya.
Masha menggeser perlahan tangannya yang terjepit diantara dadanya dan perut Doni, lalu menyentuh dada pemuda itu, dan merasakan detak jantung Doni yang berdegup teratur.
Detak jantung Masha, akhirnya bisa terasa berdegup normal, seakan-akan Masha juga bisa ikut merasakan ketenangan dari pemuda itu
Masha benar-benar merasa nyaman, saat Doni memeluknya seperti itu, dan tidak berniat untuk melepaskan pelukan Doni secepatnya.
Masha masih ingin dipeluk lebih lama lagi.
Doni tiba-tiba bergerak sedikit, dan mempererat pelukannya, hingga wajah Masha kembali tersandar di dada pemuda itu.
Irama jantung Masha kembali berdegup kencang tidak beraturan, ketika wajahnya menempel di hangatnya kulit dada bagian atas Doni yang terbuka, dan hidungnya dipenuhi dengan aroma harum tubuh pemuda itu.
Masha bergerak perlahan, agar kepalanya bisa sedikit menjauh dari dada Doni.
Dan ketika Masha mengangkat pandangannya, saat itu juga Doni telah membuka matanya, dan melihat Masha dengan matanya yang masih terlihat sayu.
Masha merasa yakin kalau kulit wajahnya yang putih, sedang merona merah, karena pipinya terasa panas, saat matanya sedang beradu pandang dengan Doni sekarang ini.
"Baru saja bangun? Atau sudah lama?" tanya Doni, tanpa melepaskan Masha dari pelukannya.
Masha tidak bisa berkata-kata, dan hanya terdiam dengan tetap menatap mata Doni yang teduh ketika melihatnya saat ini.
Untuk beberapa waktu berselang, Doni lalu tersenyum.
"Sudah merasa lebih baik?" tanya Doni.
Masha tetap tidak bisa menjawab pertanyaan Doni, seolah-olah mulutnya sekarang sedang terkunci rapat-rapat, dengan pita suaranya yang terjepit.
Doni mendekatkan wajahnya perlahan kearah Masha, dan mencium kening Masha.
Masha terdiam terpaku dan tidak bisa bergerak.
Ada apa dengan dirinya sekarang?
Dada Masha terasa berdebar-debar tidak karu-karuan.
Doni kemudian bergeser turun, hingga wajah mereka berdua berhadap-hadapan.
Tidak berhenti sampai disitu, Doni makin mendekat hingga bibirnya yang lembab menyentuh bibir Masha.
Nafas Masha memburu, seolah-olah sekarang Masha akan terkena serangan jantung, karena terlalu cepat memompa darahnya.
Tapi, Masha tidak bisa menolak ciuman Doni itu.
Meski sedikit, tidak ada keinginan untuk mendorong pemuda itu menjauh.
Entah kenapa, Masha malah bisa menikmatinya, bahkan memejamkan kedua matanya.
Telapak tangan Masha yang masih menempel didada Doni, meremas kuat dan hampir menancapkan kuku-kuku jarinya di dada pemuda itu.
Salah satu tangan Doni yang bisa bergerak bebas, menyentuh buah dada Masha, yang sekarang terasa memadat, dengan ujung puncaknya yang mengeras.
Seakan-akan merasa tidak puas, Doni berpindah lalu menindih Masha sambil tetap menciumnya, dan meremas buah dada Masha.
Masha tetap tidak menolaknya.
Perlakuan Doni terasa menyenangkan bagi Masha, meski sekarang Doni memasukan tangannya dari bawah kaus.
Tangan Doni bahkan membuka pengait pakaian dalam Masha, dan menggeser benda itu, hingga tangannya yang hangat menyentuh langsung dada Masha, dan semakin lembut meremasnya, sambil sesekali memainkan ujung puncaknya.
Masha gemetar hebat.
Apalagi, ketika Doni memasukkan puncak buah dada Masha kedalam mulutnya dan menghisapnya pelan, sambil tangan Doni meremas buah dadanya yang satunya lagi.
Masha menyukainya.
Bagian bawah perut Doni yang menekan keras di paha Masha tidak terlalu dirasakan Masha, yang teralihkan dengan perlakuan mulut dan tangan Doni di dadanya.
Doni tiba-tiba berhenti melakukan apa-apa, kemudian menyandarkan badannya diatas Masha begitu saja, dan terdiam dengan posisi itu untuk beberapa waktu lamanya.
Seketika itu juga, Masha merasa sangat malu, karena sempat menikmati bahkan menginginkan perlakuan Doni tadi, sedangkan dia baru saja mengenal pemuda itu.
Untuk beberapa waktu kemudian, Doni lalu mengangkat sebagian tubuhnya, dan menahan beban tubuhnya, dengan kedua tangannya yang dia letakkan di sisi-sisi samping Masha.
"Aku menginginkanmu... Tapi, aku tidak mau kamu rusak begitu saja karena aku," kata Doni pelan, sambil menatap Masha lekat-lekat.
Berarti, Doni tadi berusaha menahan diri, agar tidak bertindak lebih jauh.
Masha merasa semakin malu dengan dirinya sendiri, yang tidak bisa mengendalikan keinginannya.
"Kamu mau berpacaran denganku?" tanya Doni, sambil tetap menatap Masha lekat-lekat.
Masha sempat terdiam untuk beberapa waktu, sambil memikirkan tawaran Doni.
Selain usianya, Masha belum tahu hal lain tentang Doni, meskipun dia sudah membantu Masha, dan Masha yang mulai merasa tertarik dengannya.
Tapi, rasanya tidak masalah kalau Masha berpacaran dengan Doni.
Masha tidak bisa memungkiri, kalau Doni adalah pemuda yang baik, karena tidak memanfaatkan situasi, ketika Masha sedang terbawa nafsu.
Seiring berjalannya waktu, Masha bisa mengenal Doni, dan mencari tahu lebih banyak tentang pemuda itu, dan itu tidak ada ruginya bagi Masha.
Masha menganggukkan kepalanya.
"Iya. Aku mau," jawab Masha.
Senyum Doni mengembang lebar diwajahnya, lalu menurunkan badannya perlahan hingga kembali bersandar diatas Masha, dan mencium bibir Masha dengan lembut.
"Aku harus bekerja sekarang," kata Doni sambil melihat arloji ditangannya.
"Apa kamu bisa memakai komputer?" tanya Doni.
"Bisa," jawab Masha.
"Hmmm... Aku bukannya berniat memanfaatkanmu. Tapi, apa kamu mau sedikit membantuku dengan pekerjaanku?" tanya Doni.
"Apa yang bisa aku bantu?" tanya Masha.
"Ayo kita keluar!" ajak Doni.
Doni lalu berdiri dan mengulurkan tangannya kepada Masha, untuk membantu Masha berdiri dari tempat tidurnya.
Mereka berdua lalu berjalan keluar dari kamar, dan menuju ke bagian depan tempat itu.
"Kemarin, tanpa sengaja, aku menyenggol berkas-berkas itu, hingga berhamburan dilantai. Sedangkan, semua itu harus di input datanya di komputer," kata Doni sambil menunjuk tumpukan tinggi lembaran kertas, bersebelahan dengan set komputer diatas meja.
"Sekarang, aku harus menyusun ulang satu persatu kertas-kertas itu, sesuai dengan tanggalannya, agar tidak kacau peng-inputannya...
Kalau kamu bisa membantuku, kamu yang menginput, aku yang menyusun lembaran kertasnya," lanjut Doni.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments