"Sudah mengerti sekarang, kenapa aku membencinya?" tanya Mike kepada Masha.
"Kamu tidak membenciku, kamu justru sayang denganku, bukan?" ujar Doni, mengejek Mike.
"Aku selalu menemaninya, mengantarkannya kemana saja dia mau pergi, sampai kakinya pulih kembali," lanjut Doni.
Mike menggeleng-gelengkan kepalanya, sambil menatap Masha dengan mata sayu, seolah-olah dia tidak terima dengan perkataan Doni.
Masha tertawa kecil, melihat tingkah Doni dan Mike disitu, yang tampak masih kekanak-kanakan.
Berarti Doni memang sudah pembawaannya yang senang membantu orang lain, sedangkan Mike meski terlihat acuh tak acuh, sebenarnya memiliki hati yang baik, dan memperdulikan orang lain.
Masha tidak salah tempat.
Belum tentu Masha bisa bertemu dengan orang-orang seperti Doni dan Mike, dan Masha menganggap ini sebagai keberuntungan.
Secara spontanitas saja, Masha kemudian memeluk kedua pemuda itu bersamaan.
"Terimakasih banyak. Aku berharap kalian bisa menyayangiku, seperti bagaimana kalian berdua saling menyayangi," kata Masha.
"Tentu saja. Aku 'kan pacarmu?!" bisik Doni.
Masha tertawa kecil, lalu melepaskan pelukannya dari kedua pemuda itu.
Mike tampak salah tingkah, dan hampir tidak mau melihat kearah Masha, dan hanya sesekali mencuri-curi pandang.
"Ada apa Mike?" tanya Masha, tanpa berpikir panjang.
Mike tampak gelagapan, dan tanpa mau berkata apa-apa, dia lalu membuka salah satu kaleng soda, dan menenggaknya sedikit.
Doni terlihat sedang tertawa geli, sambil melihat Mike disitu.
Masha kemudian merapikan sisa makanan yang belum terbuka bungkusannya, dan membawanya ke bagian belakang tempat itu yang terlihat seperti dapur mini, yang tersedia wastafel, lemari es kecil, dan kompor listrik satu tungku.
Sisa makanan itu, dimasukkan Masha kedalam lemari es, dan mencuci sendok yang mereka pakai untuk makan tadi, sebelum dia kembali lagi kedepan.
"Sini...! Duduk disini!" ajak Doni, sambil menepuk-nepuk lantai yang beralas karpet, disela antara Doni dan Mike.
Masha lalu duduk disitu sambil bersandar didinding, dan Doni lalu merangkul pundak Masha, sambil tangan yang satunya lagi bermain-main dengan tangan Masha.
"Aku rasa kita semua bisa jadi teman baik. Karena kita bertiga, memiliki masa lalu yang sama..." celetuk Doni.
"Doni! Tidak perlu kamu membahas hal itu lagi!" tukas Mike.
Masha cukup terkejut dengan pernyataan Doni.
Jadi, baik Masha maupun Doni dan Mike, sama-sama pernah merasakan tinggal dengan orang tua yang berperilaku abusive?
"Maksudmu, kalian juga pernah dikasari orang tua kalian?" tanya Masha memastikan.
"Iya," jawab Doni.
"Aku sering dipukuli ayahku, sedangkan Mike..." Doni belum sempat menyelesaikan kalimatnya, namun Mike memotong perkataannya.
"Doni! Cukup!" kata Mike, yang terdengar gusar.
"Tidak apa-apa. Itu semua 'kan cuma masa lalu?!" ujar Doni.
"Mike sering disakiti ibunya," lanjut Doni.
Mike hampir saja berdiri dari lantai tempat dia duduk, tetapi Masha memegang tangannya, dan menahannya agar tetap duduk disitu.
"Aku mau kamu tetap disini menemaniku...! Jangan kemana-mana!" kata Masha pelan.
Mike tampaknya mau saja menuruti permintaan Masha, lalu kembali duduk disebelah Masha, sambil Masha tetap menggenggam tangannya.
"Aku tidak mau membahas hal itu... Kamu tahu itu 'kan, Doni?" tanya Mike.
"Iya, aku tahu... Tapi, karena aku pikir kita pernah mengalami hal yang serupa. Mungkin kita bisa saling menguatkan..." jawab Doni.
"Terlebih lagi untuk Masha...
Terus terang, aku khawatir kalau-kalau kamu berputus asa lalu mencoba-coba menghabisi nyawamu sendiri," kata Doni, lalu menunjukkan bekas luka dipergelangan tangannya.
"Aku pernah jatuh di titik terendah... Jangan sampai kamu menirunya," lanjut Doni.
Kalau melihat dari bekas luka itu, Doni tampaknya pernah mencoba memutuskan urat nadinya sendiri.
"Orang yang tidak tahu, hanya bisa menduga-duga, kalau ini karena aku menggunakan narkotika," kata Doni, sambil tertawa sinis.
"Masih mendingan kalau aku bisa memakai narkotika, daripada aku hanya melukai tanganku tanpa berguna apa-apa, selain meninggalkan rasa sakit," lanjut Doni.
Benar kata Doni.
Ibu-ibu kompleks yang bergosip menuduh doni sebagai pengguna dan pengedar narkotika.
Berarti gosip itu semua bisa beredar, karena bekas luka ditangan Doni.
"Kamu bodoh!" ujar Mike.
"Seharusnya kamu bicara denganku waktu itu, bukannya mencoba mengambil jalan pintas," lanjut Mike.
Masha menarik nafasnya dalam-dalam, sambil menggenggam tangan Doni dan Mike.
"Apa kalian pernah merasakan, tiba-tiba tubuh gemetar, dengan mata kalian terbuka, tapi kalian tidak melihat apa-apa, bahkan kalian tidak ingat dimana kalian berada?" tanya Masha.
"Hmmm... Apa itu yang terjadi padamu tadi siang?" tanya Mike.
"Iya. Aku sudah sering mengalaminya. Tapi, baru tadi, aku bisa mengalaminya didepan orang yang baru aku kenal," kata Masha.
"Aku pernah beberapa kali, saat aku merasa terlalu takut, seolah-olah aku sedang melakukan kesalahan," kata Doni.
"Persis seperti itu yang aku rasakan. Tadi, aku merasa seolah-olah Mike menyalahkanku, karena aku terlalu ceroboh," ujar Masha.
"Maafkan aku... Aku tidak sengaja. Aku tidak tahu, kalau kamu bisa merasa seperti itu," kata Mike.
"Tidak apa-apa. Itu bukan kesalahanmu. Aku tahu kamu berniat baik, agar aku tidak terluka karena ceroboh. Hanya karena rasa cemas berlebihan yang muncul tiba-tiba, makanya aku bisa mengalami hal itu," kata Masha.
Masha bisa merasakan kalau Mike menggenggam tangannya lebih erat saat ini.
"Bagaimana denganmu? Apa ada sesuatu yang mengganggu?" tanya Masha kepada Mike.
"Aku kesulitan untuk tidur dengan tenang. Terkadang dua sampai tiga hari aku tidak tidur," jawab Mike.
Masha melihat Mike yang menundukkan pandangannya, sambil tetap menggenggam tangan Masha yang menyatukan jari-jarinya dengan tangan Mike.
"Tiga bulan belakangan, aku sempat ikut terapi... Rasanya lebih baik, meski kadang-kadang tetap harus dibantu dengan obat-obatan, agar aku bisa tertidur...
Tapi, paling tidak sudah tidak seburuk waktu-waktu sebelumnya," lanjut Mike.
"Jadi, itu sebabnya kamu menyarankan aku untuk ikut terapi?" tanya Masha.
"Iya," jawab Mike.
"Hmmm... Nanti saja, kalau terasa memburuk. Karena sekarang, rasanya aku masih baik-baik saja. Hanya saat-saat tertentu, aku bisa mengalami serangan panik seperti tadi," ujar Masha.
Kali ini, suasana tempat itu menjadi hening untuk beberapa waktu lamanya.
"Kamu tahu main domino?" tanya Doni.
"Sedikit," jawab Masha.
"Sudah mengantuk atau belum?" tanya Doni lagi.
"Belum," jawab Masha.
"Kalau begitu, mau bermain domino?" tanya Doni.
"Tanya bosku dulu, apa aku bisa menunda pekerjaanku," jawab Masha.
Mike tampak tertawa kecil.
"Bagaimana Mike?" tanya Doni.
"Oke! Kartunya masih ada tidak?" ujar Mike.
"Eh! Aku baru ingat kalau kartunya aku bawa ke rumah," ujar Doni.
"Kita pergi membelinya, sambil jalan-jalan sebentar, mau?" tanya Mike.
"Oke! Boleh juga, tuh!" jawab Masha.
"Ayo, kita pergi dari sini!" ajak Mike, lalu berdiri sambil tetap memegang tangan Masha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments