Part 15

Pengap dan berdebu.

Itu kata yang menggambarkan gudang tempat Masha berada sekarang.

Lubang ventilasi yang terlalu kecil, seakan-akan tidak mampu menukar udara dengan baik, hingga rasa lembab dengan aroma jamur menyeruak didalam tempat itu.

Sejak Masha tiba disitu semalam, Masha tidak memperhatikannya, karena terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri.

Kali ini, setelah Mike pergi cukup lama, meninggalkan Masha sendirian, barulah Masha menyadari betapa tidak nyamannya tempat itu.

Tapi apa ada pilihan lain?

Masha harus membiasakan diri untuk tinggal didalam situ, dan berusaha sebisanya agar tempat itu bisa jadi nyaman untuknya menetap.

Dengan membiarkan pintu depan tetap terbuka, sedikit demi sedikit, Masha membersihkan gudang itu.

Dimulai dari bagian kamar, dengan jendela kecilnya yang sudah dibuka Masha.

Setelah mengelap lemari, Masha kemudian memasukkan pakaian yang diberikan Mike kedalam situ.

Ketika akan mengeluarkan pakaian bawaannya dari dalam ransel, tangan Masha gemetaran.

Membayangkan kalau ayahnya masih mencarinya, dan mungkin bisa menemukan keberadaannya, membuat Masha kehilangan keberaniannya.

Tapi, Masha menguatkan dirinya sebisanya.

Sekarang Masha bukan lagi anak dibawah umur, sudah tidak sepatutnya untuk terlalu diatur-atur oleh ayahnya lagi.

Setelah menarik nafasnya dalam-dalam, lalu menghembuskannya pelan berkali-kali, Masha bisa merasa sedikit lebih tenang, dan mengeluarkan pakaiannya dari tas ransel yang sudah terbuka.

Kini lemari kecil dikamar itu sudah sebagian terisi dengan barang-barang Masha.

Masha mengangkat kasur dan mengibas-ngibaskannya.

Berikut juga dengan bantal dan selimut, yang mendapat perlakuan sama dari tangan-tangan Masha, sebelum Masha menyapu seluruh bagian kamar, dari debu dan kotoran.

Sekarang kamar itu sudah terasa lebih baik.

Masha lanjut membersihkan dibagian luar, dari depan, hingga bagian belakang tidak ada yang terlewatkan dari sapu yang dipegangnya.

Semua barang-barang didalam situ, juga tidak luput dari kain lap hingga terbebas dari debu.

Kalau begini, Masha bisa merasa lebih nyaman tinggal didalam situ.

Diluar terlihat kalau hari sudah mulai merambat malam, dan tidak ada lagi sisa-sisa sinar matahari yang masih memberi sedikit penerangan.

Masha masih menyusun barang-barang yang berantakan, ketika Doni tiba-tiba muncul digudang itu.

"Hmmm... Kelihatannya kamu baru saja selesai membersihkan tempat ini," celetuk Doni.

Tanpa mengeluarkan suaranya, Masha hanya menganggukkan kepalanya.

"Dimana Mike?" tanya Doni.

"Dia sudah pulang sedari tadi," jawab Masha.

"Aku membawa makanan untuk makan malam," kata Doni, lalu duduk di sofa.

"Maaf aku tadi pergi tanpa memberitahumu. Kamu tampak tertidur pulas, jadi aku tidak mau membangunkanmu," lanjut Doni.

"Tidak apa-apa," kata Masha datar, sambil memasukkan sisa kertas yang baru saja selesai disusunnya, kedalam lemari arsip.

"Sudah rapi. Ayo makan bersamaku saja dulu!" ajak Doni.

"Tunggu sebentar! Sedikit lagi," kata Masha, sambil merapikan posisi komputer yang baru saja dia bersihkan.

Dari pintu yang terbuka, terlihat cahaya terang menyinari, dan menembus masuk kedalam tempat itu.

Kelihatannya, ada yang datang,

Masha lalu melihat kearah pintu, ketika cahaya terang itu menghilang, dan tidak lama kemudian, Mike tampak berjalan melewati pintu, sambil membawa beberapa kantong plastik, yang tampak penuh berisi.

"Ini untukmu," kata Mike sambil menyerahkan, kantong plastik kepada Masha, dan menyisakan satu kantong lagi ditangannya sendiri.

"Terimakasih. Tapi, apa ini?" tanya Masha, sambil melihat kedalam bungkusan itu.

Terlihat didalamnya berisi peralatan dan perlengkapan untuk membersihkan diri, lengkap dengan handuk.

"Aku tidak tahu produk apa yang biasa kamu pakai. Jadi aku hanya membeli sembarang merek," kata Mike.

"Terimakasih banyak," kata Masha, sambil menyunggingkan bibirnya untuk tersenyum.

"Tidak masalah. Kebetulan, sedang ada yang perlu aku beli. Jadi, sekalian saja aku membeli barang-barang itu," kata Mike, yang terdengar seolah-olah sedang beralasan saja, untuk menutup-nutupi sifat keperduliannya.

"Kapan kamu datang kesini?" tanya Mike kepada Doni, sambil duduk disofa bersebelahan dengan Doni.

"Baru saja. Belum sampai lima belas menit," jawab Doni.

"Kamu bawa apa itu?" tanya Doni.

"Makanan," jawab Mike.

"Hmmm... Kawan... Kamu memang tidak pintar menyembunyikan rasa perdulimu," kata Doni, sambil senyum-senyum sendiri.

Mike tampak kesal, ketika Doni menggodanya seperti itu.

Masha lalu berjalan masuk, dan membawa barang-barang yang diberikan Mike tadi kedalam kamar mandi.

Ketika Masha kembali, Mike tampak memunggungi Doni, seperti anak kecil yang sedang merajuk.

"Ada apa dengan kalian berdua?" tanya Masha heran.

"Biasa... Mike merasa malu karena dibalik gayanya yang angkuh, dia memiliki hati seperti barbie," kata Doni.

"Doni! Cukup!" kata Mike ketus.

"Sudahlah kawan... Masha pasti juga senang bisa berteman dengan orang sepertimu. Untuk apa kamu harus terus berpura-pura seperti orang kaku begitu," kata Doni.

"Bagaimana menurutmu, Cha?" tanya Doni.

"Eh! Kenapa kamu memanggilku seperti itu?" tanya Masha bingung.

"Itu lebih enak disebut," jawab Doni santai.

"Hmmm... Oke!" kata Masha.

"Kalau begitu, ayo kita habiskan semua makanan ini!" kata Doni bersemangat.

"Hmmm... Tunggu sebentar!" kata Masha, lalu berjalan kedalam kamar, dan mengambil karpet dari dalam sana, kemudian membawanya keluar.

"Kita lesehan saja!" kata Masha, sambil menggelar karpet didekat sofa.

Ketika, Masha membuka kedua kantong plastik yang dibawa Doni dan Mike, Masha hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.

Doni membawa dua bungkus makanan, dan Mike membawa tiga bungkus makanan berbeda, berikut juga camilan, beberapa botol air minum, dan beberapa kaleng minuman bersoda.

Baik Doni maupun Mike, keduanya membuat Masha merasa terharu, karena bisa mendapatkan kenalan yang mau membantu dimasa sulitnya.

"Terimakasih. Kalian berdua terlalu baik," kata Masha.

"Jangan menangis! Kamu mau berteman denganku 'kan?" ujar Mike ketus.

Masha melihat Mike, lalu menganggukkan kepalanya.

"Wajar saja, kalau temanmu memperhatikan keadaanmu," lanjut Mike, lalu beranjak turun dari sofa dan duduk lesehan diatas karpet.

Doni pun melakukan hal yang sama, dan kini mereka bertiga duduk lesehan diatas karpet, bersebelah-sebelahan.

Mereka lalu memilih makanan yang mereka mau, lalu mulai makan bersama-sama sambil berbincang-bincang santai.

"Bagaimana awalnya kalian bisa berteman?" tanya Masha.

"Hmmm... Dia dulu masih sama seperti sekarang kalau bertemu orang baru. Kelihatan sombong, hingga tidak ada yang mau mendekatinya," kata Doni.

"Ah! Aku memang tidak mau berteman dengan kalian," ujar Mike.

"Oh, begitu...? Sudahlah... Kamu memang cuma berpura-pura saja," ujar Doni.

Masha senyum-senyum melihat Mike yang merengut, sambil menyuapkan makanannya ke mulutnya.

"Lalu, kamu memaksa mendekati Mike?" tanya Masha kepada Doni.

"Iya. Kemana saja dia pergi aku mengikutinya," jawab Doni.

"Kamu memang pengganggu. Aku masih menyesal berteman denganmu," kata Mike.

"Dia membuatku malu, didepan teman-teman perempuan sekelas kami," lanjut Mike.

"Bagaimana bisa?" tanya Masha.

"Gara-gara dia mengikutiku terus, aku jatuh dari tangga gara-gara menghindarinya. Setelah itu, aku di cap sebagai seorang gay," jawab Mike.

"Apa hubungannya jatuh dari tangga, dengan gay?" tanya Masha bingung.

"Aku menggendongnya dipunggungku, sambil berteriak, 'Sabar sayang, sebentar lagi kita sampai di UKS'. Lalu, semua teman menyoraki kami berdua," kata Doni, lalu tertawa terbahak-bahak.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!