BAB 16. Misi Pertama Berhasil dan Darah

Empat hari sudah berlalu, akhirnya Yuka mulai sembuh. Sesuai saran Dokter, Yuka sudah diperbolehkan sekolah. Malam itu Yuka sangat bersemangat menyusun buku pelajaran buat esok.

“Dasar gadis nakal. Giliran di suruh istirahat untuk menyembuhkan luka di rumah tidak mau, begitu diizinkan sekolah senangnya minta ampun,” gumam Valdes mengintip dari depan pintu kamar Yuka.

“Kenapa tuan senyum dengan pintu?” tanya Bobby berdiri di samping Valdes.

Mendengar suara Bobby, Valdes mendadak gugup, tangan kanan mengarah tak tentu arah, “Ta-tadi….” Valdes melambai, “Ah, aku lupa kalau ada pekerjaan. Aku ke pergi dulu,” ucap Valdes melangkah cepat meninggalkan depan kamar Yuka.

Bobby melirik ke dalam pintu kamar Yuka, “Oh…..jadi senyumnya buat ini!” ucap Bobby melihat Yuka sedang bersiap menggerak-gerakan lengan kanannya. Sudah puas mendapatkan hasil dari senyum Valdes, Bobby kembali turun.

.

.

💫💫PUKUL 07:01 PAGI💫💫

Ingin memastikan sendiri keselamatan Yuka, Valdes secara pribadi mengantar Yuka sampai ke depan kelas. Semua mata siswa laki-laki dan wanita melihat ketampanan Valdes, biasanya di pagi hari semua siswa mengantuk, kini mata seluruh siswa termasuk guru menjadi segar melihat ketampanan serta wajah dingin Valdes.

“Aku bilang tidak perlu antar aku sampai depan kelas,” ucap Yuka berwajah masam.

Valdes membelai puncak kepala Yuka, “Aku hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja.”

“Ah! Ucapannya menusuk ke jantungku,” sambung Grace baru saja sampai di depan pintu kelas.

Yuka memutar tubuhnya dengan muka malas, tangan kanan melambai, “Pergilah, aku bukan anak kecil.”

Valdes tertunduk dengan bibir tersenyum manis, “Dasar bocah,” Valdes mengulurkan kepalanya dari depan pintu kelas, tangan kanan melambai, “Aku pergi dulu, ya? nanti siang aku jemput kamu. Daaa”

Yuka hanya memberi senyum paksa, sambil melambaikan tangannya.

Setelah itu Valdes berjalan dengan wajah tegas, datar, dan juga dingin. Melewati para sekumpulan siswa dan guru memberi jalan buat Valdes. Mode manis dan murah senyum hanya khusus buat Yuka seorang, buat orang lain Valdes hanya bisa memasang mode datar, dingin dan juga cuek.

Saat semua orang sibuk membicarakan Yuka dengan Paman tampannya. Di saat itu Bianca membuat gempar satu kelas karena dirinya melambaikan tangan dari depan pintu kelas kepada Yuka.

Bianca berlari kecil menuju meja Yuka, “Hai, apa kamu sudah mendingan?”

Yuka menunjukkan lengan kanannya, “Kamu lihat!”

“Aku sangat senang kamu sudah kembali bersekolah,” Bianca duduk di atas meja Yuka, kedua kaki berayun, kepala miring, bibir tersenyum manis, “Aku tidak akan pernah melupakan kebaikan kamu. Aku pikir-pikir kamu seperti Malaikat tanpa sayap,” Bianca turun, berdiri di samping kursi Yuka, tubuh sedikit membungkuk, “Seribu kali maaf atas kesalahan ku mungkin tidak bisa menggantikan rasa sakit yang pernah kamu rasakan.”

“Yuka adalah Malaikat di mata-Mu, tapi kamu! Adalah Iblis bagi Yuka,” sambung Grace berjalan menuju meja Yuka.

“Eh” Bianca berdiri tegak, kepala tertunduk malu, “Maaf, aku salah.”

Tangan kanan Grace hendak melayang, “Maaf kamu bilang! Uuukhhh”

Yuka menahan lengan kanan Grace, kepala menggeleng, “Sesama orang jahat jangan saling berbuat jahat,” Yuka tersenyum manis, mengambil tangan kanan Grace dan juga tangan kanan Bianca, “Mulai sekarang mari saling memaafkan dan berteman dengan baik.”

“Tidak mau!” sahut Grace dan Bianca serentak.

Kedekatan Yuka dengan Bianca membuat gempar satu sekolah, karena mereka semua tahu bagaimana perkelahian Bianca dan 2 teman lainnya saat mengeroyok Yuka. Teman sekelas saling berbisik satu sama lain menceritakan tentang Bianca.

“Lihat-lihat! Bukannya Bianca adalah gadis jahat yang pernah mencelakai Yuka.”

“Waktu itu aku sangat sedih melihat Yuka yang baru saja masuk sudah diperlakukan hal buruk dengan Bianca dan kedua temannya.”

“Andai saja kedua orangtuaku memiliki status lebih tinggi dari kedua orang tuanya, mungkin aku bisa membantu menolongnya.”

“Aku juga.”

Melihat sekumpulan teman sekelas membicarakan Bianca dan juga Yuka. Rado tak suka melihat orang membicarakan orang lain menghentikan langkah kakinya di belakang sekumpulan teman-temannya. Tatapan suram dan tajam mengarah pada sekumpulan teman sekelasnya.

“Kebiasaan buruk seorang wanita adalah membicarakan orang lain di belakangnya. Membuat orang yang salah semakin bersalah. Berkata ingin membantu tapi kalau dirinya sudah merasa hebat. Itu mulut atau janji ?”

“Bubar-bubar, ada pria anti gosip di sini,” bisik salah satu teman membubarkan sekumpulan penggosip.

Mulai dari Yuka pertama kali masuk, sampai Yuka di sakiti dan memanfaatkan Bianca. Ada beberapa siswa pria menyukai kebaikan Yuka, baik teman sekelas maupun teman kelas lainnya. Sampai jam istirahat ada seorang gadis di titipin coklat dalam kantung plastik besar. Tanpa banyak bertanya Yuka menerima dan memberikan sebagian coklat miliknya kepada Grace, Bianca dan juga Rado.

Hadiah kecil buat Yuka dari seorang pria masih terus berlanjut saat Yuka, Grace, Bianca dan Rado berjalan pulang bersama menuju gerbang sekolah. Di depan gerbang sekolah ada seorang siswa pria menghadang Yuka, wajah tertunduk malu, kedua tangan mengulur memberikan Yuka boneka beruang kecil. Setelah memberikan boneka beruang. Siswa laki-laki berlari meninggalkan gerbang.

“Berani sekali anak ingusan itu memberikan Yuka boneka. Dan kenapa Yuka membawa coklat sebanyak itu!” gerutu Valdes dari dalam mobil melihat Yuka.

.

.

...KEESOKAN HARINYA, PUKUL 13:30 SIANG...

...****************...

Karena ada tugas kelompok mengenai pelajaran IPA. Yuka, Bianca, Grace dan Rado sedang belajar kelompok di rumah Bianca. Benar-benar kesempatan bagus buat Yuka untuk mendekatkan diri kepada Bianca, demi sebuah permata berbentuk kalung di jenjang leher Bianca, dan demi misi kembali ke tahun 1968 untuk membalaskan dendam kepada Bangsawan Caprio.

“Kalian silahkan kerjakan duluan. Aku akan membuatkan teh di dapur,” tunjuk Bianca ke pintu.

“Aku bantu kamu boleh?” tanya Yuka.

“Boleh,” tangan kanan mengarah ke pintu, “Mari ikut aku ke dapur,” ajak Bianca melangkah pergi dari tempat.

Saat Yuka mendapat kesempatan berdua di dapur untuk membantu Bianca membuat minuman dan makanan. Saat itu juga Yuka perlahan-lahan mulai mengeluarkan seribu pertanyaan yang sudah ia susun dengan matang kepada Bianca mengenai permata tersebut.

“Kalung yang sangat indah. Pasti mahal dan penuh makna,” ucap Yuka sambil mengaduk minuman segar di dalam gelas.

Bianca menundukkan pandangannya, tangan kanan memegang batu permata, “Iya. Ini adalah pemberian dari kedua orang tuaku,” Bianca menatap Yuka, “Karena kedua orang tuaku suka berpergian untu perjalanan bisnis dan aku sering ditinggal di rumah sendirian, mereka membawakan aku hadiah batu ini. Katanya batu ini sangat mampu untuk menangkal hal negatif dan memberikan semua apa yang aku inginkan,” Bianca menaikkan kedua bahunya, “Tapi aku tidak percaya, buktinya aku tidak pernah mendapatkan apa pun yang aku inginkan.”

Yuka mengelus bahu kanan Bianca, “Mungkin suatu saat kamu akan mendapatkannya.”

“Kamu adalah orang yang baik Yuka.”

Yuka mengangkat nampan berisi minuman segar, “Hentikan berkata baik tentang diriku, aku sama sekali bukanlah orang baik,” di dalam hati Yuka, ‘Jelas saja aku baik pada kamu. Aku ‘kan sedang mengincar batu di jenjang leher kamu itu. Jika tidak ada yang aku inginkan, mana mungkin aku mengorbankan diriku.’

Semua pertanyaan sudah di jawab Bianca, tinggal satu langkah lagi, yaitu bagaimana caranya untuk mendapatkan kalung tersebut.

Tidak terasa waktu menunjukkan pukul 16:20 sore. Tugas kelompok milik Grace, Bianca, Yuka, dan Rado juga sudah siap. Saatnya menghubungi Valdes untuk menjemputnya. Menunggu Yuka di jemput, Rado, Bianca, dan Grace menunggu di bangku taman depan. Saat asik berbincang-bincang, Yuka baru pertama kali datang bulan tak menyadari ada darah haid mengalir di kedua kakinya.

Orang pertama melihat darah segar mengalir adalah Rado. Wajah berubah pucat, keringat jagung mengalir, tangan kanan Rado menunjuk ke bagian kaki Yuka, “Da-daaarah…” Rado tak bisa melihat darah akhirnya jatuh pingsan di bahu Grace.

Bukannya membiarkan Rado menyandarkan kepalanya di bahunya, Grace malah menyingkirkan kepala Rado, membuat Rado terjatuh di atas rerumputan.

“Kamu berdarah Yuka!” tunjuk Grace spontan berdiri.

“Darah!” Yuka segera mengambil tisu, membersihkan noda darah mengalir di kedua kakinya, “Darah apa ini? kenapa alat vital merasakan denyut dan terasa hangat.”

“Kamu sangat tertekan Yuka! Pasti karena kita tadi banyak mengeluarkan tenaga saat melakukan kerja kelompok!” sambung Bianca.

“Kenapa kamu bisa mengeluarkan darah sederas itu?” tanya Valdes baru saja tiba. Valdes segera menggendong Yuka, “Rok sekolah kamu juga basah! Seberapa banyak kamu mengeluarkan darah?” tanya Valdes menatap wajah pucat Yuka. Kedua kaki Valdes berlari dengan cepat menuju mobil, “Kita akan segera ke rumah sakit sebelum semua pembuluh darah kamu pecah.”

...Bersambung...

Terpopuler

Comments

Dewi Payang

Dewi Payang

Valdes kau lwbih lebay dari Rado😄
Mana ada pembuluh darah pecah😄😄

2022-10-28

0

Dewi Payang

Dewi Payang

Radooo😄 lebay kali kau 😁😁

2022-10-28

0

Dewi Payang

Dewi Payang

Valdes cemburu😁

2022-10-28

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 01. Berpindah ke sebuah Novel
2 Bab 02. Siapa Yuka?
3 Bab 03. 2 Triliun
4 BAB 04. AKU JANJI
5 BAB 05. KEHIDUPAN BARU
6 BAB 06. SEPERTI WANITA YANG SEDANG PMS.
7 BAB 07. Menebus kesalahan
8 BAB 08. Hampir Kehilangan KEPERJAKAAN
9 BAB 09. Kesalahpahaman dan TRAUMA
10 BAB 10. Rumah baru, Sekolah Baru
11 BAB 11. JANGAN panggil Aku, Paman!
12 BAB 12. APA kamu tahu UKE?
13 BAB 13. Bertemu Kakek Tua
14 BAB 14. Rencana Yuka dan pikiran Valdes
15 BAB 15. Tidak boleh SEKOLAH
16 BAB 16. Misi Pertama Berhasil dan Darah
17 BAB 17. MISI BERHASIL
18 BAB 18. Mulai Berlatih
19 BAB 19. Kenapa Aku yang Menyesal?
20 BAB 20. Menuju Ke Dunia Lain
21 BAB 21. Kembali ke tahun 1968
22 BAB 22. Senyum Psikopat
23 BAB 23. Hantarkan Saya, Paman!!!
24 BAB 24. Menuju Vila Bandung
25 BAB 25. MENGINTIP
26 BAB 26. KETANGKAP dan Kegelisahan Valdes
27 BAB 27. Dimana Yuka?
28 BAB 28. Berhasil kabur
29 BAB 29. Mimpi buruk Valdes
30 BAB 30. HARI TERAKHIR
31 BAB 31. KEMBALI PULANG
32 BAB 32. Pelukan yang sangat nyaman
33 BAB 33. Cintaku
34 BAB 34. LUKISAN
35 BAB 35. Rajendra dan sebuah bayangan
36 BAB 36. Museum
37 BAB 37. KENAPA?
38 BAB 38. Tinggi ranjang
39 BAB 39. Nggak Fokus
40 BAB 40. Fakta Paman dan Bibi
41 BAB 41. Cemburu dan rambut botak
42 BAB 42. Kepulangan mendadak
43 BAB 43. MENGULIK
44 BAB 44. Siswa baru yang tampan dan dingin
45 BAB 45. Di hukum bersama
46 BAB 46. Siapa Yuka? Siapa Bimo?
47 BAB 47. Andai saja aku!
48 BAB 48. Identitas terbongkar
49 BAB 49. Jangan pergi!
50 BAB 50. Pemberitahuan Valdes
51 BAB 51. Awal mula
52 BAB 52. Bertemu Paman dan Bibi
53 BAB 53. Mimpi
54 BAB 54. Awal Balas dendam buat Paman dan Bibi
55 BAB 55. Kedatangan Bimo
56 BAB 56. GAGAL DAN TAMAT
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Bab 01. Berpindah ke sebuah Novel
2
Bab 02. Siapa Yuka?
3
Bab 03. 2 Triliun
4
BAB 04. AKU JANJI
5
BAB 05. KEHIDUPAN BARU
6
BAB 06. SEPERTI WANITA YANG SEDANG PMS.
7
BAB 07. Menebus kesalahan
8
BAB 08. Hampir Kehilangan KEPERJAKAAN
9
BAB 09. Kesalahpahaman dan TRAUMA
10
BAB 10. Rumah baru, Sekolah Baru
11
BAB 11. JANGAN panggil Aku, Paman!
12
BAB 12. APA kamu tahu UKE?
13
BAB 13. Bertemu Kakek Tua
14
BAB 14. Rencana Yuka dan pikiran Valdes
15
BAB 15. Tidak boleh SEKOLAH
16
BAB 16. Misi Pertama Berhasil dan Darah
17
BAB 17. MISI BERHASIL
18
BAB 18. Mulai Berlatih
19
BAB 19. Kenapa Aku yang Menyesal?
20
BAB 20. Menuju Ke Dunia Lain
21
BAB 21. Kembali ke tahun 1968
22
BAB 22. Senyum Psikopat
23
BAB 23. Hantarkan Saya, Paman!!!
24
BAB 24. Menuju Vila Bandung
25
BAB 25. MENGINTIP
26
BAB 26. KETANGKAP dan Kegelisahan Valdes
27
BAB 27. Dimana Yuka?
28
BAB 28. Berhasil kabur
29
BAB 29. Mimpi buruk Valdes
30
BAB 30. HARI TERAKHIR
31
BAB 31. KEMBALI PULANG
32
BAB 32. Pelukan yang sangat nyaman
33
BAB 33. Cintaku
34
BAB 34. LUKISAN
35
BAB 35. Rajendra dan sebuah bayangan
36
BAB 36. Museum
37
BAB 37. KENAPA?
38
BAB 38. Tinggi ranjang
39
BAB 39. Nggak Fokus
40
BAB 40. Fakta Paman dan Bibi
41
BAB 41. Cemburu dan rambut botak
42
BAB 42. Kepulangan mendadak
43
BAB 43. MENGULIK
44
BAB 44. Siswa baru yang tampan dan dingin
45
BAB 45. Di hukum bersama
46
BAB 46. Siapa Yuka? Siapa Bimo?
47
BAB 47. Andai saja aku!
48
BAB 48. Identitas terbongkar
49
BAB 49. Jangan pergi!
50
BAB 50. Pemberitahuan Valdes
51
BAB 51. Awal mula
52
BAB 52. Bertemu Paman dan Bibi
53
BAB 53. Mimpi
54
BAB 54. Awal Balas dendam buat Paman dan Bibi
55
BAB 55. Kedatangan Bimo
56
BAB 56. GAGAL DAN TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!