Bab 03. 2 Triliun

🌹Keesokan harinya, pukul 12:30 siang🌹

.

.

Dengan langkah terburu-buru, Paman yang baru saja turun dari angkutan umum terus berlari menuju rumah.

Paman berdiri di depan pintu rumah, nafas terengah-engah, tangan kanan memegang tiang pintu, tatapan mengarah pada Bibi yang duduk di sofa ruang tamu.

“Ada kabar bagus.” Ucap Paman dengan nafas berat.

Mendengar ucapan Paman, Bibi langsung berdiri, meletakkan majalah di atas meja, “Kabar apa?”

Paman berjalan mendekati Bibi, membawa Bibi duduk kembali. Tatapan Paman mengarah ke lantai 2, “Apa Yuka berada di atas?” tanya Paman untuk memastikan Yuka memang berada di dalam kamar atau tidak, karena ada hal penting yang ingin ia bicarakan kepada Bibi.

“Iya, mau dimana lagi selain di dalam kamar.”

“Bagus. Kamu mau tahu tidak kabar baiknya apa?”

“Katakan saja.”

“Kemarin malam sesampainya di kota, aku duduk di dalam bar, aku tidak sengaja mendengar dari beberapa pemuda berkata jika di kota ini akan diadakan pelelangan ilegal buat kalangan atas. Tepatnya 2 hari dari sekarang.”

“Tunggu dulu, jangan-jangan…..kamu?”

“Iya, benar. Kamu pasti sudah tahu maksudku bukan? Yuka itu gadis kecil yang memiliki wajah cantik, kedua mata indah, dan rambut yang cantik. Gimana menurut kamu?”

“Aku setuju. Berarti kita masih ada kesempatan untuk melunasi hutang-hutang kita.” Sahut Bibi mendekatkan wajahnya. Bibi memegang kedua lengannya, dan kepala menggeleng, “Aku tidak mau jika mereka mengacak-acak…..Ah! seram.” Sambung Bibi teringat dengan ancaman kelima rentenir kepada mereka.

“Karena kamu sudah setuju, maka aku akan mendaftarkan nama Yuka.” Ucap Paman mengambil benda pipih dari dalam saku celananya, membuka ‘TELE’ dan mengirim nama atas ‘Yuka’. Setelah melakukan pendaftaran, Paman dan Bibi senyum-senyum sendiri.

Entah apa yang mereka pikirkan setelah mendaftarkan nama ‘Yuka’.

Bibi menghentikan pikirannya. Ia berdiri, tatapan mengarah ke lantai 2, “Mulai hari ini aku akan mengganti makanan penuh gizi buat gadis lemah itu. Aku juga akan merawat kulitnya biar lebih lembut lagi sebelum hari H.”

“Baiklah. Cepat lakukan sebelum hari itu tiba.” Sahut Paman menyetujui tindakan Bibi.

Bibi melangkah pergi menuju dapur, memasak makanan yang enak buat makan Yuka. Setelah semua masakan bergizi di letak di atas meja, Bibi memanggil Yuka, mengajaknya makan bareng bersama dirinya dan suaminya.

.

.

🍃🍃Di ruang makan🍃🍃

Bibi berdiri di samping Yuka, tangan kanannya terus menambah sayur dan lauk di piring milik Yuka yang hampir penuh. Wajah Bibi memancarkan aura kegembiraan. Tangan yang tidak biasa menyentuh Yuka dengan ramah, kini membelai lembut puncak kepala Yuka.

“Yuka.”

“Siapa Yuka?” tanya Estella spontan.

“Kamu dong, siapa lagi. Mulai hari ini kamu harus makan banyak dan makan yang bergizi, karena dua hari lagi Paman dan Bibi akan mengajak kamu pergi ke Kota Jakarta, mengajak kamu jalan-jalan ke Mall untuk membeli baju bagus. Kamu mau, 'kan?” tanya Bibi berwajah manis dan suara lembut.

Dahi Estella mengerut, tatapan serius ia edarkan ke Paman dan Bibi terlihat penuh banyak pertanyaan. ‘Kesambet setan Alas apa mereka berdua, pertama memanggil nama dengan salah, kedua mau mengajak aku ke Mall. Ah, bodoh amat. Kata mereka ingin mengajak aku pergi ke kota, berarti ini kesempatan emas buatku mencari informasi bagaimana cara untuk kembali ke tahun 1968. Kalau begitu aku setujui saja ajakan mereka.’ Batin Estella.

“Bagaimana Yuka, apa kamu mau ikut dengan Paman dan Bibi?” tanya Paman memecah pikiran Estella.

Estella mengangguk, tangan kanannya terus menciduk makanan begitu lezat yang hampir 2 minggu tidak merasakan makan enak seperti ini. Tubuh kurus, kecil dan lemah, biasa disajikan nasi putih di campur garam, untuk siang berbeda pula menunya. Menu untuk siang biasanya Estella hanya di kasih sisa makanan dari Paman dan Bibi.

.

.

2 hari memang sangatlah singkat. Rasanya baru 2 hari yang lalu Estella dijanjikan Paman dan Bibi untuk pergi ke Mall yang berada di kota Jakarta. Dan pagi ini Estella, Paman dan Bibi bersiap untuk pergi ke kota Jakarta.

Bibi tidak membiarkan Estella pergi dengan wajah polos begitu saja, dirinya dihiasi dengan mack up natural untuk menutupi beberapa bekas luka yang sulit di hilangkan memakai dempul. Kini Estella, Bibi dan Paman menunggu di depan gerbang rumah. Menunggu taksi online yang sudah di pesan dari subuh.

20 menit kemudian, Estella, Paman dan Bibi sudah berangkat dengan taksi online yang mereka pesan menuju kota Jakarta. Estella sengaja duduk di pinggir karena dirinya ingin menikmati pemandangan penuh polusi, dan gedung pencakar langit yang tidak pernah ia lihat di tahun 1968.

‘Begini rupanya kehidupan di tahun 2022. Banyak mobil bagus, semua bangunan menjulang tinggi ke atas awan, banyak debu dan macet sepanjang jalan. Sangat keren.’ Batin Estella.

Saat Estella masih menikmati pemandangan, dari belakang menyelinap tangan yang terselip sapu tangan kecil dan berhenti tepat di hidung mancung Estella.

‘Sial. Obat bius.’ Batin Estella mengetahui jika sapu tangan tersebut sudah diberi obat bius, membuat pandangan Estella memudar.

Tidak tahu berapa lama Estella tertidur, yang jelas saat ini dirinya terbangun di tepat yang berbeda. Estella terbangun di tengah pentas, tubuh yang tadinya menyandar di kursi santai kini duduk tegak, tatapan yang masih memudar ia arahkan ke depan pentas yang terdapat banyak bangku diisi berbagai macam manusia.

Banyak pasang mata memandang Estella penuh maksud, tapi hal itu tidak dipedulikannya. Dengan santai Estella kembali menyandarkan tubuhnya di kursi santai, menikmati pemandangan yang jarang ia lihat. Cuman ada tatapan yang sampai sekarang membuat dirinya bergidik ngeri, tatapan dari seorang pemuda tampan yang duduk di tengah kursi pengunjung.

5 menit kemudian keluar seorang pria memakai stelan jas, berwajah tampan berdiri di sisi kanan Estella. Sejenak wajah itu membuat Estella terlena, sampai dirinya tidak ingin mengalihkan pandangannya. Suara hiruk-pikuk mulai ramai, membuat pemuda yang berdiri di sisi kanannya mengulurkan mic yang ia pegang ke bangku pengunjung.

“Apa kalian sudah siap?”

“Sudah.” Sahut serentak para pengunjung yang hadir.

“Karena ini adalah hal yang langkah. Namun banyak peminat. Tanpa berlama-lama lagi aku akan buka harga dari 50 juta rupiah, atas nama ‘Yuka’.” Ucap pria tersebut sedikit meninggikan nada suara saat memanggil nama ‘Yuka’.

Para pengunjung mulai memasang harga. Masing-masing tangan memegang papan yang sudah diberi kode sambil menyebut nama ‘Yuka’. Tawar-menawar yang sengit terus berlangsung, hinga terakhir pada seorang pemuda yang sedari tadi menatap Estella tajam dan suram.

“2 triliun.” Ucap pemuda tersebut tanpa menaikkan papan kode miliknya.

Sempat terjadi perkelahian kecil di tengah bangku pengunjung karena pemuda tersebut membuat harga terlalu tinggi dan tidak ada yang bisa melampaui dirinya.

Estella memalingkan wajahnya ke sisi kanan, “Apa hebatnya gadis yang bernama ‘Yuka’, dan kenapa mereka terus mengangkat tangan dan memegang papan konyol itu. Bukan itu saja, mereka juga sempat berkelahi. Ha ha ha. Lucu sekali manusia di zaman ini.”

Di saat Estella terus tertawa atas dirinya sendiri, ia langsung teringat dengan nama ‘Yuka’, nama yang sering disebut Paman dan Bibi pemilik tubuh yang ia pakai. Estella melirik perlahan dari ujung ekor mata ke tengah bangku pengunjung, terlihat seorang pemuda yang terus menatap dirinya tajam. Estella kembali memalingkan wajahnya, bibirnya kembali mengumpat, “Sial. Bukannya nama ‘Yuka’ itu adalah nama gadis pemilik tubuh ini. Berati itu aku! Si-siapa, siapa yang berani mendaftar aku dalam acara seperti ini. Akh! Sudah pasti mereka.” Merasa penasaran bagaimana wajah pemuda yang berhasil mengambilnya, Estella kembali melirik dari ujung ekor matanya, menatap pria yang masih menatap dirinya tajam dari bangku tengah pengunjung. Estella kembali menarik tatapannya, “Pedofil.”

Acara akhirnya selesai. Sambil menunggu mobil mewah menjemput, Estella kini berdiri di sisi kanan pemuda tampan yang telah mengambil dirinya, seorang Presdir muda berumur 27 tahun. Pria yang terus menatapnya tajam dan suram sampai detik ini juga.

Setelah acara selesai Estella tidak lagi melihat Paman dan Bibi. Ingin rasanya Estella menghabisi Paman dan Bibi yang tidak tahu diri itu saat ini juga, tapi Estella tidak mampu karena dirinya sekarang belum pulih 100%. Estella hanya bisa mengikuti Presdir muda tersebut.

Mobil mewah yang di tunggu-tunggu berhenti di hadapan Estella dan Presdir muda tersebut, dari pintu supir keluar seorang pria berwajah tampan tak kalah tampannya dengan Presdir muda. Pria tampan tersebut mengantarkan Estella dengan lembut ke bangku penumpang bagian belakang, memasang seatbelt ke tubuh mungil Estella.

“Perkenalkan nama saya Bobby. Gadis cantik. Saat ini Anda sudah resmi menjadi bagian dari tuan Valdes. Mulai saat ini juga Anda akan tinggal di kediaman tuan Valdes. Apakah Anda tidak keberatan dengan penawaran dari tuan Valdes?” Bobby memperkenalkan dirinya dan bertanya Tanya dengan sopan.

Estella melipat kedua tangan di depan dada, wajah cemberut terlihat imut Estella palingkan ke sisi kanan, “Terserah. Lagian aku juga tersiksa hidup bersama dengan mereka.”

Kedua mata Valdes membulat sempurna saat mendengar jawaban Estella, begitu juga dengan Bobby yang masih berdiri di depan pintu mobil, tatapan serius mengarah pada Valdes yang duduk di sisi kiri Estella. Tidak tahu kode apa yang baru saja mereka lakukan, yang jelas kini Bobby mengangguk. Bobby kembali menatap Estella dengan senyum tulusnya, tangan kanan perlahan menutup pintu mobil.

.

.

.

3 jam sudah kami berkendaraan. Mobil yang kami naikin akhirnya memasuki pagar rumah menjulang tinggi yang terbuka secara otomatis, terlihat rumah mewah seperti Istana dengan pemandangan indah walau ada di pinggiran kota. Bukan hanya pemandangan indah yang Estella lihat. Estella juga melihat beberapa anak buah berlari kecil mengikuti mobil Valdes. Di depan pintu rumah yang terbuka lebar juga terlihat beberapa pelayan berdiri tegak, kepala sedikit menunduk seperti sedang menyambut kedatangannya.

Mobil kami terhenti tepat lurusan teras rumah. 2 anak buah membuka pintu mobil Estella dan Valdes. Estella turun dengan bibir yang menganga, kedua mata masih terpanah melihat besarnya rumah Valdes.

“Wah! Apakah ini Istana?” tanya Estella kepada Bobby yang berdiri di sisi kanannya.

“Tidak, ini hanya rumah sederhana milik tuan Valdes. Mulai sekarang nona muda akan tinggal di sini bersama kami semua, menjadi bagian hidup dari tuan Valdes.”

“Rumah sederhana katamu? Apa! Nona muda. Panggil aku Estel…” Sangking semangatnya menjawab ucapan Bobby, Estella hampir keceplosan menyebut dirinya adalah Estella.

Bobby hanya membalas dengan senyum manis kepada Estella, “Maaf, di sini tidak boleh membantah keputusan tuan Valdes.”

...Bersambung...

Terpopuler

Comments

xixi

xixi

aku mau juga dong di lelang tapi dapat tuan yang royal

2022-09-13

0

Dendry Den

Dendry Den

semoga kalian benar orang baik

2022-09-12

0

Dendry Den

Dendry Den

Jangan percaya...Mereka semua penipu

2022-09-12

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 01. Berpindah ke sebuah Novel
2 Bab 02. Siapa Yuka?
3 Bab 03. 2 Triliun
4 BAB 04. AKU JANJI
5 BAB 05. KEHIDUPAN BARU
6 BAB 06. SEPERTI WANITA YANG SEDANG PMS.
7 BAB 07. Menebus kesalahan
8 BAB 08. Hampir Kehilangan KEPERJAKAAN
9 BAB 09. Kesalahpahaman dan TRAUMA
10 BAB 10. Rumah baru, Sekolah Baru
11 BAB 11. JANGAN panggil Aku, Paman!
12 BAB 12. APA kamu tahu UKE?
13 BAB 13. Bertemu Kakek Tua
14 BAB 14. Rencana Yuka dan pikiran Valdes
15 BAB 15. Tidak boleh SEKOLAH
16 BAB 16. Misi Pertama Berhasil dan Darah
17 BAB 17. MISI BERHASIL
18 BAB 18. Mulai Berlatih
19 BAB 19. Kenapa Aku yang Menyesal?
20 BAB 20. Menuju Ke Dunia Lain
21 BAB 21. Kembali ke tahun 1968
22 BAB 22. Senyum Psikopat
23 BAB 23. Hantarkan Saya, Paman!!!
24 BAB 24. Menuju Vila Bandung
25 BAB 25. MENGINTIP
26 BAB 26. KETANGKAP dan Kegelisahan Valdes
27 BAB 27. Dimana Yuka?
28 BAB 28. Berhasil kabur
29 BAB 29. Mimpi buruk Valdes
30 BAB 30. HARI TERAKHIR
31 BAB 31. KEMBALI PULANG
32 BAB 32. Pelukan yang sangat nyaman
33 BAB 33. Cintaku
34 BAB 34. LUKISAN
35 BAB 35. Rajendra dan sebuah bayangan
36 BAB 36. Museum
37 BAB 37. KENAPA?
38 BAB 38. Tinggi ranjang
39 BAB 39. Nggak Fokus
40 BAB 40. Fakta Paman dan Bibi
41 BAB 41. Cemburu dan rambut botak
42 BAB 42. Kepulangan mendadak
43 BAB 43. MENGULIK
44 BAB 44. Siswa baru yang tampan dan dingin
45 BAB 45. Di hukum bersama
46 BAB 46. Siapa Yuka? Siapa Bimo?
47 BAB 47. Andai saja aku!
48 BAB 48. Identitas terbongkar
49 BAB 49. Jangan pergi!
50 BAB 50. Pemberitahuan Valdes
51 BAB 51. Awal mula
52 BAB 52. Bertemu Paman dan Bibi
53 BAB 53. Mimpi
54 BAB 54. Awal Balas dendam buat Paman dan Bibi
55 BAB 55. Kedatangan Bimo
56 BAB 56. GAGAL DAN TAMAT
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Bab 01. Berpindah ke sebuah Novel
2
Bab 02. Siapa Yuka?
3
Bab 03. 2 Triliun
4
BAB 04. AKU JANJI
5
BAB 05. KEHIDUPAN BARU
6
BAB 06. SEPERTI WANITA YANG SEDANG PMS.
7
BAB 07. Menebus kesalahan
8
BAB 08. Hampir Kehilangan KEPERJAKAAN
9
BAB 09. Kesalahpahaman dan TRAUMA
10
BAB 10. Rumah baru, Sekolah Baru
11
BAB 11. JANGAN panggil Aku, Paman!
12
BAB 12. APA kamu tahu UKE?
13
BAB 13. Bertemu Kakek Tua
14
BAB 14. Rencana Yuka dan pikiran Valdes
15
BAB 15. Tidak boleh SEKOLAH
16
BAB 16. Misi Pertama Berhasil dan Darah
17
BAB 17. MISI BERHASIL
18
BAB 18. Mulai Berlatih
19
BAB 19. Kenapa Aku yang Menyesal?
20
BAB 20. Menuju Ke Dunia Lain
21
BAB 21. Kembali ke tahun 1968
22
BAB 22. Senyum Psikopat
23
BAB 23. Hantarkan Saya, Paman!!!
24
BAB 24. Menuju Vila Bandung
25
BAB 25. MENGINTIP
26
BAB 26. KETANGKAP dan Kegelisahan Valdes
27
BAB 27. Dimana Yuka?
28
BAB 28. Berhasil kabur
29
BAB 29. Mimpi buruk Valdes
30
BAB 30. HARI TERAKHIR
31
BAB 31. KEMBALI PULANG
32
BAB 32. Pelukan yang sangat nyaman
33
BAB 33. Cintaku
34
BAB 34. LUKISAN
35
BAB 35. Rajendra dan sebuah bayangan
36
BAB 36. Museum
37
BAB 37. KENAPA?
38
BAB 38. Tinggi ranjang
39
BAB 39. Nggak Fokus
40
BAB 40. Fakta Paman dan Bibi
41
BAB 41. Cemburu dan rambut botak
42
BAB 42. Kepulangan mendadak
43
BAB 43. MENGULIK
44
BAB 44. Siswa baru yang tampan dan dingin
45
BAB 45. Di hukum bersama
46
BAB 46. Siapa Yuka? Siapa Bimo?
47
BAB 47. Andai saja aku!
48
BAB 48. Identitas terbongkar
49
BAB 49. Jangan pergi!
50
BAB 50. Pemberitahuan Valdes
51
BAB 51. Awal mula
52
BAB 52. Bertemu Paman dan Bibi
53
BAB 53. Mimpi
54
BAB 54. Awal Balas dendam buat Paman dan Bibi
55
BAB 55. Kedatangan Bimo
56
BAB 56. GAGAL DAN TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!