🌹Keesokan harinya, pukul 12:30 siang🌹
.
.
Dengan langkah terburu-buru, Paman yang baru saja turun dari angkutan umum terus berlari menuju rumah.
Paman berdiri di depan pintu rumah, nafas terengah-engah, tangan kanan memegang tiang pintu, tatapan mengarah pada Bibi yang duduk di sofa ruang tamu.
“Ada kabar bagus.” Ucap Paman dengan nafas berat.
Mendengar ucapan Paman, Bibi langsung berdiri, meletakkan majalah di atas meja, “Kabar apa?”
Paman berjalan mendekati Bibi, membawa Bibi duduk kembali. Tatapan Paman mengarah ke lantai 2, “Apa Yuka berada di atas?” tanya Paman untuk memastikan Yuka memang berada di dalam kamar atau tidak, karena ada hal penting yang ingin ia bicarakan kepada Bibi.
“Iya, mau dimana lagi selain di dalam kamar.”
“Bagus. Kamu mau tahu tidak kabar baiknya apa?”
“Katakan saja.”
“Kemarin malam sesampainya di kota, aku duduk di dalam bar, aku tidak sengaja mendengar dari beberapa pemuda berkata jika di kota ini akan diadakan pelelangan ilegal buat kalangan atas. Tepatnya 2 hari dari sekarang.”
“Tunggu dulu, jangan-jangan…..kamu?”
“Iya, benar. Kamu pasti sudah tahu maksudku bukan? Yuka itu gadis kecil yang memiliki wajah cantik, kedua mata indah, dan rambut yang cantik. Gimana menurut kamu?”
“Aku setuju. Berarti kita masih ada kesempatan untuk melunasi hutang-hutang kita.” Sahut Bibi mendekatkan wajahnya. Bibi memegang kedua lengannya, dan kepala menggeleng, “Aku tidak mau jika mereka mengacak-acak…..Ah! seram.” Sambung Bibi teringat dengan ancaman kelima rentenir kepada mereka.
“Karena kamu sudah setuju, maka aku akan mendaftarkan nama Yuka.” Ucap Paman mengambil benda pipih dari dalam saku celananya, membuka ‘TELE’ dan mengirim nama atas ‘Yuka’. Setelah melakukan pendaftaran, Paman dan Bibi senyum-senyum sendiri.
Entah apa yang mereka pikirkan setelah mendaftarkan nama ‘Yuka’.
Bibi menghentikan pikirannya. Ia berdiri, tatapan mengarah ke lantai 2, “Mulai hari ini aku akan mengganti makanan penuh gizi buat gadis lemah itu. Aku juga akan merawat kulitnya biar lebih lembut lagi sebelum hari H.”
“Baiklah. Cepat lakukan sebelum hari itu tiba.” Sahut Paman menyetujui tindakan Bibi.
Bibi melangkah pergi menuju dapur, memasak makanan yang enak buat makan Yuka. Setelah semua masakan bergizi di letak di atas meja, Bibi memanggil Yuka, mengajaknya makan bareng bersama dirinya dan suaminya.
.
.
🍃🍃Di ruang makan🍃🍃
Bibi berdiri di samping Yuka, tangan kanannya terus menambah sayur dan lauk di piring milik Yuka yang hampir penuh. Wajah Bibi memancarkan aura kegembiraan. Tangan yang tidak biasa menyentuh Yuka dengan ramah, kini membelai lembut puncak kepala Yuka.
“Yuka.”
“Siapa Yuka?” tanya Estella spontan.
“Kamu dong, siapa lagi. Mulai hari ini kamu harus makan banyak dan makan yang bergizi, karena dua hari lagi Paman dan Bibi akan mengajak kamu pergi ke Kota Jakarta, mengajak kamu jalan-jalan ke Mall untuk membeli baju bagus. Kamu mau, 'kan?” tanya Bibi berwajah manis dan suara lembut.
Dahi Estella mengerut, tatapan serius ia edarkan ke Paman dan Bibi terlihat penuh banyak pertanyaan. ‘Kesambet setan Alas apa mereka berdua, pertama memanggil nama dengan salah, kedua mau mengajak aku ke Mall. Ah, bodoh amat. Kata mereka ingin mengajak aku pergi ke kota, berarti ini kesempatan emas buatku mencari informasi bagaimana cara untuk kembali ke tahun 1968. Kalau begitu aku setujui saja ajakan mereka.’ Batin Estella.
“Bagaimana Yuka, apa kamu mau ikut dengan Paman dan Bibi?” tanya Paman memecah pikiran Estella.
Estella mengangguk, tangan kanannya terus menciduk makanan begitu lezat yang hampir 2 minggu tidak merasakan makan enak seperti ini. Tubuh kurus, kecil dan lemah, biasa disajikan nasi putih di campur garam, untuk siang berbeda pula menunya. Menu untuk siang biasanya Estella hanya di kasih sisa makanan dari Paman dan Bibi.
.
.
2 hari memang sangatlah singkat. Rasanya baru 2 hari yang lalu Estella dijanjikan Paman dan Bibi untuk pergi ke Mall yang berada di kota Jakarta. Dan pagi ini Estella, Paman dan Bibi bersiap untuk pergi ke kota Jakarta.
Bibi tidak membiarkan Estella pergi dengan wajah polos begitu saja, dirinya dihiasi dengan mack up natural untuk menutupi beberapa bekas luka yang sulit di hilangkan memakai dempul. Kini Estella, Bibi dan Paman menunggu di depan gerbang rumah. Menunggu taksi online yang sudah di pesan dari subuh.
20 menit kemudian, Estella, Paman dan Bibi sudah berangkat dengan taksi online yang mereka pesan menuju kota Jakarta. Estella sengaja duduk di pinggir karena dirinya ingin menikmati pemandangan penuh polusi, dan gedung pencakar langit yang tidak pernah ia lihat di tahun 1968.
‘Begini rupanya kehidupan di tahun 2022. Banyak mobil bagus, semua bangunan menjulang tinggi ke atas awan, banyak debu dan macet sepanjang jalan. Sangat keren.’ Batin Estella.
Saat Estella masih menikmati pemandangan, dari belakang menyelinap tangan yang terselip sapu tangan kecil dan berhenti tepat di hidung mancung Estella.
‘Sial. Obat bius.’ Batin Estella mengetahui jika sapu tangan tersebut sudah diberi obat bius, membuat pandangan Estella memudar.
Tidak tahu berapa lama Estella tertidur, yang jelas saat ini dirinya terbangun di tepat yang berbeda. Estella terbangun di tengah pentas, tubuh yang tadinya menyandar di kursi santai kini duduk tegak, tatapan yang masih memudar ia arahkan ke depan pentas yang terdapat banyak bangku diisi berbagai macam manusia.
Banyak pasang mata memandang Estella penuh maksud, tapi hal itu tidak dipedulikannya. Dengan santai Estella kembali menyandarkan tubuhnya di kursi santai, menikmati pemandangan yang jarang ia lihat. Cuman ada tatapan yang sampai sekarang membuat dirinya bergidik ngeri, tatapan dari seorang pemuda tampan yang duduk di tengah kursi pengunjung.
5 menit kemudian keluar seorang pria memakai stelan jas, berwajah tampan berdiri di sisi kanan Estella. Sejenak wajah itu membuat Estella terlena, sampai dirinya tidak ingin mengalihkan pandangannya. Suara hiruk-pikuk mulai ramai, membuat pemuda yang berdiri di sisi kanannya mengulurkan mic yang ia pegang ke bangku pengunjung.
“Apa kalian sudah siap?”
“Sudah.” Sahut serentak para pengunjung yang hadir.
“Karena ini adalah hal yang langkah. Namun banyak peminat. Tanpa berlama-lama lagi aku akan buka harga dari 50 juta rupiah, atas nama ‘Yuka’.” Ucap pria tersebut sedikit meninggikan nada suara saat memanggil nama ‘Yuka’.
Para pengunjung mulai memasang harga. Masing-masing tangan memegang papan yang sudah diberi kode sambil menyebut nama ‘Yuka’. Tawar-menawar yang sengit terus berlangsung, hinga terakhir pada seorang pemuda yang sedari tadi menatap Estella tajam dan suram.
“2 triliun.” Ucap pemuda tersebut tanpa menaikkan papan kode miliknya.
Sempat terjadi perkelahian kecil di tengah bangku pengunjung karena pemuda tersebut membuat harga terlalu tinggi dan tidak ada yang bisa melampaui dirinya.
Estella memalingkan wajahnya ke sisi kanan, “Apa hebatnya gadis yang bernama ‘Yuka’, dan kenapa mereka terus mengangkat tangan dan memegang papan konyol itu. Bukan itu saja, mereka juga sempat berkelahi. Ha ha ha. Lucu sekali manusia di zaman ini.”
Di saat Estella terus tertawa atas dirinya sendiri, ia langsung teringat dengan nama ‘Yuka’, nama yang sering disebut Paman dan Bibi pemilik tubuh yang ia pakai. Estella melirik perlahan dari ujung ekor mata ke tengah bangku pengunjung, terlihat seorang pemuda yang terus menatap dirinya tajam. Estella kembali memalingkan wajahnya, bibirnya kembali mengumpat, “Sial. Bukannya nama ‘Yuka’ itu adalah nama gadis pemilik tubuh ini. Berati itu aku! Si-siapa, siapa yang berani mendaftar aku dalam acara seperti ini. Akh! Sudah pasti mereka.” Merasa penasaran bagaimana wajah pemuda yang berhasil mengambilnya, Estella kembali melirik dari ujung ekor matanya, menatap pria yang masih menatap dirinya tajam dari bangku tengah pengunjung. Estella kembali menarik tatapannya, “Pedofil.”
Acara akhirnya selesai. Sambil menunggu mobil mewah menjemput, Estella kini berdiri di sisi kanan pemuda tampan yang telah mengambil dirinya, seorang Presdir muda berumur 27 tahun. Pria yang terus menatapnya tajam dan suram sampai detik ini juga.
Setelah acara selesai Estella tidak lagi melihat Paman dan Bibi. Ingin rasanya Estella menghabisi Paman dan Bibi yang tidak tahu diri itu saat ini juga, tapi Estella tidak mampu karena dirinya sekarang belum pulih 100%. Estella hanya bisa mengikuti Presdir muda tersebut.
Mobil mewah yang di tunggu-tunggu berhenti di hadapan Estella dan Presdir muda tersebut, dari pintu supir keluar seorang pria berwajah tampan tak kalah tampannya dengan Presdir muda. Pria tampan tersebut mengantarkan Estella dengan lembut ke bangku penumpang bagian belakang, memasang seatbelt ke tubuh mungil Estella.
“Perkenalkan nama saya Bobby. Gadis cantik. Saat ini Anda sudah resmi menjadi bagian dari tuan Valdes. Mulai saat ini juga Anda akan tinggal di kediaman tuan Valdes. Apakah Anda tidak keberatan dengan penawaran dari tuan Valdes?” Bobby memperkenalkan dirinya dan bertanya Tanya dengan sopan.
Estella melipat kedua tangan di depan dada, wajah cemberut terlihat imut Estella palingkan ke sisi kanan, “Terserah. Lagian aku juga tersiksa hidup bersama dengan mereka.”
Kedua mata Valdes membulat sempurna saat mendengar jawaban Estella, begitu juga dengan Bobby yang masih berdiri di depan pintu mobil, tatapan serius mengarah pada Valdes yang duduk di sisi kiri Estella. Tidak tahu kode apa yang baru saja mereka lakukan, yang jelas kini Bobby mengangguk. Bobby kembali menatap Estella dengan senyum tulusnya, tangan kanan perlahan menutup pintu mobil.
.
.
.
3 jam sudah kami berkendaraan. Mobil yang kami naikin akhirnya memasuki pagar rumah menjulang tinggi yang terbuka secara otomatis, terlihat rumah mewah seperti Istana dengan pemandangan indah walau ada di pinggiran kota. Bukan hanya pemandangan indah yang Estella lihat. Estella juga melihat beberapa anak buah berlari kecil mengikuti mobil Valdes. Di depan pintu rumah yang terbuka lebar juga terlihat beberapa pelayan berdiri tegak, kepala sedikit menunduk seperti sedang menyambut kedatangannya.
Mobil kami terhenti tepat lurusan teras rumah. 2 anak buah membuka pintu mobil Estella dan Valdes. Estella turun dengan bibir yang menganga, kedua mata masih terpanah melihat besarnya rumah Valdes.
“Wah! Apakah ini Istana?” tanya Estella kepada Bobby yang berdiri di sisi kanannya.
“Tidak, ini hanya rumah sederhana milik tuan Valdes. Mulai sekarang nona muda akan tinggal di sini bersama kami semua, menjadi bagian hidup dari tuan Valdes.”
“Rumah sederhana katamu? Apa! Nona muda. Panggil aku Estel…” Sangking semangatnya menjawab ucapan Bobby, Estella hampir keceplosan menyebut dirinya adalah Estella.
Bobby hanya membalas dengan senyum manis kepada Estella, “Maaf, di sini tidak boleh membantah keputusan tuan Valdes.”
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
xixi
aku mau juga dong di lelang tapi dapat tuan yang royal
2022-09-13
0
Dendry Den
semoga kalian benar orang baik
2022-09-12
0
Dendry Den
Jangan percaya...Mereka semua penipu
2022-09-12
0