Setelah perdebatan, hingga baku hantam tadi malam. Paginya Yuka sudah pindah ke Jogja, bersama dengan Bobby, Valdes, 5 orang pelayan dan 10 orang anak buah lainnya.
Sesampainya di kediaman baru, Yuka terkejut melihat rumah Valdes sedikit lebih kecil. Namun, memiliki landasan jet pribadi tersendiri dan landasan helikopter tersendiri di belakang rumahnya. Rumahnya juga tak jauh dari kota dan Desa.
Sambil berjalan Yuka melirik ke sisi kanan, “Apakah ini rumah baru kita?” tanya Yuka kepada Valdes.
“Tentu.”
“Kenapa tuan memilih tempat seperti ini?”
Valdes menghentikan langkah kakinya di depan pintu masuk bagian belakang, tangan kanan membelai puncak kepala Yuka, “Semua ini demi kamu! Cepat masuk, karena kita akan segera mendaftarkan diri kamu ke sekolah.”
“Paman, mari bantu aku untuk bersiap,” ajak Yuka kepada Bobby.
Bobby melirik ke sisi kanan, terlihat tatapan tajam dan suram dari wajah Valdes. ‘Menyeramkan!’ Bobby memalingkan wajahnya, senyum manis menatap Yuka, “Maaf nona muda,” jari telunjuk tangan kanan mengarah ke dalam rumah, “Sepertinya saya masih banyak pekerjaan,” Bobby melangkahkan kedua kakinya dengan cepat masuk ke dalam rumah.
“Paman!” panggil Yuka meninggikan nada suaranya, menatap Bobby sudah masuk ke dalam rumah.
“Biar aku saja yang membantu kamu,” sahut Valdes.
“Tidak perlu!” ketus Yuka, melangkah pergi meninggalkan Valdes.
.
.
✨✨Pukul 10:30 siang✨✨
Siangnya Yuka, Valdes dan Bobby pergi ke sekolah SMP yang ada di Yogyakarta untuk mendaftarkan ulang nama Yuka dan kelas berapa. Kehebohan di sekolah sempat terjadi karena Valdes dan Bobby teramat tampan dan gagah menjadi pusat perhatian para anak didik perempuan dan beberapa guru perempuan dan pria di sana.
...ILUSTRASI VALDES...
.......
.......
...ILUSTRASI BOBBY...
.......
.......
“Siapa gadis yang bersama dengan pria tampan itu?”
“Dengar-dengar gadis itu akan pindah ke sekolah kita.”
“Benarkah!”
“Aku akan pepet gadis itu, kemudian aku akan rebut Pamannya.”
“Harus cantik dulu baru bisa mendapat pria tampan.”
“Aku memang tidak cantik, tapi aku ‘kan seksi.”
Perdebatan antar siswa-siswi SMP saat melihat Bobby dan Valdes berjalan masuk ke ruang Kepala Sekolah.
Setelah pendaftaran sekolah buat Yuka selesai, Valdes mengajak Yuka untuk berbelanja keperluan sekolahnya. Hal itu membuat Bobby terkejut, tidak biasanya tuannya itu mengajak seseorang untuk berbelanja, atau menemani seseorang untuk pergi berbelanja. Bobby jadi sedikit menyadari semenjak kehadiran Yuka di dalam hidup Valdes, sikap dan sifat Valdes jauh berubah.
.
.
💦💦Di depan pintu rumah💦💦
Anak buah dan 3 orang pelayan tercengang saat menyambut kedatangan Valdes, Yuka dan Bobby. Mereka saling menatap satu sama lain saat melihat kedua tangan Valdes dipenuhi barang belanjaan milik Yuka.
Yuka menghentikan langkah kakinya di ruang tamu, berbalik badan menghadap Valdes dan juga Bobby berhenti di belakangnya, kedua tangan mengulur, “Berikan barang belanjaan 'ku!”
Valdes mengambil barang belanjaan dari tangan Bobby, “Biar aku saja.”
“Tapi tuan….”
“Diam atau kamu akan aku pecat!”
“Ba-baik!”
Valdes berjalan melewati Yuka, salah satu barang belanjaan sengaja Valdes senggol kan ke lengan Yuka. Melihat raut wajah Yuka berubah jadi masam, Valdes hanya bisa mengulas senyum tipis.
“Hei! Kalau tidak bisa bawa barang bilang!” teriak Yuka berjalan menyusul Valdes.
Bobby menggeleng, “Benar-benar racun!” gumam Bobby melihat sikap Valdes berubah sebanyak 90% dari biasanya.
Para pelayan juga menggeleng pelan, “Nona muda Yuka memang sangat hebat.”
“Aku berharap nona muda akan selamanya berada di sisi tuan Valdes,” sahut anak buah menjaga pintu rumah.
“Benar. Semenjak kedatangan nona muda, hidup tuan Valdes sedikit berwarna.”
“Ehem” dehem Bobby kepada para pelayan dan anak buah.
“Ma-maaf,” para pelayan langsung menghentikan pembicaraannya dan kembali bekerja.
.
✨✨Di dalam kamar Yuka✨✨
Valdes mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya, dan memberikan 1 kotak berisi Laptop kepada Yuka, “Buat kamu!”
“Benda dan kotak apa ini?” tanya Yuka mengambil ponsel dan kotak dari tangan Valdes.
“Coba kamu perhatikan lebih dalam lagi,” jari telunjuk tangan kanan mengarah ke pintu kamar, “Aku akan menunggu jawaban kamu di ruang makan,” Valdes berbalik badan, melangkah pergi meninggalkan Yuka.
Yuka meletakkan kotak dan benda pipih di atas lantai kamar. Saat dirinya masih hidup di tahun 1968, Yuka belum sempat berkenalan dengan benda elektronik. Dirinya hanya mengenal bom, Yuka berpikir jika benda pemberian Valdes adalah bom.
Yuka penasaran dengan isinya bersujud, tangan kanan mengulur panjang, “Meledak tidak, ya!” Yuka berdiri, tangan kanan memegang dagu, tatapan serius mengarah pada kotak dan benda pipih, “Apa mungkin mereka sengaja membawa aku ke sini untuk mele-burkan seluruh tubuhku menjadi butir-butir permata!” Yuka menarik rambutnya pelan, kepala menengadah, “TIDAK! Dasar kalian semua pengkhianat,” teriak Yuka menggemparkan seisi rumah.
.
✨Di ruang makan✨
Valdes menoleh ke lantai dua, “Dasar pembuat onar,” gumam Valdes saat mendengar suara Yuka, bibir tersenyum tipis. Valdes segera berdiri, melangkah pergi menuju kamar Yuka.
Melihat Valdes pergi tanpa meminum teh hangat, pelayan hanya bisa tersenyum. Selama Valdes merasa bahagia, para pelayan dan anak buah juga ikut merasakan kebahagian tersebut.
.
💫💫Kamar Yuka💫💫
Tok!tok
Valdes mengetuk pintu kamar, “Permisi, apakah Anda butuh bantuan?”
Mendengar suara Valdes, Yuka langsung berlari ke arahnya, menarik tangan Valdes dan membawa Valdes mendekati Laptop dan ponsel yang ia letakkan di atas lantai. Yuka bersembunyi di balik tubuh Valdes, jari telunjuk yang mungil mengarah ke benda pipih tersebut, “Benda itu akan meledak. Tuan, eh! Maksud aku, Presdir. Bu-bukan-bukan. Maksud aku, Paman. Eh!”
Valdes menahan tawanya. ‘ Sangat lucu.’ Valdes berjalan ke arah ponsel dan Laptop di atas lantai. Valdes menunduk, tangan kanan mengambil benda pipih dan Laptop, membawanya ke tepian ranjang, kemudian mengajarkan Yuka bagaimana cara menggunakannya.
.
.
💫💫Keesokan paginya💫💫
Pukul 07:05 pagi
Hari ini adalah hari pertama Yuka bersekolah. Jantung Valdes terasa berdebar saat melihat Yuka berjalan masuk ke dalam sekolah. Valdes terus menatap Yuka berjalan masuk ke dalam gerbang sekolah.
Deg! Deg!
‘Masa muda memang sangat menggemaskan. Terlebih lagi kamu sangat imut.’
Kegugupan Valdes membuat mobil serba hitam bergoyang di samping pagar sekolah, membuat semua mata memandang dan mengumpat tanpa suara.
Bobby tidak bisa berkata apa pun, Bobby hanya menikmati momen di mana akan sulit di cari jika tuan mudanya itu menjadi serius di bidang apa pun.
Drrt!!drrt
Ponsel milik Valdes berdering, tatapan suram mengarah pada panggilan nomor tertera di layar ponsel miliknya. Dengan wajah tegas Valdes menyuruh Bobby untuk pergi, “Cepat tinggalkan tempat ini.”
“Baik,” sahut Bobby patuh, mobil segera pergi meninggalkan sekolah Yuka.
.
.
✨✨Di dalam kelas✨✨
Yuka berdiri di depan papan tulis, tangan kanan memegang dada, “Perkenalkan nama saya, YUKA.”
“Selamat bergabung di kelas kami, YUKA!” sahut serentak seluruh siswa-siswi di dalam kelas.
“Ck. Sok cantik,” gumam salah satu siswa wanita duduk di bangku paling belakang.
Yuka kembali duduk ke kursi yang sudah disediakan. Pelajaran terus berlanjut, meski sekolah dihari pertama terlihat sulit, tapi Yuka bisa menjalaninya.
Kring!kring
Bel pelajaran telah usai. Yuka segera menyusun buku-buku pelajarannya ke dalam tas. Karena hari pertama belum ada teman, Yuka bergegas pulang. Di tengah halaman depan sekolah Yuka dihadang oleh 3 siswa perempuan.
“Oh! jadi ini dia sih anak baru dengan dua pria tampan!” ucap siswa wanita teman satu kelas yang tidak suka dengan Yuka.
“Ka-kalian siapa?” tanya Yuka pura-pura gugup. Di dalam hati Yuka, 'Minggir atau aku hajar kalian semua!'
“Mau kami,” wanita satu kelas Yuka mendekat, jari telunjuk menempel di dahi Yuka, “Kamu jangan sok cantik dan sok imut,” ucap wanita tersebut mendorong kuat dahi Yuka.
“Aku sudah cantik! Jadi buat apa aku menjadi sok cantik?”
Kedua tangan wanita tersebut melambai kepada dua siswa wanita lainnya, “Pegang tangannya.”
“Tolong jauhkan tangan kotor kalian berdua dari seragam sekolah mahal 'ku!” ucap Yuka, menoleh pada dua wanita memegang kedua lengannya.
“Jangan berisik, jika kamu terus melawan, maka bos kita akan marah,” ucap wanita di sisi kiri Yuka.
“Ha ha ha. Bos!” sahut Yuka tertawa renyah.
Bukannya takut, Yuka malah semakin menguatkan tawanya di depan tiga siswa wanita. Tawa renyah hingga membuat tenggorokannya gatal dan batuk.
“Berani sekali kamu mentertawakan AKU!”
Plakkk!
Satu tamparan manis mendarat di pipi kanan Yuka.
Bibir Yuka bergerak secara tak beraturan, “Berani sekali kamu menamparku!” tanpa menyentuh Yuka menghempaskan kedua wanita hingga tersungkur ke tanah. Kedua kaki melangkah tegas, tangan kanan mengepal erat dan hendak melayang, “Kalian belum tahu siapa aku. Hiaakk!!” kepalan tangan harus terhenti tepat di depan wajah wanita sekelas Yuka. Kedua matanya teringat dengan ucapan Valdes sebelum mengantar dirinya pergi ke sekolah.
^^^“Jangan membuat onar di sekolah. Jika kamu ingin memiliki teman dan menambah wawasan lebih luas lagi. Maka kamu harus bersikap baik.”^^^
‘Demi mencari informasi untuk kembali dan membalaskan dendam. Aku harus patuh dengan pesan Valdes. Aku juga tidak ingin membuat pria yang sudah menolongku kecewa.’
Perkelahian antar wanita pun terjadi. Namun, perkelahian kali ini jauh berbeda, semua semata-mata demi mencapai tujuan Yuka untuk membalaskan dendamnya kepada Bangsawan Caprio. Bukan itu saja, Yuka melakukan ini juga untuk membuat nama baik Valdes tetap bagus dimata banyak orang. Karena Yuka tahu jika Valdes adalah pria terpandang.
Bam!
Bug!
“Hei! Hentikan!” teriak Bobby berjalan ke arah Yuka. Bobby mendorong ketiga wanita, “Kenapa bisa preman bersekolah di sini!” Bobby menggendong Yuka, tatapan suram mengarah kepada tiga siswa tersebut, “Kalian akan tahu akibatnya karena sudah mengganggu nona muda!” ancam Bobby. Kedua kaki Bobby melangkah cepat menuju mobil.
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
~~N..M~~~
Yuka sangat imut. Aku pesan jangan tutupi kekuatan kamu dong. Aku ingin lihat gadis manis yang bar-bar
2022-09-12
1