Yuka (Hidup Kedua Demi Dendam)
Estella, gadis remaja berusia 17 tahun. Besar dan tumbuh di tengah kekejaman dan peperangan dunia di pinggir jalan, tahun 1968. Kehidupan tersebut mengantarkannya kepada sifat kejam, tanpa hati dan membuat Estella rela menghabisi siapa pun kepada orang yang tak ia suka. Kecuali, anak kecil dan orang tua yang membutuhkan pertolongan Estella.
.
.
.
Swisssh!!!
Swisshhh!!!
Jluub!!!
10 pisau perak terselip di jari-jemari Estella, dengan cepat ia mengayunkan dan melayangkan pisau tersebut ke musuh yang mengelilingi seisi ruangan dengan pencahayaan redup. Sesuai dengan julukannya ‘Pembunuh tanpa bayangan’. Estella melayangkan aksinya dengan cepat tanpa terlihat oleh musuh.
Bibir dan tangan terus bergerak, Estella berucap pelan sambil menikmati permainan dengan suara jeritan lawan yang menurutnya sangat indah.
“1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20.” Ucap Estella menghitung pelan semua musuh yang mendapatkan satu-persatu pisau perak miliknya, membuat musuh berhenti bernafas. Estella kembali berucap di dalam hati sambil mengayunkan pisau perak yang ada di jari-jemarinya. ‘Aku harus memilikinya. Demi pabrik mainan yang baru saja di bangun, dan sudah cukup terkenal di kota ini. Tugas ini tidaklah sulit bagiku, aku tidak boleh gagal, setalah banyak perjuangan yang sulit aku lalui dengan susah payah.’ Kedua tangan terus mengayunkan pisau perak ke tubuh lawan.
Swwiissh!!!
Jluub!!
Swwwiissshh!!!
Jluuubb!!!
“Akh!”
20 anak buah dari lawan sudah terbaring tanpa nafas di atas lantai, lantai yang sangat indah dan mengkilap kini berubah menjadi genangan darah. Tinggal 1 orang yang sengaja tidak Estella lukai, pria tersebut adalah Bos dari saingan yang memberinya tugas. Pria bertubuh tinggi, rambut botak tengah, kumis lebat, dan sedikit melengkung di ujungnya. Pria tersebut sedang berdiri di tengah-tengah jasad anak buahnya, keringat jagung membasahi seluruh tubuhnya, tatapan waspada mengarah ke seluruh ruangan yang redup seperti kurang pencahayaan.
“Ba*jingan kecil. Berani sekali kamu menghabisi seluruh anak buahku. Di mana kamu! Cepat keluar.” Ucap pria tersebut sedikit meninggikan nada suaranya di kalimat terakhir. Tatapan liar dari kedua bola mata berselimut ketakutan mengarah ke sekeliling ruangan, namun dirinya tidak bisa menemukan keberadaan Estella.
Nyiitttt!!!!
Nyiiiittt!!!!
Nyiiitttt!!!
Estella duduk berayun di tengah lampu hias yang menggantung di tengah ruangan. Wajah di tutup dengan topeng angsa berwarna emas, sudut bibir tersenyum manis. Estella berdiri, tangan kanan memegang tiang penghubung lampu gantung ke plafon, pandangan ia arahkan ke bawah, menatap seorang pria paruh baya yang terlihat menyedihkan.
“Buat apa kamu menyuruhku keluar. Apa kamu akan membayar mahal jika aku menunjukkan wajah cantikku kepada kamu?”
Mendengar suara Estella dari atas kepalanya, pria paruh baya menengadah, sudut bibir bagian atas menaik, tangan kanan gemetar mencoba meraih sapu tangan dari dalam jas miliknya. Mengusap lembut keringat jagung yang terus mengalir memenuhi wajahnya.
“Ternyata hanya tikus kecil.”
“Oh! Tikus kecil, ya?” kedua kakinya di ajak melangkah memutari pinggiran lampu hias yang menggantung di tengah ruangan, pisau perak ia mainkan di sela-sela jari-jemari. Tak lupa senyum manis Estella pancarkan saat kedua mata dari balik topeng angsa menatap pria paruh baya yang mencoba menenangkan dirinya dari rasa takut.
Pria paruh baya menengadah kembali. Bibirnya tersenyum manis, kedua tangannya memegang senjata api mengarah ke atas, “Selamat tinggal, tikus kecil.”
Dor!!!
Dor!!!
Dor!!!
Pria paruh baya menghujani Estella dengan peluru dari bawah, sedangkan dari atas, kedua tangan dan tubuh Estella dengan cepat bergerak, menghindari anak peluru.
Melihat pria paruh baya kehabisan anak peluru, Estella memberikan ciuman manis dengan tangan kanannya dari atas. Tatapan heran dari pria paruh baya tersebut mengarah kepada Estella, tangan kanan Estella dengan cepat meraih tali yang terhubung dengan tiang lampu hias. Tangan kiri Estella memotong tali lampu bagian bawah yang hampir putus. Kedua kakinya mengayun kuat lampu hias ke arah pria paruh baya yang berada di bawahnya, tangan kanan Estella melambai manis, “Daaa. Sampai jumpa di neraka.”
“Dasar kau ba*jingan kecil.”
Baaamm!!!
Tarr!!
Lampu hias jatuh dan mendarat mulus sesuai sasaran Estella. Tu-buh yang terhimpit lampu hias mengeluarkan darah yang kini perlahan mengalir.
Setelah semua tugas selesai dikerjakan, kedua kakinya berjalan dengan santainya seperti Peragawati melewati gerombolan petugas yang baru saja sampai di depan gedung. Tangan kanan mengeluarkan mancis dari saku jaket kulit, membakar topeng angsa yang ia pakai. Rambut panjang Estella sibak mengikuti arah mata angin. Tangan kanan mengambil kaca mata hitam dari dalam saku jaket kulit, sudut bibir bagian atas menaik.
Kedua kakinya terhenti di atas trotoar jalan tak jauh dari gedung TKP. Dengan santai Estella berdiri di samping mobil Hot Wheels Toyota 2000 GT berwarna hitam. Terlihat dari kaca putih pria paruh baya memakai topi hitam duduk santai di bangku penumpang, tangan kanan memegang rokok cerutu.
Estella menyandarkan tubuhnya di badan mobil, tangan kanan mengetuk kaca jendela mobil.
Tak!
Tak!!!
Tatapan tajam dari balik kaca mata hitam mengarah pada pria berpakaian rapih seperti seorang bangsawan. Pria tersebut perlahan membuka setengah kaca jendela mobil, tangan kanan memegang gulungan kertas berpita merah sedikit keluar dari kaca jendela.
“God job. Sesuai janjiku, kamu mendapat upah sertifikat pabrik mainan baru yang kini sedang terkenal hampir di seluruh dunia, karena mainan yang di produksi oleh mereka banyak di gemari anak kecil. Maka ini menjadi milik kamu.”
Estella segera mengambil sertifikat, memasukkannya ke dalam saku jaket kulit bagian dalam. Setelah mendapat apa yang ia mau, Estella segera berbalik badan. Hanya senyum manis yang ia pancarkan kepada bangsawan tersebut.
Bangsawan tersebut menepuk bagian belakang bangku kursi supir, “Jalan.” Ucapnya kepada anak buahnya untuk meninggalkan gedung, kedua mata menatap tajam ke arah Estella yang sedang tersenyum manis.
Kedua kaki Estella pun ia pacu meninggalkan gedung yang kini sudah ramai dengan para awak media dan pihak yang berwajib.
Tak!
Tak!!
Kedua kakinya terus berjalan di atas trotoar menuju pusat kota. Ada 100 meter Estella berjalan, kedua matanya tak sengaja tertuju pada seorang gadis kecil berusia 9 tahun sedang duduk di sudut pertokoan. Tangan kanan memegang kalo buah berisi beberapa komik dan novel yang masih terbungkus rapih. Estella mempercepat langkah kakinya untuk mendekati gadis tersebut. Sesampainya di tempat gadis kecil tersebut, Estella berjongkok, tangan kanan perlahan membuka kaca mata hitam.
“Kamu kenapa duduk di sini?”
Meski Estella seorang gadis remaja yang terbilang tanpa hati pada tahun 1968, karena sifat pembunuh. Tapi Estella masih memiliki sisi baik kepada manusia yang terlihat lemah dan butuh pertolongannya.
Gadis kecil tersebut menengadah, air mata memenuhi seluruh pipinya, kedua tangannya menyeka air mata, “Ta-tadi, aku pergi mengambil novel dan komik baru di rumah Paman botak. Saat aku berjalan menuju pulang ke rumah, aku di hadang beberapa pemuda. Mereka mengambil semua uangku, padahal uang itu buat pengobatan Ibu.” Ucap gadis tersebut lirih, suara serak akibat menahan tangis.
Ucapan dari gadis kecil membuat Estella terlihat marah, kedua matanya tak sengaja melihat kedua lutut gadis kecil tersebut terluka dan berdarah. Estella mengarahkan jari telunjuk tangan kanan ke salah satu lutut gadis kecil tersebut, “Pasti lutut yang terluka itu sakit. Kenapa kamu tadi tidak berteriak, dan meminta tolong kepada orang-orang yang berjalan?”
Gadis kecil menundukkan wajahnya, jari telunjuk menggambar lingkar pakai tusuk gigi di atas trotoar, “Ta-tadi, aku sudah berteriak. A-aku juga sudah melawan mereka, kak. Ta-tapi tidak ada menolongku karena para pejalan kaki takut pada mereka. Luka yang aku dapatkan karena para kumpulan pria tersebut mendorong tubuhku, membuat aku tersungkur dengan kedua lutut menyentuh trotoar jalan.”
Dahi Estella kembali mengerut hingga memunculkan kerutan halus di setiap lekukan. Tatapan suram dan tajam mengarah ke pejalan kaki yang terus berlalu lalang tanpa menoleh. Estella tak ingin membuang waktunya, dirinya yang masih berjongkok memutar badan membelakangi gadis kecil, kedua tangan ia letakkan kebelakang, kedua mata sedikit melirik ke gadis kecil yang masih diam memandangnya heran. Seluruh jari-jemari ia gerakkan, “Mari aku antar kamu pulang ke rumah. Naiklah ke kedua tanganku, aku akan menggendong kamu dan membawa kamu berjalan seperti sedang naik pesawat terbang.”
"Baik, kak."
.
.
Setelah 20 menit berlari akhirnya mereka sampai di rumah gadis kecil berpagar kayu tepat pinggir jalan. Estella berjongkok, perlahan menurunkan gadis kecil dari gendong belakang, “Sudah sampai. Benar ini rumah kamu, ‘kan?”
“Iya. Terimakasih, kakak cantik.”
Estella berdiri, menghadap gadis kecil yang tersenyum manis kepadanya. Estella sedikit membungkuk, tangan kanan membelai puncak kepala gadis kecil tersebut, “Sama-sama. Mulai sekarang kamu harus menjadi gadis yang kuat. Jangan mudah ditindas oleh siapapun. Paham.”
“Paham.” Sahut gadis kecil semangat.
Estella meraih 1 kantung kecil koin emas yang tersimpan di dalam saku jaket kulit, meletakkan 1 kantung kecil koin emas ke dalam keranjang buah berisi komik dan novel milik gadis kecil tersebut. Estella berbalik badan, tangan kanan melambai, wajah sedikit menoleh ke gadis kecil yang masih terdiam.
“Aku pulang. Uang yang aku berikan untuk pengganti uang yang di ambil mereka. Pergunakan uang tersebut buat membawa kamu dan Ibu kamu berobat.”
“Tunggu.” Tahan gadis kecil memegang pinggiran bawah jaket kulit Estella. Tatapan serius memandang wajahnya, “Aku punya novel terbit keluaran terbaru kak.” Gadis tersebut mengambil novel dari dalam keranjang buah, “Ini novel berjudul “Yuka (Hidup Kedua Demi Dendam)”, kisah ini mengenai gadis berusia 12 tahun yang memiliki kehidupan miris, gadis ini juga meninggal di tangan Paman dan Bibinya. Kekejaman yang terjadi pada zaman modern di tahun 2022.“
Ingin rasanya Estella menolak, tapi dirinya bisa saat melihat tatapan polos dari wajah gadis kecil yang masih lugu. Terpaksa Estella mengambil novel dari tangan kanan gadis kecil tersebut, karena tak ingin membuang waktu.
“Terimakasih. Daaa.”
Kedua kaki terus Estella ajak berjalan hingga rumah gadis tak terlihat lagi. Tangan kanan membolak-balik novel yang ada di dalam genggamannya, “Tahun 2022. Emang ada zaman yang lebih kejam daripada tahun 1968. Dan apa bedanya kekejaman di tahun 1968 dengan tahun 2022?” tanya Estella sendiri. Merasa penasaran dengan isi dari novel "Yuka (Hidup Kedua Demi Dendam)", Estella membuka plastik yang masih tersegel di novel. Karena jarak rumah masih cukup jauh, Estella membaca isi dari novel tersebut. Kedua matanya terus fokus membaca sampai bab 05, bibirnya terus mengumpat kesal, “Tahun yang cukup modern memang. Tapi kenapa pemeran utama wanitanya sangat lemah. Bibi dan Pamannya juga macam Iblis. Cerita apaan ini.”
Dor!!!
Dor!!!
Belum sempat Estella mengumpat puas, punggungnya malah dihujani anak pe-luru. Estella yang sudah tidak bisa berjalan harus terhenti, tangan kanan masih menggenggam erat novel "Yuka (Hidup Kedua Demi Dendam)", ia menengadah, kedua mata membulat sempurna menatap langit mendung di atas kepala, “Akkh!!” keluhnya, bibir sedikit mengeluarkan darah. Kedua kaki melemah, tubuhnya perlahan ambruk ke depan.
Bam!!
“Si-al. Si-apa ya-ng be-rani melakukan ini pa-daku?”
Tap!
Tap!
Kuping yang masih berdengung akibat mendengar suara tembakan, mendengar sayup-sayup langkah tapak sepatu pansus pria berjalan ke arahnya.
Pandangan yang mulai memudar terpaksa ia arahkan ke seorang pria berjongkok di sisi kirinya, pria paruh bayah berstelan jas berwarna putih. Pria tersebut ternyata adalah seorang bangsawan yang baru saja memberi Estella tugas dan upah besar.
“Hahaha. Tikus busuk seperti kamu memang pantas tinggal di Neraka. Kamu juga seharusnya tidak pantas menerima upah pabrik mainan baru yang cukup terkenal di dunia ini.” Tangan kanan pria bangsawan menjelajahi setiap kantung baju dan jaket yang Estella kenakan. Mengambil sertifikat pabrik mainan yang sudah bercampur darah dari dalam saku jaket kulit bagian dalam. Pria tersebut mengulas senyum tipis, tangan kanan yang memegang sertifikat pabrik yang sudah bercampur noda merah mengayun ke kanan/kiri, “Terimakasih sudah menjalankan tugas, dan terimakasih sudah menjaga sertifikat ini.”
Merasa kecewa melihat perbuatan bangsawan mengkhianati dirinya, dan membuat hidupnya berakhir dengan tragis. Estella mengulurkan tangan kiri yang sudah kehabisan tenaga. Bibir mengeluarkan darah berkata, “Pe-ngkhianat ka-mu Caprio. Ji-jika aku hi-hidup kem-bali, a-aku akan men-cari ka-kamu, a-aku pastikan ka-kamu akan menerima hu-kuman yang le-bih pa-rah da-riku.” Sumpah Estella di kalimat terakhir sebelum kedua mata terpejam untuk selamanya.
Melihat Estella sudah tak berdaya lagi, anak buah bangsawan yang bernama Caprio membawa jasad Estella ke dalam mobil. Mobil pun melaju dengan kecepatan tinggi, sesampainya di tepian jurang, anak buah Caprio dan Caprio berdiri di tepian jurang. Kemudian membuang jasadku begitu saja.
.
.
.
💫💫Di tempat lain💫💫
Kedua mata Estella terbuka, sesak yang masih tersimpan di dalam dada masih ia rasakan. Tubuh terasa perih, dan banyak bercak memar memenuhi seluruh tubuh mungilnya. Estella duduk, kedua mata menatap sekeliling kamar, kamar yang begitu asing baginya.
“Dimana ini?” Estella mengalihkan pandangan, menatap kedua tangan yang terlihat lebih kecil dan kurus dari tubuhnya yang dulu, serta kulit putih di penuhi memar, “Kenapa aku menyusut?”
Penasaran dengan perubahan bentuk tubuhnya, perlahan Estella membawa kedua kakinya turun dari ranjang keras. Kedua kaki tak bertenaga ia paksa berjalan menuju cermin besar. Kedua matanya membulat sempurna saat melihat pantulan wajah kurus dan kecil bukan seperti wajahnya. Kedua tangannya menepuk kedua pipi tirusnya, kedua mata ia arahkan dari ujung kaki sampai ujung rambutnya.
Tubuh tersebut adalah tubuh gadis berumur 12 tahun yang berada di dalam novel "Yuka (Hidup Kedua Demi Dendam)".
“Tidak. Tubuh ini sangat kurus, lemah, dua gunung kembar hanya sebesar buah tomat. Umurnya juga masih sangat kecil.” Teriak Estella, kepala menengadah.
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Ibu Wawa
aku mampir ya kak
2023-01-22
0
Mom La - La
akh... aku ngeri thor.
ceritanya bgus. tetap semangat ya....
2023-01-18
0
Mugiya is back
mampir
2023-01-14
0