Karena hari ini adalah kepergian Yuka untuk kembali ke tahun 1968. Dan tidak tahu dia bisa kembali dengan utuh apa dia akan menghilang untuk selamanya. Yuka hanya bisa mencoba memberikan kesan dan ingatan indah kepada Grace, Rado, dan Bianca mengenai semua perbuatannya. Berharap mereka akan mengenang kebersamaan singkat ini. Yuka juga berbohong dengan meminta maaf kepada Bianca karena kalung miliknya sudah hilang. Tanpa Yuka meminta maaf, Bianca ternyata sudah memaafkan Yuka, dan tidak memperdulikan tentang kalung miliknya itu.
Jam terus berdetak sangat cepat hari ini. Sesuai perhitungan hari dan tanggal. Siang ini, tepat setelah Yuka pulang sekolah, Adair menunggu Yuka di depan sekolah. Dengan menyambar sebagai Kakek tua, Adair berkata, “Aku kasih kamu waktu sampai sore ini. Pergilah menghabiskan sisa jam yang kamu miliki bersama pria baik itu, sampai aku menjemput kamu. ”
“Tapi aku tidak pandai berbuat hal romantis dengan seorang pria,” sahut Yuka.
“Yang menyuruh kamu bersikap romantis itu siapa?” tanya Adair berwajah malas.
“Tadi kamu baru saja bilang,” tunjuk Yuka kepada Adair.
Adair meraup wajah keriputnya, “Menghabiskan sisa waktu, agar tidak menimbulkan penyesalan buat kamu jika sudah berada di tahun dan di Dunia berbeda. Bukan menyuruh kamu melakukan hal romantis layaknya sepasang kekasih.”’
Yuka tidak menghiraukan ucapan Adair, ia hanya melambai, kedua kaki berjalan mendekati mobil Valdes, “Ah…sama saja itu. Aku tidak bisa, tunggu saja aku nanti di depan gerbang rumahku,” kedua kaki Yuka berlari, tangan kanan melambai, “Daaa…Kakek tua yang jelek.”
Melihat mobil Valdes dan Yuka sudah pergi. Adair juga ikut pergi, menghilang di kerumunan anak sekolah.
Sepanjang perjalanan menuju jalan pulang ke rumah, Yuka hanya menatap pemandangan dari balik jendela mobil. Kedua matanya mengingat semua tentang Valdes. Hatinya tiba-tiba terasa sakit saat mengingat kebaikan Valdes. Namun kebaikan itu harus terbalas dengan kepergiannya. Membuat Yuka tidak bisa berbuat apa pun, jangankan untuk menatap matanya, melihat senyum dan mendengar suara Valdes saja sudah membuat hatinya sangat sakit, apalagi untuk menyempatkan diri menghabiskan waktu sampai sore hari.
“Akhir-akhir ini kamu terlihat berbeda. Apa kamu sedang sakit?” tanya Valdes memecah pikiran Yuka.
Yuka menyeka kasar air matanya, menarik nafas panjang. Setelah cukup reda Yuka menatap wajah Valdes dengan senyum manis, “Tidak. Mungkin karena aku banyak kegiatan sekolah,” sahut Yuka berbohong.
“Apa kamu suka es krim?”
“Tentu!” sahut Yuka semangat.
.
.
✨PUKUL 16:59 SORE✨
Sore itu Valdes sedang menikmati teh hangat di depan teras rumah. Sedangkan Yuka sedang berpura-pura melakukan olah raga sore di sekitaran rumah mereka. Yuka menghabiskan waktu dan memutus pikiran serta hati yang terasa mulai goyah akan tujuan utamanya. Saat Yuka menghabiskan putaran sampai ke sepuluh. Yuka juga sedang terduduk di atas tanah dengan nafas memburu, terlihat Adair sudah berdiri di depan Yuka.
“Apa kamu sudah menghabiskan waktu-Mu?”
Yuka merebahkan tubuh dan baju penuh keringat di atas tanah, “Tentu saja aku sudah menghabiskan waktuku sendiri di sini,” sahut Yuka berpura-pura mengalihkan pembicaraan Adair mengenai Valdes.
Adair berjalan mendekati Yuka, tubuh menunduk, kedua tangan berkacak pinggang, dengan tatapan suram menatap wajah cuek Yuka. “Kamu ini wanita bukan! Apa kamu sama sekali tidak ingin memberikan kesan terakhir kepada pria itu!” tangan kiri mengarah ke dalam gerbang, lurus ke teras rumah di mana Valdes sedang bersantai bersama Bobby, “Apa kamu juga tidak bilang kepada pria itu jika kamu akan pergi selama 7 hari, dan jangan menunggu kepulangan kamu?”
Yuka duduk, kedua tangan di lipat di depan dada, dengan wajah malas ia menatap Adair, “TIDAK!”
Dengan kesal Adair meraup wajahnya, kedua kaki berputar-putar, “Ya Tuhan. Kenapa aku harus ikut campur dengan urusan gadis dingin dan keras seperti ini. Dimana letak hatinya, kenapa dia tidak memperdulikan perasaan orang lain!” ucap Adair sedikit histeris.
“Aku saja tidak memiliki bayangan, apa lagi hati.”
Adair memegang kedua lengan Yuka, dan mengguncang tubuhnya, “Tapi kamu ini akan pergi selama 7 hari. Kamu juga belum tentu bisa kembali ke sini, atau kamu bisa kembali bereinkarnasi lagi.”
Yuka menepis kedua tangan Adair, “Aku tidak suka perpisahan, dan aku tidak suka mengucapkan salam perpisahan,” Yuka berdiri, “Aku pastikan aku akan segera kembali. Jadi jangan paksa aku untuk berpamitan kepadanya!” Yuka merapihkan rambut lepek nya, “Ucapan kamu juga sangat menyakitkan. Kamu berbicara seolah aku akan mati di sana,” tangan kanan menepuk bahu kiri Adair, “Mari antar aku pergi sekarang!” pinta Yuka kepada Adair untuk membuka portal menuju ke tahun 1968.
Adair menarik nafas panjang, “Baiklah.”
Langit sore cerah berubah menjadi awan gelap, angin mendung disertai angin kencang menerpa muka Bumi.
Wuuushh!!!
Wuusshhh!!!
Swwiiisssh!!!
Adair berbalik badan, menatap Yuka sedang berjalan ke arahnya, “Apa kamu sudah yakin?”
“Sudah!” sahut Yuka menghentikan kedua kakinya di samping kiri Adair.
Adair menatap Yuka dengan serius, “Jika kembali itu suatu bonus dari Tuhan. Jika tidak kembali itu berarti kamu harus menebus semua dosa-dosa kamu yang sudah banyak merenggut nyawa orang lain dengan cara meniadakan dirimu untuk selamanya. Apa kamu menerima itu jika suatu saat hal itu terjadi kepada kamu?” tanya Adair dengan tegas.
Yuka mengangguk, “Aku menerima semua konsekuensi atas perbuatan ku. Asal aku bisa kembali dan merenggut kembali nyawa Pengkhianat itu,” tangan kanan ia kepal, tatapan penuh amarah lurus ke depan dada, “Aku akan membuat dirinya membalas semua perbuatan kejinya kepadaku. tidak akan aku biarkan satu nafas tersisa di tubuhnya.”
“Baiklah. Jika kamu sudah tahu, dan ingin menerima semuanya. Maka aku akan membuka portal menuju ke sana.”
Adair memutar kedua tangannya, hingga memunculkan sebuah portal besar dengan kekuatan menyerap semua benda di muka Bumi ini ikut masuk ke dalamnya.
Wuuusshhh!!
Wuuussshhh!!!!
Swiiissshh!!
“Cepat masuk! sepertinya aku sudah tidak tahan lagi menahan kekuatan portal yang cukup besar ini. Satu pesanku. Jika kamu sedang merasakan kesulitan yang tidak bisa kamu atasi sendiri, maka jangan biarkan kamu berjuang di sana sendiri. Hentakkan kaki kanan kamu, sebut namaku tiga kali, maka aku akan segera hadir menolong kamu. Jangan biarkan mereka merebut dan menghancurkan harapan kamu yang sudah ada!” pesan Adair dengan meninggikan nada suaranya.
Yuka mengangguk dengan wajah tegas, sebelum kakinya melangkah masuk, bibir Yuka berkata, dengan kedua mata menatap Valdes masih bertahan di depan teras rumah.
‘Aku mencintai kamu!’ kaki kanan ia langkahkan ke dalam portal.
Di sisi lain, kedua mata Valdes membesar, seolah dirinya merasakan bisikan halus dari Yuka.
Wuuuusss
Portal tersebut langsung tertutup, awan mendung, dan angin kencang ikut menghilang bersama kepergian Yuka menuju dunia dan tahun berbeda.
Adair memutar badannya, “Sebaiknya aku juga kembali.”
Wuuusshhh!!!
...BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
~~N..M~~~
Yuka itu separuh wanita separuh pria. 😂😂
2022-09-27
0