"Siapa yang melakukan ini kepada kamu?” tanya Valdes duduk di tepian ranjang Yuka, menatap tubuh Yuka berbalut selimut di tengah matahari siang bolong.
Yuka memutar tubuhnya membelakangi Valdes, “Tidak ada,” sahutnya singkat.
Jawaban Yuka membuat Valdes semakin marah. Jika memang tidak ada, kenapa wajah dan tubuh menjadi lebam.
Valdes segera menindih Yuka, tangan kanan memegang dagu Yuka, kedua mata menatap lekat bola mata indah Yuka, “Katakan siapa yang melakukan perbuatan buruk ini kepada kamu?”
Dengan susah payah Yuka menelan saliva, tatapan perlahan turun, menatap tubuh kekar berwajah tampan berada di atasnya. ‘Sangat besar.’
“Yuka!” panggil Valdes meninggikan nada suaranya, membuat pikiran kotor menghilang saat melihat wajah Valdes semakin suram.
Yuka memalingkan wajah merahnya ke sisi kiri, “Gadis itu marah padaku karena aku terlihat cantik. Dia berkata, ‘Jangan sok cantik kamu!’ aku bilang, ‘Aku memang cantik’, sudah itu saja. Habis itu inilah hasil yang aku dapatkan,” sahut Yuka polos.
Valdes duduk kembali ke tepian ranjang, tangan kanan memijat pelipis, “Haih, kenapa kamu tidak memberi perlawanan kepadanya?”
“Benarkah aku boleh melakukan kekerasan di sekolah?” tanya Yuka spontan duduk dengan wajah semangat.
“Maksudku, kenapa kamu tidak melawannya. Kamu boleh melawan siapa saja yang menin-das kamu!” Valdes berdiri, menatap suram wajah Yuka sambil berkata, “Besok akan aku beri pelajaran buat gadis-gadis yang menindas kamu!” lain dengan hati Valdes, ‘Besok akan aku beri kalian semua pelajaran karena sudah merusak tu-buh dan wajah gadis kecilku. Kalau bisa aku musnahkan kalian dari muka bumi ini.’
“Bukannya sekolah itu tempat belajar? Buat apa tuan datang ke sana untuk memberi mereka pelajaran?”
‘Di bilang polos dia sangat ahli di dalam semua hal. Di bilang bodoh, aku tidak dapat menemukan kekurangannya. Apa yang salah dengan otak gadis ini.’
Valdes berbalik badan, “Pelajaran yang akan membuat mereka mengenang dan terus berpikir tentangku!” kaki kanan hendak melangkah namun harus tertahan karena Yuka menggenggam pergelangan tangan kiri Valdes.
‘Jangan-jangan dia mau melakukan hal mesum. Tidak akan aku biarkan.’
Walaupun tubuhnya masih berusia 12 tahun, tapi pikiran dan semua karakter tersembunyi tetap Estella yang punya. Gadis berusia 17 tahun, pembunuh tanpa bayangan, cukup terkenal di tahun 1968. Cuman nasib sial saja, membuat ruhnya harus berpindah ke tubuh pemeran utama di dalam sebuah novel Yuka(Hidup Kedua Demi Dendam).
Yuka menahan pergelangan tangan kiri Valdes, “Lakukan saja denganku!” ucap Yuka terdengar serius menatap wajah Valdes.
Wajah Valdes memerah sempurna seperti buah tomat. Valdes segera mengarahkan jari telunjuk tangan kanannya ke meja belajar, “A-aku ingin mengajari kamu memakai Laptop,” sahut Valdes mengalihkan pembicaraan.
“Benarkah!” Yuka segera turun, tangan kanan menarik Valdes menuju meja belajar, “Cepat beritahu aku bagaimana cara melakukannya?” tanya Yuka membuat Valdes duduk di kursi belajarnya dan melupakan pertanyaannya.
“Tenaga kamu lumayan juga,” ucap Valdes merasakan setiap kekuatan Yuka di luar batas tubuh mungilnya.
Yuka tersenyum, tangan kanan menggaruk pipi tak gatal, “Eh, itu!” di dalam hati Yuka, ‘Tentu saja tenagaku lebih kuat. Makanya kamu jangan terlalu lama lahir ke dunia ini. Kalau kamu terlahir bersama denganku, mungkin kamu akan mengenal siapa aku.’
Valdes membuka Laptop, kedua tangan terus bermain di atas keyboard, “Caranya sangat mudah. Seperti ini,” tunjuk Valdes memberitahu Yuka cara bermain di laptop.
.
Sepanjang hari Yuka menghabiskan waktunya di depan laptop. Bukan Yuka namanya kalau otak encernya mampu mencerna dengan cepat. Kini dirinya bukan sekedar bermain laptop, dirinya kini sudah mendapatkan beberapa tempat mistis dan penuh pariwisata dengan nuansa sakral di kota Jogja. Semua pencarian itu dilakukan untuk mencari informasi bagaimana caranya kembali ke tahun 1968.
Di tengah kesibukan Yuka mencari Informasi, salah satu pelayan datang mengetuk pintu kamarnya. Pelayan tersebut mengatakan jika hari ini akan datang seorang guru ahli dalam bela diri. Guru spesial di cari buat Yuka, untuk melindungi diri dari manusia jahat.
.
✨ Hari Kedua✨
Sepanjang mata pelajaran dimulai Yuka terus memandang ke arah pintu kelas. Ucapan Valdes kemarin, memenuhi pikiran Yuka. Waktu terus berjalan hingga bel terakhir berbunyi, menandakan waktu pelajaran telah usai.
Yuka penasaran kenapa Valdes tidak datang ke sekolah untuk mengancam siswa tersebut. Dengan cepat Yuka mengayunkan kedua kakinya berjalan menuju gerbang sekolah. Sesampainya di depan gerbang, Yuka hanya melihat Bobby di depan mobil sedangkan Valdes tidak ada.
Yuka menghela nafas, "Syukurlah!" ucap Yuka karena Valdes tidak datang untuk mengancam siswa tersebut.
.
.
✨Hari ketiga✨
Karena semalam Valdes tidak sempat ke sekolah karena ada rapat mendadak di luar kota, sepulang dari rapat Valdes langsung meluncur ke sekolah Yuka. Bukan kuatir pada Yuka akan dijahili teman-temannya, Valdes ke sana hanya ingin bertemu dan memberi sedikit rambu-rambu buat ketiga siswa tersebut, tanpa sepengetahuan Yuka.
Setelah memberi rambu-rambu penting, Valdes langsung kembali ke kantor, tanpa berpamitan dengan Yuka.
.
💫💫Pukul 16:15 sore💫💫
Dengan pakaian bela diri, Yuka merebahkan tubuhnya di rumput belakang rumah. Kedua mata menatap cahaya matahari sore di selimuti awan biru.
“Jika hidup di dalam dunia novel seindah ini, mungkin aku tidak akan pernah ingin terlahir sebagai anak manusi.”
Dari kejauhan, Valdes sedang bersantai di kursi santai, menikmati angin segar di sore hari. Namun tatapan suram tidak bisa di lepas saat melihat guru bela diri tidak kunjung hadir. Valdes melirik ke sisi kanan, di mana Bobby ikut bersantai. “Kenapa gurunya belum datang juga?”
Dengan santai Bobby menjawab, “Apa tuan tidak tahu! Jika guru bela diri sudah ditindas oleh nona muda,” Bobby berdiri, kedua kaki dan kedua tangan memperagakan gaya Yuka, “Ciaah!! Huft! Huft”
“Benarkah?” tanya Valdes menghentikan pertunjukan Bobby.
Bobby duduk kembali dan mengangguk, “Benar.”
“Siapa sebenarnya gadis ini?” tanya Valdes pelan.
“Nona Yuka tapi, tuan,” sahut Bobby mendengar pertanyaan Valdes.
Valdes hanya bisa terdiam dengan kepala menggeleng.
Sore ini dan untuk selamanya tidak ada latihan bela diri, dan gurunya juga sudah dirawat di rumah sakit karena mendapatkan sedikit luka dan cedera ringan. Guru bela diri sudah cukup terkenal kini disikat habis oleh Yuka.
.
✖️ POV Bobby ✖️
Sore itu guru pelatih bela diri datang. Bobby sebagai orang kepercayaan Valdes untuk menjaga Yuka, mengantarkan guru bela diri menuju taman belakang.
Sesampainya di taman belakang. Guru bela diri cukup terkenal di kota ini datang dengan gaya sombong, membuat Yuka sedikit muak melihatnya.
Baru beberapa menit pemanasan Yuka sudah melunakkan beberapa bagian tertentu. Boby sedang berdiri tak jauh dari tempat Yuka berlatih terkejut. Bobby tidak habis pikir jika Yuka ahli dalam bela diri. Buktinya guru terhebat saja bisa dijinakkan dirinya dalam waktu 20 menit, langsung menuju ke rumah sakit.
#POV SELESAI#
.
✨Pukul 19:45 malam✨
✨MALIOBORO ✨
“Indahnya!” ucap Yuka menatap sekeliling tempat di penuhi pengunjung. Tangan kanan menggenggam tangan kiri Valdes, “Paman mari kita pergi ke sana,” tunjuk Yuka ke sebuah kafe.
“Sebelum kita pergi ke sana, boleh tidak aku minta satu hal sama kamu?”
“Apa itu katakan saja Paman!”
“Mulai hari ini berhentilah memanggil aku dengan sebutan Paman. Ingat! Aku bukan saudara kamu dan aku juga bukan Paman kandung kamu! Jadi panggil aku dengan sebutan Valdes atau pakai ‘aku’ ‘kamu’ saja di setiap percakapan.”
“Okay,” sahut Yuka semangat.
Sesampainya di Malioboro, Yuka lupa dengan niatnya setelah melihat ramai orang memadati jalan, dan begitu indahnya kota Jogja. Di tengah padatnya pengunjung, kedua mata Valdes tertuju pada seorang pria yang duduk di bangku jalan, bibir pria tersebut tersenyum manis kepada Valdes. Valdes menarik tangan Yuka, mengajak Yuka untuk meninggalkan keramaian dan duduk santai di salah satu kafe.
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Dendry Den
Keren. Sudah pernah ke sana thor?
2022-10-29
1
xixi
kok aku bacanya merasa kayak disingkat² ya tulisannya, contohnya kayak yuka menindas guru beladirinya entah kayak apa kok bisa. jadi aku bingung mau mencernanya seperti apa?
2022-09-14
2
~~N..M~~~
Jangan Valdes. Kamu belum tahu kalau kehebatan Yuka lebih dari menghajar seseorang.
2022-09-13
1