BAB 13. Bertemu Kakek Tua

Tak terasa hari ini tepat 1 minggu Yuka bersekolah. Hampir 1 minggu Yuka di Jogja, dan juga sudah berkeliling ke tempat di mana ingin ia tuju untuk mencari informasi bagaimana caranya kembali ke tahun 1968. Namun, pencarian Yuka kembali tidak membuahkan hasil, hal itu membuatnya putus asa untuk kembali ke tahun 1968 hanya untuk membalaskan dendam kepada Bangsawan pengkhianat bernama Caprio.

Setelah pulang sekolah Yuka menunggu jemputan seperti biasa. Namun Valdes hari ini sudah berkata jika dirinya akan sedikit terlambat untuk menjemput.

Sambil menunggu Valdes, Yuka menyandarkan tubuhnya di dinding pagar sekolah, tatapan turun kebawah memandang sepatunya, “Hal paling membosankan adalah menunggu.”

Tin! Tin

Suara klakson sepeda motor dan mobil mengusik telinga Yuka. Yuka memandang ke arah jalan, kedua mata Yuka terusik dengan seorang kakek tua terlihat kesulitan menyebrang jalan. Yuka menatap sekeliling, terlihat ramai orang lewat tapi kenapa tidak ada satu orangpun untuk menolong kakek tua tersebut.

“Dasar manusia tidak punya hati nurani. Dimana pikiran kalian saat ada orang tua hendak menyebrang jalan tapi kalian sibuk dengan ponsel dan yang lainnya,” gerutu Yuka. Yuka mengajak kedua kakinya mendekati kakek tua. Yuka memberi senyum manis, tangan kanan memegang pergelangan kakek tua, “Biar saya hantarkan kakek ke sebrang jalan,” ajak Yuka sopan.

Setelah sampai di sebrang kakek tua tersebut berbisik pelan di daun telinga Yuka, “Aku tahu kamu siapa sebenarnya, kamu adalah seorang gadis remaja berusia 17 tahun, sedang meminjam tubuh gadis malang yang sudah meninggal dunia tepat 1 jam sebelum kamu akhirnya menghembuskan nafas di dunia yang berbeda. Aku bisa membantu tujuan kamu untuk kembali ke sana, tapi-”

“Apa orang di dalam novel memang harus serba tahu seperti kakek?” tanya Yuka memotong pembicaraan kakek tersebut.

Kakek tua mengarahkan jari telunjuk tangan kanan di atas trotoar jalan terkena biasan cahaya matahari siang, tak jauh dari tempat Yuka dan kakek tua itu berdiri. Kakek tersebut menyambung perkataannya kembali, “Aku dan kamu tidak jauh berbeda. Kamu bisa melihat ke bawah, lihat dirimu yang tak memiliki pantulan bayangan. Jika kamu ingin membantuku untuk mengambil permata yang ada di jenjang leher gadis SMP tersebut,” Kakek tua mengarahkan jari telunjuknya kepada seorang siswa SMP, seorang gadis sombong dan pernah berkelahi dengan Yuka. Kakek tua tersebut menyambung perkataannya, “Maka aku akan membantu kamu untuk kembali.”

“Begini rupanya kalau hidup di dunia novel. Manusianya banyak drama!” Yuka membungkukkan tubuhnya sedikit, “Terimakasih atas permintaan Anda,” Yuka berdiri tegak, tangan kanan mengarah ke sebrang jalan, “Sebaiknya aku kembali ke sana sebelum jemputan ku datang.”

“Aku akan menyakinkan diri kamu,” tangan kanan kakek tersebut seperti sedang memetik, dengan mulut berkata, “Tidak ada sinar yang lebih indah dari warna mu,” sebuah mantra ajaib, mantra di atas telapak tangan kakek tersebut keluar cahaya seperti api dengan warna hijau, kuning, dan warna lainnya.

...ILUSTRASI...

...----------------...

“Wah! Hebat,” ucap Yuka membulatkan kedua bola mata indah menatap cahaya api di atas telapak tangan kanan kakek tersebut.

Dalam sekali genggam cahaya api tersebut menghilang. Kakek tua menyimpan kedua tangannya di belakang, mencoba memberi penawaran dengan imbalan sepantasnya kepada Yuka. Tatapan kembali serius mengarah ke wajah Yuka, “Bagaiman dengan permintaanku?”

“Imbalan apa yang akan kakek berikan jika aku bisa mendapatkan batu permata pada gadis sombong itu?” tanya Yuka sekali lagi untuk menyakinkan dirinya sendiri, dan niat kakek tua tersebut.

“Agar kau percaya padaku, aku akan terus membimbing kamu sampai kamu bisa kembali ke tahun 1968!” kakek tua berbalik badan, melirik sedikit ke sisi kiri, “Aku yakin kamu pasti bisa mendapatkan batu permata tersebut,” ucap kakek tersebut sebelum menghilang di tengah-tengah kerumunan orang.

Yuka mengucek kedua matanya, “Tidak mungkin,” gumam Yuka menatap lurus tempat kakek tersebut berdiri.

“Nona muda kenapa bisa menyebrang sampai ke sini?” tanya Bobby berdiri di belakang Yuka.

“Anu….tadi…” Yuka melambai, “Ah, Paman bikin aku kaget saja,” ucap Yuka memecah pikirannya untuk kembali ke normal. Yuka melirik ke mobil, kemudian menatap Bobby, “Apa Paman sendiri?”

“Iya, soalnya tadi ada seorang wanita cantik datang mengunjungi tuan Valdes,” sahut Bobby berbohong. Padahal Valdes sedang mencaritahu informasi tentang siapa Yuka sebenarnya dan kenapa sangat sulit untuk mencari informasi tentangnya. Tangan kanan Bobby mengarah ke mobil, “Mari kita segera pulang.”

Mendengar ucapan Bobby mood Yuka berubah suram, sepanjang perjalanan Yuka hanya menekuk wajahnya. Sampai di rumah dan di sambut oleh Valdes, wajahnya juga seperti itu.

“Selamat datang kembali nona….” Sambutan Valdes harus terhenti saat melihat Yuka berjalan terus masuk ke dalam tanpa menghiraukan sapaan Valdes dari depan pintu.

“Nona muda mendadak aneh tuan.”

“Mulai kapan?”

“Mulai saat nona muda bertanya kemana tuan, dan saya menjawab jika tuan Valdes bersama dengan seorang wanita cantik.”

Valdes meraup wajahnya, kedua tangan mengepal gemas setinggi bidang dada, tatapan suram mengarah pada Bobby, “Bobby! Kenapa tidak sekalian saja kamu katakan aku pergi ke Hotel bersama wanita cantik!”

“Berarti aku salah berbohong,” sahut Bobby steel bodoh. Karena Bobby tahu jika Valdes sedang marah, jari telunjuk tangan kanan mengarah ke dalam rumah, “Sepertinya saya kebelet pipis. Saya permisi dulu,” ucap Bobby berlari dengan langkah seribu.

“Bobby!” teriak Valdes menatap kepergian Bobby.

Karena Valdes tahu jika Yuka sedang ngambek. Valdes memutuskan untuk menjumpai Yuka di kamarnya. Valdes menarik nafas dalam-dalam, tangan kanan mendekat ke pintu.

Tok!tok

“Apakah aku boleh masuk?”

“Tidak! Pergi saja sana dengan wanita cantik itu.”

Valdes menarik nafas dalam-dalam, tangan kanan memegang gagang pintu, dan masuk ke dalam. Valdes menatap Yuka sedang duduk di tepian ranjang menghadap ke jendela, “Apa kamu cemburu?”

Yuka menggeleng, “Tidak!”

“Jadi kenapa kamu sangat marah?” tanya Valdes perlahan duduk di samping kiri Yuka.

Yuka membuang wajahnya ke sisi kanan, ‘Benar, kenapa aku harus marah!’ kedua mata Yuka terpejam, ‘Apa jiwaku yang asli sedang puber atau aku sedang menyukai pria ini?’

Valdes melambaikan tangannya, “Kenapa kamu bengong?”

Yuka mengangkat pantatnya, menjauh dari Valdes, “Akhir-akhir ini aku banyak pikiran. Pikiran banyak inilah yang membuat aku gampang bengong seperti orang bodoh.”

“Hari minggu nanti kita peri berlibur Yuk!”

“Benarkah!” Yuka spontan berdiri, tatapan penuh semangat ia tampilnya di wajah Valdes, “Kita mau ke mana? Sesuai keinginanku atau keinginan kamu?”

“Keinginan kamu saja,” Valdes berdiri, tangan kanan membelai puncak kepala Yuka, “Mari temani aku makan.”

“Baik,” sahut Yuka patuh.

.

💫💫Di ruang makan💫💫

“Apa kamu pernah pergi berkemah?” tanya Valdes.

Saat Valdes memberi pertanyaan tersebut, semua mata pelayan, anak buah penjaga rumah, dan Bobby menatap sempurna wajah Valdes. Hati mereka mulai bertanya-tanya sejak kapan tuannya menjadi lemah lembut, dan memikirkan liburan di tengah alam. Pertanyaan sangat jarang ditemui bagi seorang Presdir muda.

Yuka mengangguk, “Aku pernah tidur di jalanan,” sahut Yuka keceplosan mengenai kenangan buruk tentang dirinya. Yuka menundukkan wajahnya, kedua tangan menggenggam erat sendok dan garpu. 'Kenapa masa lalu tentang diriku terus aku ungkapkan!'

Sejenak Valdes tercengang menatap Yuka. Tidak ingin membuat suasana berubah tegang, Valdes melambaikan tangan kanannya ke Bobby, “Bobby tolong carikan tempat berkemah.”

“Sepertinya tidak perlu liburannya bertema tentang perkemahan tuan. Saya sangat takut jika terjadi hal buruk menimpa tuan,” Bobby membuka tab miliknya, mencari tempat destinasi lainnya, “Liburan di sini sepertinya cocok buat tuan Valdes dan juga nona muda,” tunjuk Bobby pada gambar Taman pelangi dan lainnya di kota Jogja.

“Sepertinya aku ingin pergi ke Kedung Pedut, jalannya menuju desa Jatimulyo, Kulon Progo,” sambung Yuka.

“Nona muda itu tempatnya sangat ramai, bagaimana jika nona muda dan….”

“Hust” Valdes membungkam mulut Bobby.

...Bersambung...

Terpopuler

Comments

Ni Ketut Patmiari

Ni Ketut Patmiari

valdes dah bucin

2024-12-17

0

Ni Ketut Patmiari

Ni Ketut Patmiari

valdes dah bucin

2024-12-17

0

Dendry Den

Dendry Den

Memang seperti itu.

2022-11-01

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 01. Berpindah ke sebuah Novel
2 Bab 02. Siapa Yuka?
3 Bab 03. 2 Triliun
4 BAB 04. AKU JANJI
5 BAB 05. KEHIDUPAN BARU
6 BAB 06. SEPERTI WANITA YANG SEDANG PMS.
7 BAB 07. Menebus kesalahan
8 BAB 08. Hampir Kehilangan KEPERJAKAAN
9 BAB 09. Kesalahpahaman dan TRAUMA
10 BAB 10. Rumah baru, Sekolah Baru
11 BAB 11. JANGAN panggil Aku, Paman!
12 BAB 12. APA kamu tahu UKE?
13 BAB 13. Bertemu Kakek Tua
14 BAB 14. Rencana Yuka dan pikiran Valdes
15 BAB 15. Tidak boleh SEKOLAH
16 BAB 16. Misi Pertama Berhasil dan Darah
17 BAB 17. MISI BERHASIL
18 BAB 18. Mulai Berlatih
19 BAB 19. Kenapa Aku yang Menyesal?
20 BAB 20. Menuju Ke Dunia Lain
21 BAB 21. Kembali ke tahun 1968
22 BAB 22. Senyum Psikopat
23 BAB 23. Hantarkan Saya, Paman!!!
24 BAB 24. Menuju Vila Bandung
25 BAB 25. MENGINTIP
26 BAB 26. KETANGKAP dan Kegelisahan Valdes
27 BAB 27. Dimana Yuka?
28 BAB 28. Berhasil kabur
29 BAB 29. Mimpi buruk Valdes
30 BAB 30. HARI TERAKHIR
31 BAB 31. KEMBALI PULANG
32 BAB 32. Pelukan yang sangat nyaman
33 BAB 33. Cintaku
34 BAB 34. LUKISAN
35 BAB 35. Rajendra dan sebuah bayangan
36 BAB 36. Museum
37 BAB 37. KENAPA?
38 BAB 38. Tinggi ranjang
39 BAB 39. Nggak Fokus
40 BAB 40. Fakta Paman dan Bibi
41 BAB 41. Cemburu dan rambut botak
42 BAB 42. Kepulangan mendadak
43 BAB 43. MENGULIK
44 BAB 44. Siswa baru yang tampan dan dingin
45 BAB 45. Di hukum bersama
46 BAB 46. Siapa Yuka? Siapa Bimo?
47 BAB 47. Andai saja aku!
48 BAB 48. Identitas terbongkar
49 BAB 49. Jangan pergi!
50 BAB 50. Pemberitahuan Valdes
51 BAB 51. Awal mula
52 BAB 52. Bertemu Paman dan Bibi
53 BAB 53. Mimpi
54 BAB 54. Awal Balas dendam buat Paman dan Bibi
55 BAB 55. Kedatangan Bimo
56 BAB 56. GAGAL DAN TAMAT
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Bab 01. Berpindah ke sebuah Novel
2
Bab 02. Siapa Yuka?
3
Bab 03. 2 Triliun
4
BAB 04. AKU JANJI
5
BAB 05. KEHIDUPAN BARU
6
BAB 06. SEPERTI WANITA YANG SEDANG PMS.
7
BAB 07. Menebus kesalahan
8
BAB 08. Hampir Kehilangan KEPERJAKAAN
9
BAB 09. Kesalahpahaman dan TRAUMA
10
BAB 10. Rumah baru, Sekolah Baru
11
BAB 11. JANGAN panggil Aku, Paman!
12
BAB 12. APA kamu tahu UKE?
13
BAB 13. Bertemu Kakek Tua
14
BAB 14. Rencana Yuka dan pikiran Valdes
15
BAB 15. Tidak boleh SEKOLAH
16
BAB 16. Misi Pertama Berhasil dan Darah
17
BAB 17. MISI BERHASIL
18
BAB 18. Mulai Berlatih
19
BAB 19. Kenapa Aku yang Menyesal?
20
BAB 20. Menuju Ke Dunia Lain
21
BAB 21. Kembali ke tahun 1968
22
BAB 22. Senyum Psikopat
23
BAB 23. Hantarkan Saya, Paman!!!
24
BAB 24. Menuju Vila Bandung
25
BAB 25. MENGINTIP
26
BAB 26. KETANGKAP dan Kegelisahan Valdes
27
BAB 27. Dimana Yuka?
28
BAB 28. Berhasil kabur
29
BAB 29. Mimpi buruk Valdes
30
BAB 30. HARI TERAKHIR
31
BAB 31. KEMBALI PULANG
32
BAB 32. Pelukan yang sangat nyaman
33
BAB 33. Cintaku
34
BAB 34. LUKISAN
35
BAB 35. Rajendra dan sebuah bayangan
36
BAB 36. Museum
37
BAB 37. KENAPA?
38
BAB 38. Tinggi ranjang
39
BAB 39. Nggak Fokus
40
BAB 40. Fakta Paman dan Bibi
41
BAB 41. Cemburu dan rambut botak
42
BAB 42. Kepulangan mendadak
43
BAB 43. MENGULIK
44
BAB 44. Siswa baru yang tampan dan dingin
45
BAB 45. Di hukum bersama
46
BAB 46. Siapa Yuka? Siapa Bimo?
47
BAB 47. Andai saja aku!
48
BAB 48. Identitas terbongkar
49
BAB 49. Jangan pergi!
50
BAB 50. Pemberitahuan Valdes
51
BAB 51. Awal mula
52
BAB 52. Bertemu Paman dan Bibi
53
BAB 53. Mimpi
54
BAB 54. Awal Balas dendam buat Paman dan Bibi
55
BAB 55. Kedatangan Bimo
56
BAB 56. GAGAL DAN TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!