Waktu begitu cepat berlalu, hari ini tepat 7 hari Yuka tinggal bersama dengan Valdes dan belajar dengan guru wanita. Yuka mulai bosan dengan semua pelajaran yang diajarkan guru wanita kepadanya. Karena Yuka sudah membaca dan menghafal semua isi di dalam Bab buku. Yuka semakin mengantuk saat mendengar penjelasan dari guru wanita.
Yuka menopang dagunya, “Percuma aku hidup kembali, tapi tidak tahu caranya untuk kembali dan membalas dendam,” Yuka menyimpan wajahnya di atas meja kecil belajar dengan kedua tangan dilipat di atas meja, “Apa yang harus aku lakukan?”
“Yang kamu lakukan adalah belajar!” sambung guru wanita jongkok di sisi kiri Yuka.
“Ah!” Yuka spontan duduk tegak, tangan kanan mengelus dadanya, “Suara Ibu guru membuat aku ingin mati.”
“Benarkah? Kalau begitu cepat ulangi apa yang baru saja aku katakan sebelum nona muda beneran, mati!”
Tatapan serius mengarah ke guru wanita, “Dengarkan apa yang ingin aku sampaikan. Pada pembahasan materi tematik kali ini kita akan membahas tentang musik barat dari sejarah, dan pengertiannya.
Musik merupakan sebuah ilmu atau seni yang menyusun nada atau suara dengan urutan. Kombinasi dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi yang memiliki kesatuan dan kesinambungan. Setiap musik memiliki genre yang berbeda-beda termasuk musik barat, Kids.
Musik barat ini kerap dijadikan sebagai media komunikasi untuk mempengaruhi dan mewarnai berbagai musik di Negara lain.
Sejarah Musik Barat
Musik barat disebut dengan western music dalam bahasa Inggris. Musik ini merupakan jenis musik yang popular di dunia.
Musik barat adalah musik yang pertama kali berkembang di wilayah, kecuali India.
Musik barat muncul pertama kali di Negara Inggris, Amerika Serikat, Amerika Latin, Kanada dan lain-lain. Awal mula…..”
“STOP!” ucap guru wanita menghentikan ucapan Yuka terus berjalan seperti kereta ekspress. Guru wanita tersenyum manis, tangan kanan membelai puncak kepala berhias pita bunga, “Ibu tidak menyangka jika nona muda sepintar ini.”
Yuka menepis tangan Ibu guru, “Anda bisa merusak pita mahal ku,” Yuka berdiri, tatapan malas mengarah pada guru wanita, “Aku mulai bosan belajar dengan Anda. Karena aku sudah pintar, mungkin aku tidak perlu belajar lagi!” Yuka berbalik badan, wajah berpaling ke sisi kiri dengan tatapan tajam, “Sebaiknya Anda pulang saja. Dan berhentilah mengajari aku, karena aku sudah pintar,” Yuka membawa kedua kakinya melangkah meninggalkan guru wanita.
“Nona muda!” panggil guru wanita menatap kepergian Yuka.
Tentu saja Yuka sangat pintar. Bukan hanya memiliki kekuatan kuat dan ahli dalam membunuh di tahun dan dunia berbeda. Yuka juga memiliki otak encer dan data serap tinggi dalam hal apa pun.
Melihat Yuka tidak ingin diganggu, salah satu anak buah yang selalu mengawasi saat Yuka belajar kini berjalan mendekati guru wanita, tangan kanan mengarah ke pintu utama, “Karena nona muda tidak ingin diganggu, maka sebaiknya Anda pulang. Kami”
“Baik,” sahut patuh guru wanita, guru wanita membereskan buku-buku miliknya. Setelah barang miliknya dibawa, guru wanita perlahan melangkah pergi sambil melirik dengan tatapan sendu ke Yuka yang sedang duduk di salah satu anak tangga.
Beberapa pelayan yang melintas merasa cemas melihat Yuka duduk termenung di salah satu anak tangga. Secara serentak para pelayan mendekati Yuka, dan berdiri di bawah anak tangga.
“Nona muda!” panggil pelayan pertama.
“Apa nona muda sedang sakit?” tanya pelayan kedua.
“Apakah nona muda merasa bosan?”
Pelayan pertama, kedua dan ketiga saling bertatap muka, kepala mengangguk, kemudian menatap Yuka yang dari tadi tidak merespon pertanyaan mereka. Dengan bibir tersenyum manis, tangan saling berpelukan, tubuh sedikit membusung ke depan, para pelayan serentak berkata, “Nona muda! main, yuk!”
“Main saja sendiri,” Yuka berdiri, beranjak pergi menaiki anak tangga yang jumlahnya cukup banyak.
“Eh” para pelayan saling menatap bingung satu sama lain. Ketiga pelayan tersebut bingung harus membujuk dengan pertanyaan apalagi kepada Yuka, mereka hanya bisa melihat kepergian Yuka yang kini sudah sangat jauh berjalan cepat.
.
.
💫💫Di sisi lain💫💫
Terlihat Valdes sedang mengadakan rapat penting, di sisi kiri ada Bobby yang sedang berdiri tegak, kedua mata Bobby sesekali melirik ke tangan Valdes yang tersimpan di bawah meja sambil memegang tab. Tab yang terhubung dengan CCTV yang berada di rumah Valdes.
‘Gawat, wajah tuan Valdes berubah. Pasti dirinya akan marah setelah melihat nona muda berjalan dengan wajah terlihat kesal. Ada apa dengan nona muda, tidak seperti biasanya.’ Batin Bobby saat kedua mata ikut melirik ke rekaman CCTV yang terhubung dengan tab milik Valdes.
Brak!
Jari telunjuk tangan kiri Valdes mengarah ke salah satu karyawan yang sedang mempresentasikan materinya, “Konsep yang kamu bacakan itu adalah type lama, aku ingin traktor memiliki 5 roda. Dan aku juga ingin menambahkan mesin di dalamnya. Aku juga ingin Above the Line (ATL) dan Below the Line (BTL) menjadi satu!” Valdes berdiri, “Aku serahkan rapat ini kepada Bobby,” ucap Valdes kesal, kedua kaki melangkah pergi meninggalkan ruang rapat.
##Sedikit informasi tentang ATL dan BTL
Above the Line (ATL) adalah aktivitas pemasaran di mana audience yang dituju tidak spesifik sehingga memiliki jangkauan yang luas. Below the Line (BTL), merupakan aktivitas pemasaran di mana audience yang di tuju spesifik pada kelompok konsumen tertentu.
.
“Luar biasa! Semenjak ada nona muda, pikiran tuan Valdes sangat-sangat kacau,” gumam Bobby menatap kepergian Valdes.
Ruang rapat yang tadinya tenang kini menjadi ramai, para karyawan saling berbicara satu sama lain. Bobby sempat bingung harus berkata apa lagi karena ucapan Valdes dianggap kurang nalar, dan di luar batas kemampuan karyawan perusahaan.
Bobby hanya bisa melambaikan tangan kanannya sambil berkata, “Tenang, tenang semuanya. Harap dimaklumi presdir muda kita bukannya selalu bersikap aneh. Untuk sementara kita akhiri saja rapat hari ini,” ucap Bobby yang bingung harus berkata dan berbuat apa lagi.
Setelah membubarkan semua karyawan, Bobby terus berjalan cepat mencari Valdes yang tidak ada di dalam kantor, dan setiap ruangan khusus milik Valdes. Bobby yang terengah-engah menghentikan langkah kakinya, tangan kanan mengambil benda pipih dari dalam saku jas miliknya, dan menekan nomor Valdes, namun tidak mendapat jawaban sama sekali.
“Jangan-jangan tuan Valdes sudah berada di dalam mobil!” ucap Bobby terdengar serius, kedua kakinya kembali berlari menuju mobil milik Valdes yang terparkir di depan kantor. Langkah kaki Bobby terhenti di teras kantor saat melihat Valdes berdiri menyandarkan tubuhnya di badan mobil.
“Kenapa kamu lama sekali, aku ingin cepat pulang,” ucap Valdes.
“Tuan Valdes sudah membuat jantungku hampir lepas,” kedua kaki Bobby berjalan malas menuruni anak tangga. Bobby menghentikan langkah kakinya dihadapan Valdes, tatapan suram mengarah ke wajah Valdes yang terlihat dingin, “Mau pulang ke mana?”
“Ke rumah.”
“Ke rumah!” sahut Bobby semangat, tangan kanan langsung membuka pintu mobil penumpang bagian belakang, “Apa tuan Valdes serius ingin pulang ke rumah?” tanya Bobby memasukkan sedikit kepalanya ke pintu mobil yang tertutup sedikit.
“Iya. Selama ini aku di buat bingung oleh ucapan para pelayan, dan gadis kecil itu. Tapi kali ini aku tidak boleh bingung lagi, karena aku bukan pe-dofil. Kamu cepat masuk, aku ingin menebus waktu yang aku buang.”
Bobby segera masuk, menghidupkan mesin mobil dan melajukan nya dengan kencang menuju rumah Valdes.
.
.
💫💫Di ruang makan💫💫
Valdes dan Yuka sedang menikmati santap makan malam. Di tengah-tengah hidangan makan yang meriah dan juga enak, ada satu hal yang terus mengusik kedua mata dan pikiran Valdes. Hal itu adalah Yuka, wajah masam yang terus terlihat Valdes menjadi tidak selera makan. Valdes semakin bingung harus berbuat apa lagi untuk menghilangkan rasa bosan dan wajah cemberut yang terus Yuka tunjukkan.
Valdes berdiri, “Bobby, ikut aku ke ruangan sebentar,” Valdes melirik Yuka dari ujung ekor matanya, “Dan kamu Yuka, tunggulah aku di kamar.”
‘Dan kamu Yuka! Tunggu aku di dalam kamar. Benci, benci, benci. Apa dirinya tidak melihat raut wajahku yang mulai bosan hidup berdampingan dengan dirinya. Belajar, di rumah, belajar, tidur, makan, tidur lagi. Membosankan!' gerutu Yuka di dalam hati. Kedua matanya terus menatap tajam punggung Valdes dan Bobby yang sudah menjauh dari pandangannya.
.
✨✨Di ruang kerja Valdes✨✨
Valdes berdiri membelakangi Bobby, tangan kanan Valdes memijat dahi yang terasa tegang, “Apa kamu sudah mendapatkannya?”
“Sudah. Dari empat hari yang lalu saya sudah mendapatkan tujuan yang cocok buat tuan Valdes,” Bobby menghidupkan layar tab miliknya, “Ini dia yang saya bilang,” ucap Bobby menunjukkan gambar SMP seperti di kota Jogja.
“Kenapa kamu tidak bilang dari kemarin. Kalau kamu cepat memberitahu aku, mungkin aku tidak terus-menerus melihat raut wajah masam dari bocah itu!”
“Tapi kemarin saya sudah….”
“STOP!” sela Valdes menutup mulut Bobby. Valdes melirik dengan tajam, “Jangan beri komentar apa pun. Aku mau tidur, dan kamu silahkan beristirahat,” ucap Valdes mengakhiri percakapan. Valdes melangkah pergi meninggalkan Bobby yang masih berada di ruang kerja.
“Benar-benar racun!” gumam Bobby menatap kepergian Valdes.
Valdes melangkahkan kedua kakinya menuju lift. Di dalam lift, Valdes terus-menerus menghela nafas panjang, menenangkan pikirannya yang sempat kacau.
Ting!
Pintu lift terbuka.
Mulai keluar dari dalam lift sampai berjalan di koridor yang terhubung dengan kamar Yuka. Sayup-sayup Valdes mendengar suara rengekan. Valdes mempercepat langkah kakinya, rengekan itu semakin jelas saat mendekati kamar Yuka. Valdes yang kuatir akan terjadi hal buruk kepada Yuka, mempercepat langkah kakinya, dan berhenti di depan pintu kamar yang terbuka sedikit. Karena tidak bisa melihat dengan jelas ke dalam kamar Yuka yang sedikit penerangan cahaya, Valdes menghidupkan lampu kamar. Terlihat jelas tubuh Yuka di balut selimut tebal, dan suara rengekan kini jelas terdengar di kedua telinga Valdes.
“Hiks! Hiks! Aku sangat benci, aku benci dengan kehidupanku!” rengek Yuka yang sedikit putus asa karena tidak bisa mendapatkan Informasi untuk kembali ke tahun 1968, di balik selimut tebal dan lembut.
Perlahan-lahan Valdes menurutkan selimut yang menutupi wajahnya, tatapan Valdes membulat sempurna melihat wajah memerah dan air mata membasahi pipi Yuka. ‘Wajah gadis ini sangat imut. Ingin rasanya aku melahapnya,’ gumam Valdes di dalam hati. Baju piyama yang tipis menampakkan beberapa bekas luka lama yang tidak di ketahui Valdes dan membuat hatinya semakin teriris. Ingin rasanya Valdes bertanya kenapa luka itu bisa Yuka dapatkan, namun Valdes tidak mengurungkan niatnya untuk bertanya. Valdes duduk di tepian ranjang, tangan kanan menyeka lembut air mata di pipi Yuka, “Berhentilah menangis, karena air mata kamu sangat berharga.”
Yuka memiringkan tubuhnya, “Aku tidak ingin mendengar keperdulian kamu padaku.”
“Aku minta maaf. Mulai hari ini aku berjanji akan meluangkan waktu untuk mengajak kamu keluar.”
“Kalau kamu berbohong, maka kamu tidak akan mendapatkan wanita idaman kamu!”
“Selagi ada kamu di sisiku, aku tidak perduli wanita manapun.”
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Dendry Den
lucu juga kalau yuka ngambek
2022-10-08
0
xixi
eh eh eh apa ni.....
2022-09-13
0
~~N..M~~~
Kalau traktor rodanya ada 5 jadinya bagaimana?
2022-09-08
1