✨✨Pukul 06:30 pagi✨✨
“Ada apa tuan memanggilku?” tanya Bobby berdiri di samping kiri meja kerja milik Valdes.
Valdes melepas kaca matanya, tangan kanan menutup Laptop, “Hari ini kamu tidak perlu menemani aku pergi bekerja.”
“Kalau saya boleh tahu, apa saya melakukan kesalahan besar sehingga saya tidak perlu menemani tuan Valdes?” tanya Bobby, kedua kaki melangkah besar mendekati kursi Valdes dan mendekatkan tubuhnya.
Valdes segera menjauhkan tubuhnya, “Tidak ada,” tangan kiri mendorong pelan bidang dada Bobby, “Tidak perlu sedekat ini.”
“Baik,” sahut Bobby melangkah mundur besar kebelakang dan kembali berdiri tegak.
Valdes berdiri, “Karena hari ini Yuka sudah tidak lagi belajar dan kita sedang mempersiapkan diri untuk pergi ke tempat yang baru. Aku ingin kamu menemani Yuka hari ini,” Valdes melirik ke sisi kiri, “Pigilah ke Mall. Belikan semua yang ia inginkan,” Valdes mengambil dompet tebal miliknya, mengambil kartu hitam, “Belanja sepuasnya,” ucap Valdes memberikan kartu hitam miliknya kepada Bobby.
“Kenapa tidak tuan saja yang membawanya?”
“Kenapa kamu tidak terlahir menjadi aku, agar aku bisa membawanya pergi kemanapun aku mau,” sahut Valdes dingin.
“Maaf tuan,” Bobby menundukkan pandangannya, tangan kanan menggenggam kartu hitam. Bobby perlahan mundur kebelakang, “Saya pamit pergi,” ucap Bobby meninggalkan ruang kerja milik Valdes.
Valdes menghela nafas panjang, “Huft!” tatapan beralih ke tumpukan Dokumen yang berada di atas meja, “Bagaimana aku bisa mencari seseorang buat mendampingi hari-hariku. Sedangkan buat makan dan bernafas saja aku sendiri hampir lupa."
.
1 jam kemudian
💫💫Di ruang makan💫💫
Yuka menatap kursi utama, tatapan tersebut beralih ke Bobby yang sedang berdiri di sisi kirinya, “Di mana tuan yang selalu marah-marah?”
Bobby tersenyum manis, tangan kanan mengeluarkan kartu hitam dari saku jas miliknya, dan menunjukkannya kepada Yuka, “Tuan Valdes sedang sibuk beberapa hari ini. Setelah selesai sarapan kita akan pergi jalan-jalan sepuasnya di Mall!” Bobby berjalan mendekati Yuka, tubuh sedikit menunduk, menatap wajah polos Yuka, “Apa nona muda ingin pergi jalan-jalan ke Mall?”
“Apakah ucapan Paman bisa aku pegang?”
Pertanyaan Yuka mewakili dirinya yang pernah ditipu oleh Paman dan Bibi pemilik tubuh yang sedang ia pakai. Sewaktu ingin melelang dirinya, Paman dan Bibi juga berkata lembut seperti ajakan Bobby kepadanya. Walaupun Yuka sudah lebih dari 7 hari tinggal bersama dengan Valdes yang tidak pernah memiliki gelagat aneh, tapi tetap saja Yuka harus waspada. Yuka tidak ingin mengulang pencariannya untuk kembali ke tahun 1968.
Bobby menyatukan kedua tangannya seperti sedang memohon dengan wajah memelas di hadapan Yuka, “Ayo dong!”
‘Karena wajahnya terlihat tulus, maka aku akan mengikuti kemaunannya.’
Yuka berdiri, “Baiklah Paman. Aku dan kamu akan pergi ke Mall.”
“Benarkah?” tanya Bobby kedua mata berbinar terang.
“Jika Paman memasang wajah seperti itu sekali lagi mungkin aku tidak ingin pergi,” sahut Yuka dengan muka malas.
Bobby segera menggandeng tangan kiri Yuka, “Mari kita ke Mall.”
“Tolong lepaskan tangan tua Paman dari tangan kiriku,” ucap Yuka datar.
“Maaf,” sahut Bobby melepaskan tangannya.
.
.
✨✨Di depan Mall✨✨
Sesampainya di depan teras Mall, kedua mata Yuka berbinar terang, terpesona melihat bangunan menjulang tinggi. Melihat lantai marmer yang cukup mengkilap, Yuka berjongkok, kedua tangan melepaskan tali sepatu.
“Nona muda kenapa melepas tali sepatu?”
“Lantai yang indah dan juga bersih tidak cocok untuk diinjak dengan sepatu kotor milikku,” sahut Yuka polos.
“Lihat, gadis manis itu terlihat sangat menggemaskan.”
“Pria yang bersama dengan gadis itu juga sangat mengemaskan.”
“Walaupun pria itu duda beranak sepuluh, aku akan terus mendekatinya.”
“Jika dia sudah memiliki istri, maka aku akan membuat Istrinya menjadi janda.”
Perdebatan antar pengunjungpun tak bisa dihidari lagi. Bobby yang menyadari hal itu langsung bergerak cepat.
“Gawat,” Bobby kembali mengikat tali sepatu milik Yuka, tatapan serius mengarah pada Yuka yang terlihat bingung, “Ada yang lebih penting dari tapak sepatu nona muda yang kotor. Pakai saja sepatu ini kemanapun nona muda melangkah, dan jangan di lepaskan,” Bobby berdiri, menggenggam pergelangan tangan kanan Yuka, “Biar kita tidak terpisah, sebaiknya kita pegi sambil bergandeng tangan,” ucap Bobby berbohong.
“Baik,” sahut Yuka patuh.
Yuka dan Bobby berjalan masuk dengan santainya. Melewati beberapa wanita centil.
‘Jadi gara-gara sekumpulan wanita seperti mereka Paman merasa gusar. Karena kalian para sekumpulan wanita centil sangat menakutkan, maka aku akan membuat kalian pergi menjauhi Paman tampan ini,' batin Yuka. Yuka melirik kebelakang, menatap sekumpulan wanita berjalan perlahan mengikuti mereka. Tidak ingin diikuti, Yuka mengulurkan lidahnya, tangan kanan menurunkan kelopak mata bagian bawah.
Bukannya bertambah takut melihat tingkah Yuka, sekumpulan wanita malah bedesis gemas.
“Wah! Manis sekali!”
“Aku ingin menjadi Ibu sambung dari gadis tersebut.”
“Tidak boleh, aku ingin menjadi Istrinya.”
Sambil berlari mengejar Bobby, sekumpulan wanita saling menyingkut mengejar Bobby dan Yuka.
Merasa tidak nyaman dengan sekumpulan wanita, Bobby menggendong Yuka dengan satu tangan, “Nona muda, maafkan saya,” kedua kaki Bobby langsung berlari ke sisi kiri menghindari sekumpulan wanita yang berada di belakangnya. Bobby berlari cepat keluar dari Mall hanya untuk menghindari sekumpulan wanita.
“Wanita dewasa memang sangat merepotkan,” ucap Yuka melihat sekumpulan wanita yang kini sudah berada jauh dari mereka berdua.
.
.
💦💦1 jam kemudian💦💦
Tidak tahu mau ke mana lagi, Bobby yang sudah capek keliling kota Jakarta memutuskan untuk singgah ke Taman Tribeca. Bobby menyandarkan tubuhnya di badan bangku, keringat mengalir dengar di sekitar wajah dan membasahi setelan jas miliknya.
Seperti anak berumur 7 tahun, Yuka tercengang melihat sekeliling tempat yang berada di tengah Taman Tribeca. Melihat kupu-kupu terbang melintasi dirinya, Yuka mengejar kupu-kupu tersebut. Di tengah teriknya Matahari menjelang siang, hanya bayangan kupu-kupu yang terlihat di atas tanah yang berumput. Sedangkan bayangan Yuka yang berlari tidak terlihat sama sekali.
Hal itu terjadi karena Yuka, sih pemilik tubuh dan Estella yang menumpang tubuh Yuka sama-sama sudah meninggal dunia. Tapi kenapa? Kenapa Estella masih bisa hidup dan bernafas seperti sekarang dan menggantikan dirinya menjadi Yuka di dunia ini? Mungkin itu semua karena sumpah Estella sebelum meninggal dunia, Estella yang bersumpah jika dirinya akan hidup kembali akan membalaskan dendam kepada Caprio.
Tapi hal itu tidak di ketahui Bobby, karena Bobby sedang asik mengirim bukti foto jika Yuka sedang bersenang-senang kepada Valdes. Di bawah gambar foto yang akan di kirimkan ke Valdes, tertulis pesan singkat buat Valdes.
^^^“Tuan Valdes yang terhormat dan super sibuk. Saya sudah mengasuh bayi cantik-Mu. Gara-gara bayi berusia 12 tahun yang super Imut dan menggemaskan ini saya hampir kehilangan kejantananku. Mohon maaf yang sebesar-besarnya jika kami berdua berakhir di Taman ini.”^^^
Tidak sampai 1 menit, pesan Bobby di balas dengan cepat oleh Valdes.
^^^(“Lebih bagus kamu kehilangan kejantanan kamu daripada aku kehilangan bayi imut yang berwajah datar itu.”)^^^
Bobby menyimpan benda pipih ke dalam saku jas miliknya, “Ha! Sejak kapan seorang Presdir muda yang tampan, memiliki sifat dingin dan cuek berubah menjadi lembut!” Bobby mengalihkan pandangannya ke Yuka yang sedang bermain ayunan, “Nona muda memang sangat imut.”
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
~~N..M~~~
Eh, plakornya keren
2022-09-08
0
~~N..M~~~
Haha...benar-benar. Sekali pingin dapat yang tampan, eh yang tampan malah milik yang tampan. 😖😖
2022-09-08
0