"Apa aku tidak salah lihat, nih! Tuan Valdes kita membawa seorang wanita cantik yang masih di bawa umur?”
“Mungkin saudara.”
“Tidak! Kalau aku tidak salah dengar, tadi kepala pelayan bilang jika tuan Valdes kita akan membawa seorang gadis muda ke rumah. Bukan itu saja, tuan Valdes juga menyuruh kepala pelayan untuk memberi perintah kepada pelayan kebersihan rumah untuk merenovasi kamar kedua miliknya menjadi kamar yang cukup feminim.”
“Wah! Sepertinya tuan Valdes kita Pe-dofil.”
“Mau Pe-dofil atau tidak, itu bukan urusan kita.” Sahut pelayan ke lima memutus ucapan pelayan pertama, kedua, ketiga dan keempat yang sedang berdiri di tengah-tengah ruang tamu. Kedua tangan melambai, “Ayo bubar.”
“Baik.” Sahut serentak para pelayan .
Valdes duduk santai di ruang tamu, wajahnya mendadak merah padam. Meski dirinya berpura-pura tidak mendengarkan percakapan para pelayannya, tapi kedua telinga mendengar jelas setiap percakapan yang baru saja dibicarakan. Bukan marah ke para pelayan yang membicarakan dirinya, Valdes yang baru saja menyadari atas tindakannya hanya merasa malu, dan dirinya juga baru menyadari bahwa tindakannya memang benar seperti seorang ‘Pe-dofil’.
“Semua ini gara-gara gadis remaja tanggung ini. Kalau saja aku tidak kasihan melihat tubuh kurus seperti banyak beban, wajah cantik berbalut kepolosan dan lugu. Di balik keindahan Ciptaan Allah, ada gadis tanggung yang tidak berdosa sedang tertidur pulas di atas panggung, efek diberi obat bius oleh manusia yang tidak menginginkan dirinya, dan menjadikan wajah cantiknya sebagai ladang uang. Mungkin aku tidak akan mengambilnya.” Gerutu Valdes pelan, ia berdiri, tangan kanan melonggarkan dasi, “Akh! Sial. Aku mendadak menyesali perbuatanku karena sudah membuang sedikit uang 2 triliun hanya untuk menyelamatkan gadis kurus seperti dirinya.” Gerutu Valdes kembali, kedua kakinya mengajaknya dirinya pergi meninggalkan Estella bersama Bobby.
‘Kenapa tuan Valdes pergi dengan wajah yang memerah?’ tanya Bobby sendiri, kedua bola mata melirik dari ujung ekor mata saat melihat Valdes melangkahkan kedua kakinya meninggalkan ruang tamu.
“Benar-benar rumah yang indah.”
“Nona muda Yuka, nona muda.” Panggil Bobby dari belakang.
Estella yang masih kagum akan keindahan setiap bentuk dan isi dalam rumah Valdes, tidak mendengarkan panggilan Bobby, terlebih lagi Estella sering melupakan nama pemilik tubuh yang ia tempati. Estella masih terus berjalan perlahan melihat isi dalam rumah Valdes tanpa menghiraukan orang sekitarnya, termasuk Bobby.
Tidak ingin membuang waktu terlalu lama lagi, Bobby menghadang jalan Estella, dan berhenti tepat di depannya, tangan kanan melambai, “Nona muda Yuka.”
Bukan jawaban yang di dengar oleh Bobby, Estella yang hendak marah karena Bobby salah memanggil nama. Namun, saat melihat jari-jemari yang imut dan lebih kecil dari tubuhnya, ia tersadar kembali, jika dirinya sekarang sedang menumpang di tubuh Yuka. Estella menarik emosinya dalam-dalam, ia malah membuat wajah masam di raut wajah cantiknya. Wajah masam yang membuat Bobby, dan beberapa pelayan yang melintasi terpesona dan gemas.
Bobby membuang wajahnya ke sisi kanan, tangan kanan menggenggam erat baju kemeja bagian dada miliknya, ‘Imut sekali. Hatiku hampir lupa berdetak saat melihat wajah imut ini.’
“Ada apa?” tanya Estella memecah pikiran Bobby.
“Ehm.” Bobby merapihkan posisi berdiri tegak, kedua mata yang masih terbius akan wajah imut dan polos Estella, harus ia paksa menatap ke wajah Estella. Tangan kiri yang memakai jam tangan ia arahkan ke wajah Estella, “Sudah pukul 11: 24 hampir larut malam. Sebaiknya saya antar nona muda menuju kamar.” Ajak Bobby, tangan kanan dan kedua kaki serentak bergerak miring mengarah ke lift.
“Baik.” Sahut Estella patuh.
Bobby dan Estella berjalan seirama menuju lift.
“Apakah kita akan naik ini menuju kamar?” tanya Estella saat kedua kakinya terhenti di depan pintu lift.
Jari-jemari Bobby menekan tombol, “Iya. Apa nona muda keberatan jika kita berdua naik lift menuju kamar?”
Ting!
Pintu lift terbuka.
Kaki kanan Bobby berjalan masuk terlebih dahulu, di susul Estella yang berdiri di depannya.
“Tidak.” Sahut Estella wajah mendongak ke atas, menatap Bobby yang berdiri lebih tinggi dari dirinya di belakang, “Hanya orang malas yang memakai cara yang instan untuk sampai ke tujuan.”
“Ta-tapi, fasilitas ini di buat karena rumah ini terlalu besar dan luas. Bagaimana jika nona muda tersesat dan letih, nanti saya juga yang di marahi tuan Valdes.”
“Baiklah. Terserah kalian saja.”
Ting!
Pintu lift terbuka. Bobby dan Valdes akhirnya sampai di lantai 3.
“Kenapa kamar ini jauh sekali?”
“Karena di setiap tempat ada ruangan khusus buat tuan Valdes.” Tangan kanan Bobby mengarah ke sisi kanan, “Silahkan lewat sini.”
“Oh!” Estella kembali menolehkan wajahnya, dan bertanya, “Kenapa istri dan anak tuan Valdes dari tadi tidak terlihat?” Estella mengalihkan bola matanya keliling koridor yang memiliki ruang Ibadah dan dua pintu kamar, “Daritadi aku tidak melihat siapapun kecuali mereka yang memakai baju hitam dan putih, kamu, aku, dan tuan Valdes?”
“Karena tuan Valdes belum menikah, dan kedua orang tuanya sudah meninggal saat dirinya masih remaja.” Sahut Bobby, kedua kaki terhenti di kamar kedua paling ujung dari kamar pertama yang mereka lewati.
“Belum menikah!”
“Kita akhiri percakapan sampai di sini.” Bobby menekan Door lock, tangan kanan membuka memegang gagang pintu, “Silahkan masuk nona muda. Kode pintu sudah ada tertulis di kertas yang di tempel di cermin rias.”
“Baik.”
“Saya permisi pamit pergi.”
“Iya.”
Estella masih berdiri di depan pintu kamar yang masih tertutup sedikit, kedua bola matanya mendadak liar saat melihat kamar miliknya sangat besar dari kamar miliknya yang dulu. “Sangat feminim. Jadi malas tidur di kamar ini.” Estella berbalik badan, “Tapi aku sangat……Uwa!!! ngantuk.” Estella kembali berbalik badan, kedua kaki malas melangkah menuju ranjang besar, dan sedikit tinggi yang terlihat empuk dan nyaman.
...ILUSTRASI...
.
.
💤💤 ALAM MIMPI 💤💤
Saat Estella mulai tertidur lelap, ia terbangun di sebuah kamar cukup familiar. Kamar itu adalah milik tubuh gadis kecil yang bernama ‘Yuka’. Sayup-sayup kedua telinga Estella mendengar suara keluhan seorang gadis yang terdengar cukup lirih, dan lembut di atas ranjang kecil yang keras.
“Tuhan. Jika kamu memberikan Yuka kesempatan kedua kali untuk terlahir kembali ke Dunia ini, Yuka ingin hidup lebih lama lagi dengan Papa dan Mama. Jangan ambil mereka terlebih dahulu dariku. Yuka ingin menatap Dunia ini lebih lama lagi bersama Papa dan Mama. Yuka ingin bermain layaknya seorang anak, Yuka juga ingin menikmati makanan yang enak layaknya manusia normal lainnya. Bukan makanan sisa atau makanan yang hampir tidak layak di makan, seperti Paman dan Bibi sering lakukan selama ini. Tuhan, apakah kamu tidak melihat perbuatan Paman dan Bibi kepadaku setiap hari? Tuhan, Yuka sudah tidak sanggup lagi. Tuhan, Yuka ingin bertemu dengan Papa dan Mama. Bawa Yuka bertemu dengan Papa dan Ma….ma.”
“Suara siapa itu?” Estella melirik ke ranjang, kedua matanya membulat sempurna saat melihat gadis remaja tanggung, tubuh kurus, rambut panjang yang lepek, kedua tangan memegang perut, dan baju piyama kotor karena menempel noda merah yang sudah mengering, meringkuk di atas ranjang keras dan kecil. Lirihan dari suara gadis yang bernama Yuka membuat tubuh Estella terasa kaku, air matanya perlahan membasahi kedua pipinya, jantung Estella berdegup kencang saat melihat gadis kecil sudah tertidur lelap, tanpa nyawa di atas ranjang. Tangan kanan Estella mengulur panjang, mulut yang tadinya terkunci kini berteriak.
“TIDAK.” Estella mengayun kedua kaki yang terasa berat mendekati ranjang, kedua tangan yang seperti bayang semu berusaha menggapai tubuh Yuka yang sudah pucat. Melihat dirinya tidak bisa berbuat apa pun, Estella menatap langit-langit kamar dengan derai air mata dan sesak di dada. Rasa sakit yang Yuka rasakan mengingatkan akan dirinya yang mati dengan cara yang tragis, bibir yang masih terasa kaku perlahan mulai bergerak bebas dan berteriak, “Aku janji, aku akan membuat tubuh kamu bahagia. Aku janji akan membuat tubuh kamu merasakan apa yang tidak pernah kamu rasakan di dunia ini. Aku janji, aku janji akan membuat tubuh kamu bahagia. Aku juga akan berjanji akan mengganti namaku menjadi nama kamu, Yuka. Tapi aku izin kepada kamu, jika aku akan meminjam tubuh kamu untuk sementara waktu. Aku ingin membalaskan dendamku. Aku janji tidak akan membuat tubuh kamu terluka. Aku janji. Jika kamu mengizinkan, aku juga akan membalaskan kekejaman Paman dan Bibi kamu. Aku janji.”
Setelah semua rasa sakit di utarakan dalam teriakan yang membuat sesak di dada, kedua pandangan Estella mendadak buram.
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Dendry Den
Aku juga sama kalau ketemu cewek cantik rasanya ingin makan dia langsung.
2022-09-18
0
xixi
😂😂pedofil
2022-09-13
0
Dewi Payang
Ah kasian Yuka...
Harapanmu segera terwujud Yuka....
Semangt💪
2022-09-12
0