Sepanjang mata pelajaran sekolah berlangsung, Yuka terus memandang permata tersebut melingkar menjadi kalung indah di jenjang leher gadis sombong tersebut. Saat makan siang berlangsung, Yuka menyempatkan diri bertanya kepada 2 temannya tentang siapa gadis itu dan apa pekerjaan orang tuanya.
“Grace kamu tahu siapa gadis itu?” tanya Yuka menunjuk gadis sombong duduk di meja kantin paling ujung.
Grace mendekatkan wajahnya ke wajah Yuka, “Apa kamu tidak tahu siapa gadis itu?” Grace menggeleng, “Gadis itu sangat berbahaya. Begitu juga dengan keluarganya.”
“Dia adalah anak orang kaya di kota ini. Tidak tahu bisnis apa yang dijalani kedua orangtuanya, yang jelas mereka memiliki kekayaan yang tidak pernah habis sekalipun dia membeli puncak Suroloyo. Uang kedua orang tuanya tidak mungkin bakalan habis!” sambung Rado serius.
Yuka mengangguk, “Oh”
"Kenapa kamu bertanya dengan gadis yang sudah membuat kamu celaka?" tanya Grace penasaran.
Yuka menggaruk kepala tak gatal, "Anu....aku hanya penasaran saja dengan kalung indah yang di pakai gadis itu."
"Oh"
"Kalung mewah itu katanya pemberian dari Papanya sewaktu Papanya pergi berbulan-bulan ke Luar Negeri," Sambung Rado.
Grace melambai, "Maklumi saja anak orang kaya, uang kedua orang tua juga sangat banyak," Grace menggigit ujung sendok bakso, "Aku pernah dengar jika orang tuanya pernah melakukan....."
"Berhenti membuat gosip buruk tentang orang lain, Grace!" putus Rado membungkam mulut Grace.
'Kemungkinan ini ada hubungannya mengenai permata kakek tua tersebut.'
Setelah mendapatkan semua Informasi dari kedua teman Yuka. Yuka pun mulai menyusun rencana bagaimana dirinya bisa dekat dengan gadis tersebut. Sepanjang mata pelajaran hingga pulang sekolah Yuka selalu mengawasi gerak-gerik gadis tersebut agar mempermudah rencananya.
Karena penasaran dengan pekerjaan kedua orang tua dari gadis tersebut, malam harinya Yuka menunggu Valdes dan Bobby belum juga kembali pulang dari rapat penting.
“Huah” Yuka menutup mulutnya.
“Nona muda sebaiknya tidur di dalam saja,” ucap pelayan pertama berdiri di belakang sofa.
Yuka melirik tajam ke belakang, “Hem” mendengus kesal, kedua tangan di lipat di depan dada, “Kenapa dia lama sekali pulangnya. Apa dia beneran ada wanita lain di luar sana?” tanya Yuka masih mengingat perkataan Bobby tempo hari kepadanya.
Pelayan pertama dan kedua saling menatap, kedua pelayan menutup mulutnya, tangan kanan melambai secara bersamaan, “Tidak mungkin. Wanita yang selalu bersama tuan Valdes hanya nona saja. Tuan Valdes adalah pria dingin dan cuek, banyak wanita mengincarnya tapi dirinya menolak dengan cara kasar.”
“Bohong,” Yuka merebahkan tubuhnya di sofa, mulut kembali menguap karena rasa kantuk tidak tertahankan lagi. Tubuh mungilnya meringkuk di atas sofa, “Nanti tolong… rrggg!” kedua mata berat membawa dirinya tidur dan melupakan semua pertanyaan untuk Valdes.
1 jam kemudian, Valdes pulang dengan wajah lelah. Wajah lelah tersebut tiba-tiba di suguhkan pemandangan tak biasa dari wajah manis dan cantik Yuka sedang tertidur lelap memakai baju piyama bunga-bunga. Tubuh gadis remaja dulunya sangat kecil dan kurus kini perlahan mulai berisi. Yuka meringkuk di atas sofa, di temani para pelayan dan anak buah berdiri di sisi Yuka.
Valdes menatap tajam wajah para pelayan dan anak buahnya, “Kenapa gadis ini bisa tertidur di sini?” tanya Valdes pelan agar tak mengganggu tidur Yuka.
Pelayan pertama menunduk, “Semua kemauan nona muda. Kami tidak bisa melarang apa pun karena nona muda ingin menunggu tuan Valdes pulang,” sahut pelayan pertama.
‘Dasar gadis licik yang keras kepala.’
Valdes berjalan mendekati Yuka, berhenti di depan sofa. Rasa lelah itupun terbayar saat menatap wajah polos Yuka. Valdes tersenyum manis penuh makna saat menatap wajah Yuka. Angin malam semakin lama semakin dingin membuat Valdes memutuskan untuk menggendong Yuka ke dalam kamar. Saat menggendong Yuka ada hal mengganjal menyentuh bidang dada kekar milik Valdes, membuat Valdes segera melangkah cepat menuju kamar Yuka dan meletakkan tubuh Yuka di atas ranjang.
Valdes menyentuh bidang dadanya, “Benda kenyal apa itu tadi yang menyentuh dadaku? mungkin karena aku sangat lelah jadi berpikir aneh,” setelah memecah pikiran kotor Valdes berbalik badan, “Tubuhku sangat gerah dan lengket, sepertinya aku harus pergi mandi,” saat kaki kanan hendak melangkah ada tangan kecil menggenggam erat tangan kiri Valdes.
Ternyata tangan kecil itu adalah tangan Yuka. Yuka ngelindur, “Mau pergi ke mana kamu pengkhianat!”
Valdes melirik ke sisi kiri, “Pengkhianat? Apa dia masih mengingat ucapan Bobby tempo hari,” Valdes menatap pintu, “Awas kamu Bobby.”
.
.
💫💫Ruang kerja💫💫
Selesai mandi Valdes menyuruh Bobby untuk menjumpai dirinya di ruang kerja pribadi miliknya. Jari-jemari Valdes terus mengetuk meja hingga menimbulkan suara sambil menunggu Bobby tak kunjung datang. Setelah 10 menit menunggu terdengar suara ketukan pintu.
Tok!tok
“Masuk,” sahut Valdes berwajah suram menatap pintu dari dalam.
Bobby mengulurkan kepalanya ke dalam, “Tu-” Bobby menarik kembai kepalanya, tangan kanan memegang dada kirinya, “Apa kamu juga ikut terkejut saat melihat aura suram dari tuan Valdes?” tanya Bobby kepada jantungnya.
Perlahan pintu ruangan terbuka, terlihat dua sinar merah menyala menatap Bobby dari dalam pintu. Bobby menelan saliva perlahan saat mengetahui sinar menyala tersebut dari kedua mata suram Valdes, tangan kanan Bobby kembali membuka pintu dan masuk ke dalam ruang kerja Valdes.
“Saya salah apa ya, tuan?” tanya Bobby menundukkan pandangannya saat berdiri di depan pintu.
Valdes berjalan mendekati Bobby, membuat Bobby berdiri dengan terpojok, “Kamu tanya kamu salah apa?”
Bam!
Kepalan tangan kanan melayang ke pintu. Bobby hanya bisa memejamkan kedua matanya saat melihat Valdes mulai marah kepadanya.
“Salah kamu adalah telah menanamkan pikiran buruk tentangku kepada Yuka,” Valdes menatap dekat wajah panik Bobby, “Baru saja dia bilang aku pengkhianat,” Valdes memegang dada kirinya, “Sakit sekali saat mengetahui Yuka berkata seperti itu kepadaku!” lirih Valdes memasang wajah cemas.
Mendengar keluhan Valdes membuat wajah Bobby berubah menjadi datar, kedua mata malas menatap wajah tuannya terlihat aneh. Bobby berbalik badan, tangan kanan mengarah ke pintu, “Lebih bagus saya tidur dan bermimpi buruk, daripada saya bangun melihat wajah buruk.”
Valdes menahan pergelangan tangan Bobby, “Kamu harus menghapus pikiran buruk itu kepada Yuka,” pinta Valdes dengan kerendahan hati.
Bobby menatap datar wajah sedih Valdes, “Sepertinya itu hanya pikiran tuan saja. Mungkin nona muda sudah memiliki kekasih hati di luar sana, jadi yang dimaksud nona muda mungkin pria itu bukan tuan,” sahut Bobby dengan pikirannya sendiri.
Mimik wajah Valdes berubah menjadi tegas, “Cari tahu siapa pria muda yang mendekati Yuka.”
“Buat apa! Lebih bagus tuan sendiri yang mencari pasangan buat teman hidup tuan.”
“Kamu sedang menyindir saya?”
“Oh ya, tuan. Saya ada informasi penting mengenai nona Yuka!” ucap Bobby mengalihkan pembicaraan.
“Apa itu informasi yang aku minta?” tanya Valdes penuh semangat
Bobby mengangguk, tangan kanan memegang dagu licinnya, “Tapi sepertinya ada hal yang ganjil mengenai informasi tentang nona muda.”
“Coba ceritakan semua informasi yang kamu dapat kepadaku.”
“Saya harap Anda bisa mendengarkan informasi aneh ini,” tegas Bobby sebelum memulai pembicaraannya.
Dengan wajah serius Bobby mulai menceritakan informasi mengenai Yuka. Wajah serius menatap Bobby berjalan ke sana kemari sambil mempraktekkan gaya ekstrem. Valdes juga sesekali mengepal dan melayangkan bogem mentah ke dinding, seolah dirinya sedang marah besar kepada seseorang. Setelah pembicaraan selesai Valdes masih berwajah suram. Raut wajah suram seperti hendak menghabisi nyawa seseorang.
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Mom La - La
tetap semangat...
2023-01-22
0
Mom La - La
sampai sini thor, nanti aku nyicil lagi ya...
2023-01-22
0
Dewi Payang
kayanya Yuka mimpi masa lalunay😄
2022-10-27
1