Pagi hari Guntur terlihat sudah bersiap untuk berlatih kembali di belakang gubuknya, akan tetapi tiba-tiba Lastri datang menemuinya.
" Assalamualaikum... ". Salam Lastri dengan senyuman.
" Waalaikum salam warrohmatullah.... Nenek ". Jawab Guntur.
Guntur pun lekas berjalan menemui Lastri dan salim " Ada apa nenek pagi-pagi datang ". Tanya Guntur.
" Hmm... Tidak apa-apa nak.... ". Ucap Lastri sambil duduk diruang tamu gubuk.
" Hm... Sebentar nek aku ambilkan minum ". Ucap Guntur yang beranjak ingin mengambilkan minum untuk Lastri.
" Tidak usah nak... Nenek kesini hanya sebentar dan ingin memberi tahu kalau pernikahanmu akan dilaksanakan 2 minggu lagi... Jadi bersiaplah
.. ". Ucap Lastri.
" 2 minggu lagi ya... Baiklah nek... Tapi dimana nek ". Ucap Guntur.
" Di kediaman keluarga Ma... Keluarganya Anisa di Cirebon... ". Ucap Lastri.
" Oh begitu... Baiklah Guntur ikut saja nek... ". Ucap Guntur.
" Baguslah nak... Hm... Kalau begitu nenek pamit karena sudah di tunggu oleh kakekmu didepan... Sengaja kakekmu tidak kesini karena harus cepat... Ada meeting yang harus kakek dan nenek hadiri untuk bisnis.... Hehehe.... ". Ucap Lastri.
" Huh... Hmm.... Baiklah.... Kalau begitu aku antar ya nek sampai depan... ". Ucap Guntur sambil beranjak dari duduknya didepan Lastri.
" Baiklah... ". Ucap Lastri.
Sesampainya di pintu gerbang padepokan terlihat mobil pajero hitam yang dikendarai oleh Aji dan Lastri. Mereka mendekat ke mobil itu.
Aji melihat keduanya sampai didepan mobilnya " Guntur... Bersiaplah 2 minggu lagi... ". Ucap Aji dengan tegas.
" Baik kek... ". Ucap Guntur.
" Yasudah kami pamit ya nak... ". Ucap Lastri sambil masuk ke dalam mobil dan di anggukan kepala oleh Guntur.
" Assalamualaikum... ". Salam keduanya.
" Waalaikum salam warrohmatullah... ". Jawab Guntur.
Selepas mobil itu sudah tidak nampak dimata Guntur, Guntur berjalan kembali ke padepokan.
" Ahh... Lebih baik aku berkeliling saja di padepokan... Sudah lama aku tidak berkeliling semenjak dipecat jadi pekerja.... Huhuhu... Kejamnya.... ". Gumam Guntur pelan.
Memang benar semenjak Guntur sudah tidak lagi menjadi pekerja di padepokan, hidupnya hanya di gubuk saja untuk berlatih apalagi juga melatih Ridwan saat usai berlatih dengan gurunya setiap harinya.
Guntur merasa nostalgia saat melihat ada seorang pekerja baru menggantikan posisinya itu.
Saat berkeliling padepokan dan itu ditaman padepokan. Banyak sekali wanita yang melihat Guntur. Mereka penuh dengan pertanyaan didalam pikirannya bahkan ada yang bertanya kepada teman disebelahnya.
" Ehh... Lihat... Siapa dia... ".
" Gantengnyaa..... ".
" Dia murid atau tamu ya... ".
" Coba kau tanya sama dia gih... ".
" Enak aja... Aku malu... ".
Berbagai gumaman dari para murid wanita saat melihat Guntur berjalan didepan mereka. Guntur hanya cuek saja mendengar gumaman mereka.
" Asem... Malah pada gosip... ". Gumam Guntur dalam hati.
Terus saja berjalan melewati para murid yang menatap dirinya dengan pandangan mengerikan bagi Guntur.
Saat Guntur tiba di lapangan latihan Guntur melihat Ridwan sedang latih tanding sesama murid dari gurunya itu. Guntur mendekat ke mereka untuk melihat lebih jelas lagi latihan latih tanding itu.
Tiba disana Guntur duduk disamping murid yang masih satu guru dengan Ridwan. Guru Ridwan bernama Taufik, beliau sudah berada di padepokan ini selama 15 tahun dan mengabdikan dirinya untuk padepokan. Maka dari itu beliau menjadi Guru di padepokan walaupun masih menjadi Jawara pintu ke 6.
Murid di sebelah Guntur langsung menoleh ke arah Guntur sambil mengerutkan keningnya.
" Kau siapa... Kenapa aku baru melihatmu... ". Tanya murid yang bernama Gading itu.
" Ahh... Jangan hiraukan aku... Lihat saja latih tanding mereka... ". Ucap Guntur sambil menunjuk ke arah Ridwan dan salah satu murid yang bernama Ujang yang sudah bersiap untuk latih tanding.
Tapi disitu Ridwan melihat Guntur yang terduduk untuk melihatnya. Ingin Guntur menyapanya tapi Guntur memberi isyarat agar jangan menghiraukannya dan Ridwan mengangguk mengerti.
" Kalian siap? ". Tanya Guru Taufik.
" Siap ". Ucap Ridwan dan ujang serempak.
" Baiklah... Mulai... ". Teriak Taufik.
Saat mereka mendengar kata mulai, Ujang dengan semangat langsung menyerang Ridwan dengan tendangannya tapi Ridwan dengan mudah menghindar dari serangan Ujang dan membalasnya dengan sebuah pukulan.
" Hyaattt... Seeett.... ".
Ujang yang terkejut oleh gerakan menghindar dari Ridwan cukup cepat, dia ingin menghindar juga dari pukulan Ridwan tapi pukulan Ridwan sudah sampai pada tubuhnya.
" Set... Boom... ".
Langsung saja pukulan Ridwan mengenai dada ujang dan ujang langsung terpental beberapa meter. Ujang yang merasakan pukulan Ridwan mengenai dadanya, ujang merasa seperti dipukul dengan beban berpuluh-puluh kilo.
Seketika Ujang pingsan oleh pukulan Ridwan sementara guru Taufik dan murid lainnya terkejut dan bengong saat melihat kejadian itu. Sementara Guntur terkekeh melihat kejadian itu.
" Hehehe... Mantaaaaappp... ". Kekeh Guntur sambil mengacungkan kedua jempolnya kepada Ridwan.
Ridwan yang melihat itu hanya cengengesan saja. Sementara yang lain merasa heran dengan Ridwan. Murid paling lemah di padepokan pancanaka berhasil mengalahkan Ujang yang masuk dalam orang terkuat nomor 898 di arena latih tanding padepokan. Tentu semua murid tidak percaya akan hal itu.
Semua itu karena ulah Guntur yang terus melatih Ridwan secara diam-diam di gubuknya selama beberapa bulan ini dan juga berhasil mengangkat pemberat tubuh yang melekat pada tubuhnya seberat 100 kg setiap detiknya.
Guru Taufik yang terbengong sejenak itu kembali sadar " Pemenangnya Ridwan ". Teriak Guru Taufik yang masih tidak percaya dengan perubahan Ridwan beberapa bulan ini.
" Aashiiaaaaappppp ". Teriak Ridwan kegirangan.
" Hajar semuanya bro.... ". Teriak Guntur yang langsung membuat semuanya tersadar dan menoleh ke arahnya.
" Ashiap mas Gun... Hehehhee.... ". Ucap Ridwan sambil cengengesan.
Sementara semuanya masih bingung dengan kejadian ini dan dikejutkan lagi oleh orang asing yang tengah duduk bersama murid lainnya melihat latih tanding Ridwan dan Ujang.
Seketika guru Taufik langsung mendekat ke arah Guntur dan bertanya " Maaf... Kau siapa...? ". Tanya Guru Taufik.
Guntur yang mendengar Guru Taufik bertanya kepadanya, Guntur langsung mendapatkan ide yang cukup cemerlang.
" Ah... Maafkan aku Guru Taufik... Aku hanya berjalan-jalan saja yang kebetulan melihat kalian dan kebetulan juga aku mengenal Ridwan dengan cukup baik... Asal kalian tahu kalau selama ini Ridwan menipu kalian yang mana Ridwan telah menyembunyikan kekuatan aslinya dan berpura-pura menjadi yang terlemah di padepokan ini.... Ahahahhaa.... ". Jelas Guntur mencoba mempromosikan Ridwan supaya bisa di ikut sertakan dalam tunamen padepokan yang diadakan 1 bulan lagi.
" Ehh... Mas... ". Ucap Ridwan.
" Dan asal kalian tahu bahkan Ridwan sendiri sebenarnya mampu melawan murid peringkat 50 dengan mudah... Ehh... Tidak... 20 lebih tepatnya.... Hehehe.... ". Ucap Guntur memotong Ridwan yang ingin protes.
" APA...!!!?? ". Teriak semuanya termasuk Guru Taufik.
" Kalau kalian tidak percaya kenapa kalian tidak melawannya saja atau mau keroyokan juga boleh tapi bersiaplah ke rumah sakit padepokan ya... Hehehehe.... ". Ucap Guntur dengan jurus bualannya.
" DIAMPUT.... ". Ucap Ridwan dengan sedikit berteriak.
" Benarkah itu Ridwan? ". Tanya Guru Taufik.
" Haihhhh.... Ternyata Guru Taufik tidak menyadari itu semua... Hmm... Bagaimana jika Guru Taufik saja yang mencoba latih tanding dengan Ridwan... Aku yakin Guru Taufik akan menyadarinya hanya dengan beberapa detik saja saat melawan Ridwan.... Hehehe... ". Ucap Guntur menyela kata-kata Ridwan yang ingin menjawab pertanyaan dari gurunya itu.
" Hmm.... Baiklah... Ridwan... Kau buktikan kata-kata kawanmu itu... Jika itu benar kau boleh mengikuti turnamen mewakili kelompok kita.... ". Ucap Guru Taufik.
Di padepokan ini setiap guru mempunyai kelompoknya yaitu para muridnya dan kebetulan kelompok Guru Taufik ini juga menjadi kelompok paling lemah karena murid-muridnya dan juga tidak pernah ikut dalam turnamen. Hanya Ujang saja yang terkuat dari kelompok Guru Taufik itupun peringkat 898 dari total 1370 murid di padepokan pancanaka itu sendiri.
" Wahahahha..... Aku memang sangat jenius... ". Gumam Guntur dalam hati walaupun sebenarnya Guntur juga tidak menyangka jika Guru Taufik akan berkata seperti itu.
" Ehh... Benarkah guru... Kalau begitu dengan senang hati... Hehehe.... ". Ucap Ridwan kegirangan.
Ridwan ingin disamping membuktikan kalau dirinya tidaklah lemah seperti yang dikatakan oleh semua murid dan guru di padepokan juga ingin kelompok gurunya bisa di pandang oleh kelompok guru lain yang selama ini kelompok gurunya dipandang sebelah mata dari kelompok guru lainnya.
" Mentalmu jauh lebih kuat dari sebelumnya bro... Aku sangat senang mempunyai teman sepertimu.... Langkah selanjutnya bergantung padamu... Aku hanya menjadi pendukung saja... ". Gumam Guntur dalam hati sambil tersenyum.
Kemudian, Ridwan dan Juga Guru Taufik telah bersiap untuk latih tanding. Guru Taufik sebenarnya juga berharap jika kata-kata Guntur itu bukan hanya isapan jempol semata. Mengingat selama ini kelompoknya tidak pernah ikut turnamen karena menjadi yang terlemah dan tidak masuk dalam kriteria turnamen di padepokan pancanaka.
Setelah aba-aba dari salah satu murid yang menjadi wasit dalam latih tanding mereka, Ridwan tidak mau membuang banyak waktu dan segera ingin menunjukan kekuatannya kepada gurunya itu segera menyerang gurunya dengan 30 % dari kekuatan normalnya yang tidak sama sekali menggunakan kekuatan pintu jawaranya.
Seketika Guru Taufik dibuat bingung dari gerakan Ridwan saat menyerang karena kecepatannya. Segera Guru Taufik memasang kuda-kuda untuk bertahan akan tetapi belum juga sempurna kuda-kudanya, Ridwan sudah berada didepannya dan langsung menyerang gurunya itu dengan tinjunya.
" Sett.... Wuushhh... ".
Guru Taufik dengan reflek menangkis serangan Ridwan dengan kedua tangannya berada didepan dadanya.
" Boomm ".
Saat tinju Ridwan mengenai tubuhnya seketika gurunya itu terpental beberapa meter kebelakang dan merasakan sakit di kedua tangannya saat menahan serangan tinju dari Ridwan.
Sementara para murid lainnya dibuat tegang dan terkejut oleh Ridwan.
" Ba-bagaimana mungkin Ridwan bisa memiliki kekuatan seperti itu... ".
" Cepat dan sangat kuat... ".
" Benar... Guru sampai terpental beberapa meter ke belakang... ".
Berbagai komentar yang ditujukan oleh para murid kepada Ridwan setelah melihat secara langsung kekuatan asli dari Ridwan.
" Wuahahahhaa.... Aku yakin Guru Taufik merasakan sakit pada tangannya itu saat menahan serangan Ridwan... Sekarang kalian harus senang karena Ridwan akan mewakili kelompok kalian untuk ikut dalam turnamen sebulan lagi... Hehehe... ". Ucap Guntur kegirangan.
Sementara itu Guru Taufik langsung menghentikan latih tanding mereka " Cukup ". Ucap Guru Taufik yang masih meringis kesakitan pada kedua tangannya.
" Ridwan... Aku putuskan kelompok kita akan mengikuti turnamen sebulan lagi dan kaulah yang akan mewakilinya.... Jangan kau kecewakan kami... ". Ucap Guru Taufik sambil tersenyum bahagia.
Sementara para murid lainnya langsung berhamburan mendekati Ridwan dan mengucapkan selamat kepadanya.
" Akhirnya setelah sekian lama aku menjadi guru di padepokan ini... Ada juga yang berhasil masuk dalam kriteria untuk mengikuti turnamen... ". Gumam Guru Taufik dengan pelan.
" Tenang saja guru... Ridwan tidak akan mengecewakan guru dan murid-murid guru lainnya... ". Ucap Guntur yang sudah berada di samping Guru Taufik yang tidak menyadarinya.
" Eh... Tapi... Aku penasaran... Kau siapa... ? ". Tanya Guru Taufik yang langsung menoleh kearah Guntur yang berasa disisinya.
Guntur tidak menjawab pertanyaan dari Guru Taufik dan hanya tersenyum melihatnya lalu berjalan menjauh, pergi dari lapangan itu. Sementara Guru Taufik hanya tersenyum saja melihat kepergian Guntur.
" Siapapun kau... Aku sangat berterima kasih kepadamu karena sudah membukakan mataku kepada Ridwan... ". Gumam Guru Taufik dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments