Begitu didalam kantor padepokan, Ragil segera mengambil hp nya dan langsung menelpon atasannya yaitu Aji Samudra.
Tuutt.... Tuutttt... Tuuuttt......
" Assalamualaikum... Ada apa Ragil? " tanya Aji selaku atasannya dan juga maha guru di padepokan pancanaka atau pendiri padepokan pancanaka.
" Waalaikum salam warohmatullah... Maaf pak kalau saya mengganggu... Begini pak, " ucap Ragil dan langsung menjelaskan kejadian yang baru saja di alaminya.
" Hmm... Baiklah... Kamu atur saja dan awasi... Jangan sampai dia itu musuh yang ingin mengacau di padepokan... Oh iya mungkin besok aku akan kesana setelah selesai urusanku, " ucap Aji.
" Baik terima kasih pak, " kata Ragil.
" Yasudah... Assalamualaikum, " salam Aji.
" Waalaikum salam warrohmatullah, " jawab Ragil.
Setelah Ragil menelpon atasannya dia segera memanggil seseorang untuk mengawasinya. Tidak lama setelah itu orang itupun sudah ada di hadapan Ragil.
" Tumben kamu mau aku panggil Nis, " ucap Ragil sambil tersenyum senang.
" Aku pulang, " kata orang itu sambil membalikan badannya yang ternyata itu adalah seorang wanita bernama Anisa yang tidak lain tidak bukan adalah sang Srikandi Bercadar.
" Eeehhh... Tunggu tunggu.... Aku ada misi khusus untukmu dan bersifat sangat rahasia dan hanya kamu yang dapat menjalankan misi ini... Hmm... Yahhhh daripada kamu nganggur di padepokan.... Hehehehe, " kata Ragil sambil menatap gadis itu yang saat itu memakai pakaian tertutup berwarna kecoklatan dan hanya terlihat kedua bola matanya saja tapi itu sudah mewakili setiap orang yang melihatnya kalau gadis itu menyimpan berlian yang sangat cantik.
" Apa? " tanya Anisa penasaran dan langsung menghadap ke arah Ragil kembali.
" Tumben aku diberi misi seperti ini... Terima apa tidak ya... Hmm, " gumam Anisa dalam hati.
" Kamu hanya mengawasi seseorang yang bernama Guntur Ardumas... Dia baru saja masuk di padepokan untuk bekerja dan besok dia mulai bekerja menjadi tukang sapu di halaman padepokan kecuali wilayah khusus wanita... Tenang saja ada komisi khusus untukmu... Bagaimana? " tanya Ragil.
" Ternyata orang itu yaa... Hmmm, " gumam Anisa dalam hati.
" Baiklah aku terima, " ucap Anisa.
Ragil yang mendengar jawaban dari Anisa pun langsung tersenyum senang.
" Baiklah... Lakukan sekarang dan kamu sudah tau apa yang akan dilakukan kan?" tanya Ragil.
Anisa hanya mengangguk saja untuk menjawab pertanyaan dari seniornya itu.
Terlihat Ragil langsung mengambil sesuatu dari dalam berangkas miliknya. Tidak lama setelah itu dia memberikan sesuatu kepada Anisa.
" Ini, aku berikan setengah dari komisi misi ini dan setengahnya lagi setelah kamu selesai menjalankan misi ini, " ucap Ragil sambil memberikan amplop berwarna coklat.
Anisa pun mengambil amplop itu dan langsung melesat keluar dari kantor untuk menjalankan misinya.
Ragil yang melihat semua itu hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya saja.
" Gadis yang sangat unik, " gumam Ragil dalam hati.
Ragil pun langsung membereskan kantornya dan bersiap untuknya beristirahat.
Sementara itu Anisa langsung melesat ke wilayah laki-laki untuk mencari orang yang harus dia awasi. Tidak sulit baginya untuk menemukannya karena yang memiliki aura murni seorang jawara hanyalah orang itu.
Setelah Anisa menemukannya yang ternyata di gubuk paling ujung padepokan dan hanya ada 1 gubuk di wilayah khusus laki-laki yang dikelilingi kebun kosong.
Rumor yang beredar kalau di gubuk itu ada bangsa lain yang menempatinya maka dari itu tidak ada murid yang berani untuk tinggal di sana.
" Huh... Aku tidak menyangka dia berani untuk menempati gubuk itu, " gumam Anisa pelan sambil mengawasi dari rimbunnya pohon rambutan.
Sementara itu Guntur yang melihat Gubuk ini pun sangat senang karena gubuk ini akan menjadi tempat tinggalnya selama di padepokan.
" Alhamdulillah.... Gubuk ini sangat bagus tapi perlu sedikit perbaikan... Hmm.... Besok sajalah aku renovasi, sebentar lagi gelap, " gumam Guntur pelan.
Ridwan yang mengantarkan Guntur pun langsung kembali ke asramanya dan tidak mau berlama lama di gubuk ini apalagi sebentar lagi mulai gelap.
Sebenarnya ada juga asrama untuk para pekerja akan tetapi entah kenapa Ragil menempatkan Guntur di gubuk ini. Hanya ada 2 gubuk di padepokan ini, salah satunya yang akan ditempati oleh Guntur dan yang satunya ditempati oleh Anisa dan sudah menempati Gubuk itu lumayan lama yakni 9 tahun.
Dulunya gubuk ini hanyalah sebuah saung untuk bersantai para murid tapi mereka selalu mendapat suatu gangguan kalau menginap di gubuk ini makanya gubuk ini kosong tidak ada yang menempati dan mendekati.
" Tapi sepertinya gubuk ini bermasalah... Hmm... Ahh nanti juga nongol sendiri... Hehehe... Awas ya kamu kalau berani nongol dan menggangguku maka langsung aku seret dan ikat di pohon rambutan itu.... Hehehhee, " gumam Guntur pelan.
Secara tidak sengaja Anisa yang sedang duduk mengawasi Guntur di atas pohon rambutan pun mengerutkan keningnya. Walaupun gumaman Guntur itu pelan tapi terdengar jelas oleh Anisa karena semua panca indra seorang jawara yang sudah sempurna itu sangat sensitif.
" Astaghfirullah padahal hanya ini pohon rambutan di kebun ini.... Sial... Kalau itu terjadi aku harus pindah posisi, " gumam Anisa dalam hati dan mulai merasa merinding di seluruh tubuhnya.
Segera Guntur langsung mencari penerangan untuk gubuknya yang mana tidak ada penerangan seperti halnya lampu listrik.
Gubuk itu seperti saung yang ada di persawahan tapi bedanya rapat dan agak lebar seperti rumah yang temboknya terbuat dari anyaman bambu sedangkan atap nya dari genteng model lama dengan cap matahari dan nampak rapuh. Mungkin jika ditekan sedikit saja genteng itu langsung pecah.
Didalam gubuk terdapat sebuah amben atau ranjang yang terbuat dari kayu, ada juga sebuah meja dan kursi model lama yang untuk alas duduknya terbuat dari anyaman rotan tapi terlihat masih kokoh, sebuah lemari kayu setinggi 1 meter dan lebar setengah meter itu semua tertata cukup rapi di atas lantas yang masih tanah yang dikeraskan, dan yang pasti banyak sekali sarang laba-laba di setiap sudut ruangan.
" Huh... Sepertinya malam ini gelap-gelapan... Hmm... Ehh tapi tunggu... Aku kan punya elemen cahaya dan api juga ya... Hehehe tidak jadi gelap-gelapan malam ini.... Jeniusnya aku.... Huahahahahahaaa, " gumam Guntur dalam hati sambil berdecak pinggang bak seorang antagonis yang sangat kejam.
Segera Guntur meletakkan tasnya di atas meja yang sebenarnya berdebu akan tetapi karena gelap jadi tidak terlihat.
" Hah... Aku harus beberes dulu sepertinya... Hmmm... Bismilah, " gumam Guntur yang langsung menggunakan kekuatan aksaranya untuk membuat api di telapak tangannya dan segera membuat pola aksara untuk melindungi api tersebut supaya bisa melayang dan juga tidak membakar gubuknya.
" Hah... Kalau pakai elemen cahaya pasti ada yang curiga tapi kalau api kan tidak hehehehe, " gumam Guntur dalam hati.
Setelah api itu melayang di ruangan gubuk sudah pasti nampak jelas seperti apa kondisi yang sebenarnya didalam gubuknya itu.
" Astaghfirullah.... Ini benar-benar harus beberes," ucap Guntur dengan nada mengeluh.
Setelah itu Guntur pun langsung membersihkan semua barang yang ada didalam gubuk tersebut.
Anisa yang menyaksikan dari awal sampai Guntur masuk kedalam Gubuk pun hanya menggelengkan kepalanya.
" Sepertinya malam ini dia tidak bisa tidur nyenyak dan.... Ehhh... Kenapa ada api didalam gubuk itu, apa didalam ada lampu minyak ya, " gumam Anisa terkejut saat tiba-tiba didalam gubuk itu ada penerangan api.
Karena temboknya hanyalah anyaman bambu jadi akan sangat terlihat dari luar kalau ada cahaya dari dalam.
" Mungkin saat dia tertidur nanti aku bisa kembali untuk beristirahat... Apa aku bermalam disini saja ya... Hmm... Baiklah aku akan mengawasinya 24 jam setiap harinya, " gumam Anisa bertekad karena dirinya sangat penasaran pada Guntur.
Tengah malam disaat semua orang sudah terlelap pada mimpinya masing-masing, guntur yang tidak tidur karena harus beberes gubuknya dan juga menunggu sesuatu yang dirasa oleh Guntur itu suatu ancaman atau pengganggu.
Disisi lain juga Anisa yang masih mengawasi Guntur pun juga merasa kalau Guntur belum tertidur.
Disaat Anisa bersantai sambil mengawasi Guntur, Anisa melihat sesuatu seperti seseorang tapi merangkak dengan seperti memakai kostum berbulu hitam legam dan juga rambut panjang yang tidak terurus mendekati gubuk milik Guntur.
" Astaghfirullah.... I-itu, " gumam Anisa yang terkejut dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
Anisa yang selama ini belum pernah melihat langsung dan hanya bisa merasakan kehadiran mereka pun langsung terkejut. Sekujur tubuhnya bergetar hebat, keringat dingin pun langsung keluar, jantungnya terpacu dengan cepat.
" Gu-Guntur... Gawat! " gumam Anisa yang ingin menyelamatkan Guntur dari makhluk itu tapi tubuhnya mematung tidak bisa bergerak.
Tidak lama setelah itu suara Guntur yang tertawa menambah kekhawatiran terhadap Anisa.
" Ahahahaha.... Ternyata kamu muncul juga, " gcap Guntur sambil berjalan santai keluar dari gubuk dan berhenti didepan gubuknya dimana hanya berjarak beberapa meter saja dengan makhluk itu.
" Ggrrrr "
" Wah wah wah... Aku tidak menyangka kalau makhluk sepertimu berani wujud di alam manusia dan.... Huh... Betara Karang... Menarik, " ucap Guntur dengan santai.
Anisa melihat Guntur keluar dari gubuknya dengan santai pun mengerutkan keningnya.
" Be-bethara karang...? " gumam Anisa bingung.
Guntur yang melihat Bethara Karang itu pun langsung saja membaca ayat suci alquran dengan keras.
" Grrr.... " geraman dari Betuara Karang merasa sedikit tertekan oleh ayat suci alquran yang dbacakan oleh Guntur.
Tiba-tiba tangan kanan Guntur dia gerakan ke depan dengan telapak tangannya merenggang dan tidak lama menggenggam.
Seketika itu Bethara Karang tersebut hanya bisa berdiam diri yang mana seperti terkunci semua gerakannya oleh apa yang Guntur lakukan.
" Ggrr... Aaaakkhhh.... Lepaskan aku.... Aaarrrgghhh.... Panass! " teriak Bethara Karang dengan keras.
" Katakan apa yang kamu lakukan ditempat ini... Kenapa kamu ingin menggangguku... Bukannya alam kita berbeda.... Huh, " ucap Guntur dengan geram.
Bagi Guntur semua makhluk yang kasat mata itu tidak punya hak untuk muncul di alam manusia karena perbedaan alam apalagi dengan tujuan mengganggu. Makhluk-makhluk tersebut sudah melanggar peraturan yang sudah ditetapkan jika sudah muncul di alam manusia begitu juga sebaliknya. Jadi jika ada kasus seperti ini sah-sah saja dihukum bahkan dibunuh.
Tidak sedikit Guntur untuk menyiksa mereka atau membunuh mereka saat dulu masih tinggal di gunung yang mana sudah menjadi suatu kenangan buruk bagi mereka yang lolos dari cengkraman Guntur dan yang pasti membuat trauma serta tidak pernah lagi muncul di alam manusia karena ketakutan yang luar biasa saat melihat Guntur.
" Aarrgghhh... Lepaskan aku.... Panas... Panas.... Ampun, " rengek Betara Karang sambil meronta ronta kesakitan.
" Baik... Baik... Aku akan katakan tapi lepaskan aku.... Jangan siksa aku.... Aargh!!!" teriaknya lagi.
Guntur yang melihat itupun bukannya melepaskan tapi malah semakin mengencangkan cengkraman dan menguncinya sambil terus membaca ayat suci alquran.
" Aarrgghh... Baik.... Hhh.... Aku hanya disuruh oleh seseorang untuk menjadi mata-mata di padepokan ini... Aarrgghhh panas.... Ampun, " ucapnya sambil merasakan sensasi terbakar dengan luar biasa panas.
" Katakan siapa yang menyuruhmu? " tanya Guntur dengan tegas.
" Dia adalah seorang Kajinan yang bernamaaarrggkkkk, " ucap Betara Karang dengan pasrah tapi sebelum mengatakan nama pesuruhnya dia pun langsung terbakar dengan api yang besar dan seketika Betara Karang tersebut langsung mati dan api yang tiba-tiba melahap Betara Karang itupun padam tanpa meninggalkan bekas dan jejak apapun.
" Astaghfirullah.... Sial... Sial.... Ini pasti tuannya... Tapi Kajinan itu apa ya... Hmmm... Ahhh sudahlah aku harus istirahat... Gara-gara cecunguk itu aku jadi terlambat untuk tidur.... Hah, " ucap Guntur geram sambil berjalan ke dalam gubuknya untuk beristirahat.
Sedangkan Anisa yang melihat dan mendengar semua nya pun langsung tercengang tidak percaya.
" Kajinan.... Sial padepokan telah kecolongan... Lebih baik aku segera melapor pada senior Ragil, " gumam Anisa panik dan langsung melesat mencari seniornya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments