Kata-kata Mutiara Dan Merenovasi Gubuk

Ragil yang tengah berjalan mengelilingi padepokan di atas gedung yang lumayan tinggi karena tugasnya mengawasi semua murid yang tengah berjaga dan juga tertidur itu pun mengerutkan keningnya saat melihat sosok gadis bercadar melesat didepannya dan berhenti tepat dihadapannya

" Kenapa?" tanya Ragil tenang.

" Padepokan telah kecolongan," ucap Anisa serius.

" APA...!!! Katakan dengan rinci Nis! " ucap Ragil terkejut.

" Mata-mata seorang Kajinan, " Ucap Anisa.

Setelah itu Anisa menjelaskan selengkapnya apa yang dia lihat dan dengar dengan serius dan jujur. Tidak ada suatu tambahan dan pengurangan kata dalam penyampaiannya.

Ragil yang mendengar semua penjelasan dari Anisa pun dibuat geram dan tidak percaya dengan apa yang sudah dia dengar dari juniornya tersebut.

" Sial... Apa pelindungnya sudah rapuh.... Aku harus melaporkan kepada bapak.... Nis jangan sampai berita ini bocor ditelinga semua orang... Sekarang istirahatlah dan juga terima kasih sudah membantu, " ucap Ragil dengan serius.

Anisa yang mendengar itu pun langsung melesat kembali ke gubuknya guna beristirahat.

Sedangkan Ragil pun terdiam mematung memikirkan berita yang sudah dikatakan juniornya tersebut.

" Guntur... Sepertinya aku harus mencari tahu siapa kamu sebenarnya," gumam Ragil yang mulai menyadari tentang Guntur.

Disisi lain Anisa yang sudah sampai dan masuk didalam gubuknya pun langsung merebahkan tubuhnya sambil memikirkan Guntur.

" Guntur... Siapa kamu sebenarnya," gumam Anisa pelan dan langsung menutup matanya untuk tidur.

ALBANTANI

Terlihat sebuah gubuk dipuncak bukit yang cukup tinggi dengan pohon-pohon yang hidup disekitar nampak rimbun dan besar serta fauna yang cukup banyak.

Seorang pria tua yang sedang terdiam bersemedi didalam kamarnya. Pria tua ini dikenal dengan sebutan Mbah Winga dan dia adalah seorang Kajinan.

Kajinan sangat berbeda dengan jawara atau pun aksara dimana kajinan memiliki kekuatan yang bersumber dengan kerja sama dengan bangsa lain yaitu bangsa jin. Tidak banyak populasi dari kajinan tersebut dikarenakan kerjasama dan syarat-syaratnya yang mana pasti menggunakan tumbal untuk sesembahan bagi bangsa lain yang memiliki kerja sama dengan para kajinan. Akan tetapi yang pasti Kajinan termasuk dengan sebutan Bala Kurawa yang keadaannya hanyalah merusak dan menyesatkan. Jika seorang kajinan itu telah sampai pada tingkatan akhir maka akan sangat kuat karena mendapat bantuan dari bangsa jin itu sendiri.

" Brengsekkk! " umpat Mbah Winga sambil meninju meja yang ada didepannya sampai hancur berkeping keping.

" Braakkkkk.... "

Setelah itu Mbah Winga segera melepaskan bola api untuk segera membunuh bang jin yang menjadi mata-matanya di padepokan pancanaka.

" Wussshhh "

Nampak bola api seukuran genggaman tangan orang dewasa menghilang dari pandangan Mbah Winga untuk melesat ke padepokan pancanaka dengan kecepatan yang sangat tinggi.

" Sialan... Jika tidak segera aku bunuh si kunyuk itu mungkin dia sudah mengatakan namaku... Hmmm... Siapa dia, kenapa aku tidak bisa melihat dia dan hanya kegelapan saja yang aku lihat... Aku harus membalas semua ini dan berhati-hati lagi untuk mengawasi padepokan si tua bangka itu, " gumam Mbah winga dengan marah.

Padepokan Pancanaka

Keesokan paginya Guntur yang sedang melakukan pekerjaannya pun terlihat sangat senang. Dia masih belum percaya akan dirinya yang sudah menjadi bagian dari Padepokan Pancanaka.

" Senangnya dalam hati... Bila ada si dia... La la la," ucap Guntur bernyanyi dan berjoget tidak jelas.

Murid-murid padepokan pun dibuat heran saat berjalan melewati tukang sapu tersebut.

" Orang aneh... "

" Kurang obat kali tuh orang... "

" Stress... "

Berbagai umpatan dan hinaan dari para murid yang melintas atau melihat kelakuan Guntur yang sedang menyapu tempat latihan untuk murid-murid padepokan.

Guntur yang mengetahui dan mendengar murid-murid padepokan menatapnya dengan sinis pun tidak menghiraukan mereka dan hanya asyik dengan dunianya sendiri.

Anisa yang mengawasi Guntur dari balik rimbunnya pohon kelengkeng pun hanya menggelengkan kepalanya sambil memegangi kepalanya dengan kedua tangannya.

" Sarap," gumam Anisa dalam hati.

Saat selesai menyapu di tempat latihan Guntur pun berhenti sejenak guna melihat para murid yang sedang di gojlok oleh gurunya.

" Hah... Kalau cuma gojlokannya seperti itu akan sangat lama untuk mereka menjadi seorang jawara yang kuat dan tangguh, " gumam Guntur pelan.

Terlihat murid-murid padepokan berlari memutari tempat latihan 100 kali. Padahal tempat latihan tersebut lumayan luas, seluas arena sepak bola gelora Bung Karno.

Memang bagi Guntur latihan fisik seperti itu hanya latihan ringan saja. Guntur pun teringat saat neneknya melatih fisiknya dengan cara berlari naik turun gunung sambil kaki, tangan dan badan Guntur diberi pemberat yang beratnya sampai 50kg dan akan terus bertambah di setiap 7 hari sekali. Mbah Pahing pun juga secara kejam akan mencambuk tubuh Guntur dengan penjalin yang terbuat dari rotan jikalau Guntur terlambat untuk sampai di pos yang Mbah Pahing buat dan tentunya dengan waktu yang sudah Mbah Pahing tentukan.

" Haaaah... Lemah," gumam Guntur pelan sambil menghela nafas.

Guntur pun melanjutkan pekerjaannya di tempat-tempat lain sampai adzan dhuhur berkumandang.

" Luas juga padepokan ini tapi yahh anggap saja ini latihan hehehee, " gumam Guntur pelan.

Setelah Guntur bersujud dhuhur di masjid padepokan, Guntur kembali ke gubuknya untuk merenovasi gubuknya yang terlihat sangat memperihatinkan.

" Baiklah sekarang waktunya nguli... Hehehhee," gumam Guntur sambil tersenyum bak seorang antagonis menyiksa musuhnya yang sudah tidak berdaya.

Bagi Guntur sangat mudah untuk merenovasi atau membangun gubuknya dengan kekuatan aksaranya akan tetapi Guntur tidak melakukan itu dikarenakan Guntur tau kalau sedang diawasi oleh seseorang dari semenjak Guntur menginjakan kaki di padepokan.

Akan sangat merepotkan jikalau ada orang di padepokan tahu yang sebenarnya jika Guntur adalah Sang Hyang Aksara.

Dimulai dari depan gubuk sampai belakang gubuk yang tentunya Guntur menambahkan beberapa kayu dan anyaman bambu yang dibuatnya setelah berkeliling mencari bahan untuk membuat anyaman bambu.

Setelah 2 hari berlalu akhirnya pada waktu sore hari gubuk yang Guntur renovasi pun nampak akan perbedaannya dari sebelum dan sesudahnya.

Guntur pun tersenyum puas dengan hasil ngulinya selama 2 hari ini yang pasti sesudah melaksanakan pekerjaannya sebagai tukang sapu padepokan.

Dari depan gubuk nampak kokoh dengan 2 kayu yang Guntur ganti dengan yang baru sebagai penyangga atapnya. Guntur juga membuat jendela di bagian depan samping kiri pintu masuk yang terbuat dari kayu dan susunan bambu.

Ruang tengah pun nampak lebih rapi dan Guntur sengaja untuk memperbesar ukuran Gubuknya. Guntur menyekat yang tadinya hanya terdapat 1 ruangan saja dan kini menjadi 2 ruangan. Ruangan depan Guntur gunakan untuk ruang tamu dimana Guntur juga akan menambahkan beberapa kursi dan meja setelahnya yang pasti buatan Guntur sendiri. Ruangan belakang Guntur gunakan untuknya beristirahat dan memberikan sekatan lagi dan sedikit ruang akses untuknya berjalan dari ruang depan untuk ke pintu belakang.

Pintu bekalang yang mana langsung terlihat sebuah dapur akan tetapi Guntur tidak menambahkan anyaman bambu dan hanya 2 tiang penyangga atap saja dan langsung bisa terlihat kebon kosong milik padepokan itu.

Guntur membuat kompor kayu juga dari batu yang disusun. Ada juga meja kecil dan kursi kecil atau dingklik didepan kompornya.

Dan untuk atapnya Guntur menambahkan beberapa anyaman daun kelapa yang tersusun rapi.

" Muehehehehee.... Seperti rumah di gunung... Hmm... Gimana kabar ibu dan nenek disana ya... Semoga dalam keadaan baik-baik saja dan diberi perlindungan oleh-Nya... Amin," gumam Guntur pelan.

" Ehh tunggu seperti ada yang lupa... Hmm... Astaghfirullah... Lampu penerangan... Apa aku pakai seperti semalam saja ya... Hmm... Iyalah pakai itu saja untuk sementara, " gumam Guntur dalam hati.

Anisa yang selalu mengawasi Guntur pun tersenyum melihat kerja keras dari Guntur. Sangatlah telaten dan memuaskan.

" Masya Allah.... Aku tidak percaya kalau tidak melihat langsung... Sangat pekerja keras, " gumamnya dalam hati.

Entah kenapa timbul rasa kagum di dalam hatinya melihat Guntur yang sangat pekerja keras tanpa kenal waktu. Sangat jarang dan langka orang seperti Guntur yang sangat pekerja keras. Kebanyakan dari murid-murid padepokan hanya mengandalkan orang lain untuk pekerjaan semacam ini tapi tidak berlaku untuk Guntur.

" Astaghfirullah... Apa yang aku pikirkan... Hmm... Aku akui dia tampan dan juga pekerja keras tapi ahh... Aku melakukan semua ini hanya untuk orang itu agar aku bisa bersanding di sisinya kenapa aku malah memikirkan orang tidak jelas itu... Astaghfirullah.... "

" Sampai kapan aku harus menunggunya sedangkan dia hanya memberi tanda dengan ledakan auranya saja beberapa hari yang lalu... Hahhhh.... Semoga saja dia cepat menampakan dirinya secara langsung, " gumam Anisa dalam hati.

Anisa yang terus memikirkan itu pun tidak tau kalau selama ini orang yang sedang ditunggunya itu adalah Guntur, karena Guntur menutup semua pintu aksaranya dan juga menarik aura aksaranya jadi yang terlihat hanyalah aura jawara dan juga pintu jawaranya saja yang mana Guntur masih di pintu ke 3.

Akan tetapi walaupun Guntur masih di pintu ke 3, kekuatan Guntur setara dengan seorang jawara dengan pintu ke 5. Itu dikarenakan tubuhnya yang selalu dilatih dengan ektrim oleh neneknya dan yang pasti dikarenakan bola cahaya itu adalah inti jawara yang diberikan oleh ayahnya sewaktu Guntur memasuki alam bawah sadarnya.

Jikalau saat itu Guntur tidak mendapatkan itu maka aura jawaranya tidak akan sangat murni sekarang ini dan juga tidak akan timbul tanda jawara ditangan kirinya itu.

Guntur pun bergegas untuk menyiapkan segala sesuatunya dikarenakan hari sudah sore dan mendekati malam.

Saat malam tiba diwaktu setelah Guntur sujud isya di masjid padepokan, Guntur pun berada di kantin padepokan guna mengambil makan malamnya.

Guntur melihat semua bangku dipenuhi oleh murid-murid dan juga para guru di padepokan. Setelah memikirkan semua itu Guntur pun berinisiatif untuk membungkusnya untuk dimakan di gubuknya saja.

Sambil menunggu makan malam yang sedang disiapkan oleh pekerja kantin padepokan Guntur melihat ada meja yang hanya diisi oleh 1 orang saja dan yang membuat Guntur mengerutkan keningnya adalah orang itu adalah seorang gadis yang memakai cadar.

" Huh... Aku baru tau kalau di padepokan ini memiliki seorang jawara bercadar dan sudah menjadi jawara sempurna... Tapi kenapa tidak ada yang mau 1 meja dengannya? Apa dia dimusuhi atau bagaimana? Ahhh... Aku temenin sajalah malas juga untuk pulang ke gubuk jam segini," gumam Guntur dalam hati.

Jelas Guntur dapat mengetahui kalau Anisa sudah menjadi jawara sempurna, itu dikarenakan kekuatan mata aksara Guntur yang mana adalah tingkatan mata tertinggi pada seorang aksara yaitu pupil mata yang berwarna putih.

Setelah menunggu beberapa menit akhirnya makan malam Guntur pun selesai dibungkus dan Guntur pun segera berjalan kearah gadis bercadar itu.

Setelah sampai Guntur pun memberikan salam kepadanya dan ijin untuk duduk 1 meja dengannya.

" Assalamualaikum... Apakah aku boleh duduk dan makan disini? Karena semua bangku dan meja sudah penuh terisi, " ucap Guntur sangat hati-hati karena Guntur mengira kalau gadis itu adalah seorang guru.

Gadis itu yang tidak lain adalah Anisa pun menjawab salam dari Guntur dan mengangguk sambil melihat mata Guntur untuk sekilas.

" Waalaikum salam warrohmatullah," jawab Anisa dengan sangat pelan sambil mengangguk samar lalu meneruskan makannya.

Guntur dapat mendengar jawaban salam dari Anisa yang sangatlah pelan dengan sangat jelas, itu dikarenakan indra pendengaran Guntur yang sudah jauh dikata normal saking sensitifnya. Guntur pun tersenyum dan mengangguk.

Tidak ingin membuang waktu lagi Guntur pun langsung duduk dan membuka bungkusan makan malamnya dan juga langsung makan, tidak lupa juga untuknya berdoa sebelum makan.

Tidak ada obrolan saat mereka sedang makan hanya saja murid-murid dan juga para guru padepokan hanya heran dengan keberanian Guntur untuk makan 1 meja dengan orang yang mereka takuti.

" Siapa orang itu ? "

" Ya ampun apa dia tidak tahu gadis itu siapa? "

" Terlalu berani bocah itu "

" Aku tidak ingin melihat mereka lagi takut untuk jadi samsak tinju Srikandi Bercadar "

Berbagai pemikiran dari para murid dan juga Guru padepokan melihat Guntur yang tidak takut dengan Anisa.

Setelah selesai makan Guntur sejenak memandang Anisa dengan teliti.

" Ternyata benar, gadis ini yang selalu mengawasiku semenjak aku datang ke padepokan ini... Ahh... Sudahlah biarkan saja toh dia tidak menggangguku, " gumam Guntur dalam hati yang merasa aura jawara yang selalu Guntur rasakan dimana pun Guntur berada itu milik Anisa, hanya saja tidak tahu siapa Anisa bahkan namanya saja tidak tahu.

Sedangkan Anisa yang sudah selesai dengan makannya pun langsung pergi tanpa bersuara apapun.

" Kenapa dia memandangku sangat dalam... Apa dia tahu kalau aku yang selalu mengawasinya selama ini? ahh tidak mungkin... Dia kan baru jawara pintu ke 3 jadi mana mungkin kalau tahu itu aku," gumam Anisa dalam hati sambil berjalan menjauh dari Guntur.

Guntur yang melihat Anisa menjauh pun hanya tersenyum saja dan bergegas untuk kembali ke gubuknya guna beristirahat. Guntur tidak tidak peduli dengan dia akan mengawasinya, selama tidak mengganggu dan mengancamnya itu tidak masalah untuknya.

Setelah sampai di gubuk, Guntur pun langsung beristirahat karena beberapa hari ini sangatlah melelahkan untuknya karena harus merenovasi gubuknya.

Terpopuler

Comments

Fatkhur Kevin

Fatkhur Kevin

Annisa

2024-02-23

0

lihat semua
Episodes
1 Lahirnya Sang Hyang Aksara
2 Bangkitnya Syang Hyang Aksara
3 Turun Gunung
4 Bertemu Pria Misterius Dan Dikejar Burung Besi
5 Padepokan Pancanaka
6 Bethara Karang Penghuni Gubuk
7 Kata-kata Mutiara Dan Merenovasi Gubuk
8 Kedatangan Tamu Tak Diundang Digubuk
9 Gelandang Buta Dan Terkuaknya Identitas Sebagai Seorang Aksara.
10 Toya Aksara
11 Sebuah Harapan
12 Identitas Dan Sebuah Nama
13 Guntur vs Jin Juan
14 Bahaya
15 Kemenangan Dan Sakitnya Hati Kedua Srikandi
16 Kesederhanaan
17 Melatih Ridwan
18 Medhi Canthaka
19 Promosi Untuk Ridwan
20 Kecemasan Dan Kegugupan Guntur
21 Jin Shu
22 Aku Tahu Batasan Itu!
23 Ratu Betari
24 Taubatnya Ratu Betari
25 Kembar?
26 SAH
27 Maafkan Aku, Suamiku.
28 Kembali ke Padepokan Pancanaka
29 KONFLIK DI MASA LALU
30 KUBAH PELINDUNG ILUSI EMPAT ELEMEN
31 TERANCAM
32 TURNAMEN
33 MASUK KEDALAM PERANGKAP
34 Alisa vs Para Kajinan
35 Alisa vs Para Kajinan : Dimulainya Perang
36 Alisa vs Para Kajinan : Segawon Ireng
37 Alisa vs para kajinan : Bagaimana Mungkin?
38 Alisa vs Para Kajinan : Kemenangan dan Dimulainya Kembali Turnamen
39 Turnamen : Ridwan vs Rahmat
40 Turnamen : Umar vs Dimas
41 Turnamen : Penderitaan Seribu Tahun
42 Turnamen : Akhirnya Mereka Bertarung
43 Turnamen : Melepas Pemberat Tubuh
44 Turnamen : Mereka Yang Berada Di Level Yang Berbeda
45 TURNAMEN : SANG API PANDAWA
46 Menyembuhkan Umar Dan Ridwan
47 Setitik Cahaya Untuk Padepokan Kerambit Hitam
48 Aku Akan Selalu Mencintaimu
49 Dikala Hujan Lebat
50 Keluar Dari Rumah Sakit
51 Tombak Untuk Ridwan
52 Murid-Murid Sang Seribu Bayangan
53 Dasamuka Sang Raja Angkara
54 Kebenaran Dari Berpulangnya Sang Cakra
55 Jurus Sakral Untuk Seorang Legenda
56 KAJIN
57 Ujian Untuk Yuni
58 Sempurnanya Srikandi Aksara
59 Jangan Menjadi Sebuah Gelas Yang Kosong
60 Julian Arga Samudra
61 Putri Ayuning Samudra
62 Gea Si Boneka Rambut
63 Jangan Kau Kira Wanita Itu Lemah!
64 Penghianat
65 Penglihatan Julian
66 IDENTITAS GEA
67 Padepokan Yang Sedang Terancam
68 Jurus Yang Sangat Mengerikan
69 Flash Back : 4 Tahun Lalu
70 Pembantaian Masal
71 Latih Tanding
72 Serat Netra
73 Permainan Dimulai
74 Kekalahan Untuk Panca Soka
75 Gembel
76 Jin Shi
77 Cincin Dimensi
78 Artefak Kuno dan Sempurnanya Pedang Bai Hu
79 Harta Untuk Keluarga Jin
80 Para Boneka Guntur
81 Dimulainya Pertarungan
82 Bantuan
83 Dendam Jin Juan
84 Bethara Kalung
85 Kemunculan Indrajit
86 Sang Hyang Aksara vs Raja Angkara Dimulai
87 Kematian Indrajit
88 Musnahnya Sang Raja Angkara dan Sang Dukun
89 Dunia Bawah 3 Tahun Yang Lalu
90 Teringat Akan Mimpi Masa Lalu Anisa
91 Sebuah Terobosan Yang Dibayar Dengan Sebuah Aib
92 Kembali Berlatih Bersama
93 Roro Zara Apsarini
94 Sedulur Papat Lima Pancer
95 Pelatihan Terlarang
96 Keberhasilan Sang Pemalas
97 Sang Api Pandawa dan Sang Pedang Angin
98 Bangkitnya Seorang Titisan
99 Ratu Lebah dan Pecahnya Segel Yuni
100 Gaman
101 Persiapan Turnamen Antar Padepokan
102 Keberangkatan
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Lahirnya Sang Hyang Aksara
2
Bangkitnya Syang Hyang Aksara
3
Turun Gunung
4
Bertemu Pria Misterius Dan Dikejar Burung Besi
5
Padepokan Pancanaka
6
Bethara Karang Penghuni Gubuk
7
Kata-kata Mutiara Dan Merenovasi Gubuk
8
Kedatangan Tamu Tak Diundang Digubuk
9
Gelandang Buta Dan Terkuaknya Identitas Sebagai Seorang Aksara.
10
Toya Aksara
11
Sebuah Harapan
12
Identitas Dan Sebuah Nama
13
Guntur vs Jin Juan
14
Bahaya
15
Kemenangan Dan Sakitnya Hati Kedua Srikandi
16
Kesederhanaan
17
Melatih Ridwan
18
Medhi Canthaka
19
Promosi Untuk Ridwan
20
Kecemasan Dan Kegugupan Guntur
21
Jin Shu
22
Aku Tahu Batasan Itu!
23
Ratu Betari
24
Taubatnya Ratu Betari
25
Kembar?
26
SAH
27
Maafkan Aku, Suamiku.
28
Kembali ke Padepokan Pancanaka
29
KONFLIK DI MASA LALU
30
KUBAH PELINDUNG ILUSI EMPAT ELEMEN
31
TERANCAM
32
TURNAMEN
33
MASUK KEDALAM PERANGKAP
34
Alisa vs Para Kajinan
35
Alisa vs Para Kajinan : Dimulainya Perang
36
Alisa vs Para Kajinan : Segawon Ireng
37
Alisa vs para kajinan : Bagaimana Mungkin?
38
Alisa vs Para Kajinan : Kemenangan dan Dimulainya Kembali Turnamen
39
Turnamen : Ridwan vs Rahmat
40
Turnamen : Umar vs Dimas
41
Turnamen : Penderitaan Seribu Tahun
42
Turnamen : Akhirnya Mereka Bertarung
43
Turnamen : Melepas Pemberat Tubuh
44
Turnamen : Mereka Yang Berada Di Level Yang Berbeda
45
TURNAMEN : SANG API PANDAWA
46
Menyembuhkan Umar Dan Ridwan
47
Setitik Cahaya Untuk Padepokan Kerambit Hitam
48
Aku Akan Selalu Mencintaimu
49
Dikala Hujan Lebat
50
Keluar Dari Rumah Sakit
51
Tombak Untuk Ridwan
52
Murid-Murid Sang Seribu Bayangan
53
Dasamuka Sang Raja Angkara
54
Kebenaran Dari Berpulangnya Sang Cakra
55
Jurus Sakral Untuk Seorang Legenda
56
KAJIN
57
Ujian Untuk Yuni
58
Sempurnanya Srikandi Aksara
59
Jangan Menjadi Sebuah Gelas Yang Kosong
60
Julian Arga Samudra
61
Putri Ayuning Samudra
62
Gea Si Boneka Rambut
63
Jangan Kau Kira Wanita Itu Lemah!
64
Penghianat
65
Penglihatan Julian
66
IDENTITAS GEA
67
Padepokan Yang Sedang Terancam
68
Jurus Yang Sangat Mengerikan
69
Flash Back : 4 Tahun Lalu
70
Pembantaian Masal
71
Latih Tanding
72
Serat Netra
73
Permainan Dimulai
74
Kekalahan Untuk Panca Soka
75
Gembel
76
Jin Shi
77
Cincin Dimensi
78
Artefak Kuno dan Sempurnanya Pedang Bai Hu
79
Harta Untuk Keluarga Jin
80
Para Boneka Guntur
81
Dimulainya Pertarungan
82
Bantuan
83
Dendam Jin Juan
84
Bethara Kalung
85
Kemunculan Indrajit
86
Sang Hyang Aksara vs Raja Angkara Dimulai
87
Kematian Indrajit
88
Musnahnya Sang Raja Angkara dan Sang Dukun
89
Dunia Bawah 3 Tahun Yang Lalu
90
Teringat Akan Mimpi Masa Lalu Anisa
91
Sebuah Terobosan Yang Dibayar Dengan Sebuah Aib
92
Kembali Berlatih Bersama
93
Roro Zara Apsarini
94
Sedulur Papat Lima Pancer
95
Pelatihan Terlarang
96
Keberhasilan Sang Pemalas
97
Sang Api Pandawa dan Sang Pedang Angin
98
Bangkitnya Seorang Titisan
99
Ratu Lebah dan Pecahnya Segel Yuni
100
Gaman
101
Persiapan Turnamen Antar Padepokan
102
Keberangkatan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!