Setelah selesai sujud dhuhur di masjid padepokan, Guntur langsung pulang ke gubuknya karena kakek dan nenek keluarga Jin menunggu di gubuk.
Nampak Lastri dan juga Aji pun sangat senang berjalan di samping cucunya yang beberapa waktu yang lalu bertemu.
Selama ini Aji juga sudah curiga dengan Guntur yang dapat menyempurnakan Gelandang Buta yang sejatinya milik keluarga Samudra. Akan tetapi Aji tidak menyangka kalau Guntur adalah cucunya sendiri. Aji sangat menyesal tidak mengetahui ini dari awal, padahal dari segi rupa, Guntur mirip dengan anaknya, Panji.
Setelah mereka sampai di Gubuk. Guntur melihat kakek buyutnya seperti sedang memikirkan sesuatu.
" Kakek buyut... Ada apa? " tanya Guntur.
" Tidak... Jin Bun... Apa sudah selesai? " tanya kakek Jin.
" Sudah kakek buyut, " ucap Guntur.
" Sebenarnya aku ingin menanyakan sesuatu padamu! " ucap kakek Jin.
" Huh... Apa kek? Kalau aku bisa jawab aku akan menjawabnya, " tanya Guntur.
" Apa kau kenal dengan Srikandi Bercadar? " tanya kakek Jin.
" Ehh... Hmmm... Kenal kek... Tapi beberapa hari ini aku tidak melihat dia... Tapi aku tadi sepertinya melihatnya, dia di belakang kakek buyut kan? " tanya Guntur penasaran.
" Itulah yang ingin aku tanyakan... Setelah identitasmu terkuak tiba-tiba dia menghilang begitu saja... Bahkan aku tadi sempat mencarinya disekitar padepokan tapi tidak menemukannya, " ucap Kakek Jin.
" Hmm... Apa kakek tidak tanyakan pada penjaga wilayah wanita? " tanya Guntur.
" Kemana itu anak... Kok aku jadi khawatir gini ya... Tidak mungkin setelah misi selesai akan mengambil misi lagi karena sangat berbahaya untuk tubuhnya yang kelelahan akibat misi sebelumnya... Minimal istirahat 3 hari baru boleh mengambil misi lagi, " gumam Guntur dalam hati.
" Tidak nak, " ucap Kakek Jin.
" Ragil... Apa kamu melihat Anisa? " tanya Aji yang sedari tadi hanya duduk di samping Guntur.
" Tidak pak... Tapi aku akan tanyakan kepada Nining... Aku permisi dulu, " ucap Ragil yang langsung melesat ke kawasan wanita.
" Ayah... Memangnya kenapa dengan Anisa? " tanya Lastri yang duduk di samping kakek Jin.
Kakek Jin tidak menjawab pertanyaan dari anaknya itu tapi malah meliriknya dan mengedipkan salah satu matanya.
Seketika Lastri langsung mengangguk mengerti. Didalam hati Lastri sangatlah bahagia dengan apa yang akan direncanakan ayahnya itu.
" Aku tidak menyangka kalau ayah akan berfikir sejauh itu... Semoga saja Guntur mau... Hihihi... Aku jadi tidak sabar, " gumam Lastri dalam hati.
" Oh iya kakek buyut... Sebenarnya siapa saja yang kakek buyut bawa ini? Jujur aku dari tadi mengobrol bahkan kita tertawa bersama tidak tau nama mereka, " tanya Guntur.
" Astaga.... Ahahahaha... Kakek lupa karena saking bahagianya.... Baiklah... Jin Bun... Mereka semua adalah kakek dan nenekmu dan juga anak kecil itu adalah bibi mu! " ucap Kakek Jin.
" Ehh... kakek? Bibi? " tanya Guntur heran.
" Iya... Itu karena dia anak dari kakek dan nenekmu yang bernama Jin Yuan sedangkan istrinya bernama Viona... Nah bibi kecilmu ini namanya Jin Yi kau bisa memanggilnya Cecilia... "
" Nah kakek pertamamu ini bernama Jin Yuan terus yang ke 2 Jin Fang terus baru nenekmu Jin Yue atau Lastri terus Jin Huang... Nantilah jika kau berkunjung ke keluarga Jin kau akan tau semuanya... Hanya mereka yang bisa ikut dan yang lain tidak bisa karena sedang kuliah... Mereka adalah si kembar yang bernama Jin Shu dan Jin Shi, " jelas kakek Jin.
" Ternyata nenek dan kakekku banyak sekali! " ucap Guntur heran.
" Ahahaha... Itu baru di keluarga Jin nak... Belum lagi di keluarga Samudra, lebih banyak lagi... Hmm... Ada 9 kakek dan nenekmu... Ahahaha, " ucap Aji Samudra.
" Astaghfirullah! " ucap Guntur terkejut.
" Baiklah Jin Bun... Apa kita bisa dimulai sekarang? Hehehe, " tanya kakek Jin tidak sabar.
" Hmm... Baiklah... Aku ganti pakaian dulu, kita diluar saja kakek buyut, " ucap Guntur sambil beranjak ke kamarnya.
Beberapa saat kemudian Guntur telah berdiri beberapa meter didepan kakek Jin, semua orang telah ada diluar Gubuk.
" Jin Bun... Keluarkan semua kekuatanmu... Hehehe, " ucap kakek Jin.
" Apa kakek buyut yakin? " tanya Guntur.
" Hohoho... Apa kau meremehkan kakek tua ini nak? " tanya kakek Jin kembali.
" Hahhhhhhhhhh..... Baiklah, " ucap Guntur pasrah.
Setelah itu Guntur menjentikkan jarinya. Seketika itu area sekitar gubuk berubah bagaikan sebuah kaca yang terpecah belah. Orang-orang yang akan melihat pertarungan mereka tiba-tiba tergeser dari tempatnya dan berhenti setelah jarak mereka cukup jauh.
Gubuk milik Guntur pun juga tergeser menjauh. Alam sekitar pun sebenarnya tidak berubah, akan tetapi seperti terpecah secara acak dari semestinya.
Semua orang yang ada di sana langsung tercengang.
" Kenapa tempat ini jadi seperti kaca yang terpecah begini? " tanya Jin Fang.
" Sebenarnya dimana ini? " tanya Jin Yuan.
" Papa, mama... Aku takut! " ucap Jin Yi.
" Jangan takut Yi'er... Papa dan mama ada disini, " ucap Viona juga kebingungan.
Semua orang dari keluarga Jin dibuat bingung dengan semua ini tapi tidak dengan Aji dan juga Lastri.
" Dimensi cermin... Aku tidak menyangka kalau cucu kita akan berbuat seperti ini Nyai, " ucap Aji sambil tersenyum.
" Benar Mas... Hanya Sang Pepet yang bisa melakukan ini... Tapi cucu kita juga bisa melakukannya bahkan ini jauh lebih sempurna dari dunia cermin Sang Pepet, " ucap Lastri.
" Adik Aji... Apa kau tau dimana kita sekarang? " tanya Jin Yuan.
" Dimensi cermin! " ucap Aji sambil tersenyum.
Seketika semua orang keluarga Jin terkejut oleh ucapan Aji.
" Dunia Cermin? " tanya Jin Fang.
" Benar koko... Ini adalah dunia cermin yang Guntur buat... Hanya seorang Aksara yang sanggup melakukan ini itu pun hanya Sang Pepet dan aku juga baru tau kalau Guntur juga bisa melakukannya bahkan lebih sempurna dari Sang Pepet, " ucap Lastri.
" Sungguh aku baru kali ini melihat dan merasakan ini! " ucap Jin Huang.
Sementara itu Guntur tersenyum melihat kakek Jin yang masih terkejut dengan semuanya.
" Kini kita semua masuk ke dunia cerminku kek... Aku tidak mau kalau pertarungan kita nanti akan menghancurkan tempat ini, apalagi padepokan... Ini hanya untuk keamanan saja kek, jangan khawatir... Hehehe, " ucap Guntur.
" Hmm... Kau sungguh pintar nak... Baiklah mari kita mulai! " ucap kakek Jin.
Setelah itu keduanya memasang kuda-kuda mereka dan hanya saling pandang satu sama lain.
Kesunyian melanda dunia cermin yang mana orang-orang yang melihat pertarungan dibuat tegang. Mereka bisa merasakan antara 2 kekuatan yang berbeda.
Kakek Jin langsung mengeluarkan auranya yang sebagai kultivator sedangkan Guntur langsung mengeluarkan aura seorang Aksara dan juga Jawara.
" Bangggg.... Ngiiiiinnggg.... Wuuussssshhh " Aura dan gelombang kejut dikeluarkan oleh Guntur dan kakek Jin.
Setelah beberapa saat mereka terdiam mereka mulai menyerang satu sama lain setelah mendengar suara ******* dari Jin Huang.
" Haaahhhhhhh "
" Seetttt.... Wuuussshhh..... Duuuuaaaarrrr.... "
" Booommmm "
Terdengar suara ledakan dari pertarungan mereka.
Beberapa menit berlalu begitu cepat. Guntur dan kakek Jin telah bertukar tinju dan tendangan mereka. Suasana didalam dunia cermin begitu tegang. Dalam beberapa menit saja telah nampak begitu banyak lubang di tanah yang dibuat oleh mereka.
" Cengkraman Harimau tahap pertama Cakar Harimau! " gumam kakek Jin yang langsung mencoba mencabik-cabik Guntur akan tetapi Guntur dengan mudah menghindar dari jurus yang dikeluarkan kakek buyutnya.
Setelah itu Guntur langsung memperpendek jaraknya dengan kakek Jin.
" Gelombang Buta : Gajul 3 Arah! " gumam Guntur.
Seketika kakek Jin dibuat waspada dengan jurus yang dikerahkan oleh Guntur dan begitu kaki Guntur terangkat dengan cepat didepan kepala kakek Jin, kakek Jin langsung membuat pelindung dari jurus bertahan yang kakek Jin pernah pelajari.
" Tangan Besi : Besi Pelindung " gumam kakek Jin.
Seketika terdengar suara seperti sedang besi dipukul begitu cepat dan keras.
" Dduaaannnggg.... Duaaanggg.... Duaaanggg "
Kedua Jurus berbenturan dengan kuat. Gelombang ledakan dari kedua jurus itu pun sampai terasa dirasakan oleh orang-orang yang melihat pertarungan mereka.
Setelah kakek Jin menahan serangan Guntur, kakek Jin langsung melompat ke belakang.
" Sungguh mengerikan tendangan dari buyutku ini... Sekali tendangan tapi 3 arah dan itu sangat cepat... Jika aku masih di ranah Tiran, sudah pasti kepalaku akan langsung meledak dibuatnya, " gumam Jin Juan dalam hati.
Guntur yang melihat Kakek buyutnya yang nampak seperti melamun pun langsung menyerangnya kembali.
Kakek Jin pun langsung tersadar dan langsung sigap memblokir semua serangan yang diberikan oleh buyutnya itu.
Disisi lain Jin Yuan yang melihat pertarungan mereka dibuat terkejut oleh Guntur. Bagaimana tidak anak yang baru berusia 20 tahun tapi sudah memiliki kekuatan sebesar dan semengerikan ini.
" Aku tidak menyangka Jin Bun mempunyai kekuatan sebesar dan semengerikan ini, " ucap Jin Yuan.
_***_
Sementara itu Ragil yang telah kembali dari mencari dan menanyakan kenapa Anisa tidak ada di padepokan kepada Nining, kembali ke gubuk milik Guntur dan dibuat bingung.
" Lah... Kenapa gubuk kosong? Kemana mereka pergi... Apa sudah pulang, tapi kenapa aku tidak tau... Aura mereka pun tidak aku rasakan.... Aneh, " gumam Ragil pelan.
Ragil pun masuk kedalam gubuk milik guntur. Akan tetapi Ragil melihat sebuah toya hitam dengan ukiran tulisan jawa kuno yang terpajang didinding anyaman bambu.
Rasa penasaran Ragil pun memuncak dan segera mendekati toya tersebut.
" Toya apa ini? Kenapa aku merasakan sesuatu yang sangat mengerikan yang tersimpan pada toya ini? " tanya Ragil penasaran.
Disaat Ragil ingin menyentuh toya itu, tiba-tiba ukiran tulisan jawa kuno berwarna keemasan tersebut bersinar terang. Toya yang terpajang itupun langsung bergetar. Tidak lama setelah itu toya itupun langsung melesat sebelum hilang entah kemana.
" Uaaasssuuuwww.... Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa toya itu tiba-tiba menghilang? " tanya Ragil yang terkejut.
_***_
Di dimensi cermin Guntur dan kakek Jin masih saja bertukar jurus. Dimensi itu pun seperti diterjang hujan meteor. Banyak sekali kawah-kawah entah itu besar ataupun kecil.
" Ahahaha... Jin Bun kau sungguh kuat di umurmu yang sekarang bahkan kau bisa membuat kakek tua ini menggunakan 50% dari kekuatanku... Hanya saja dalam pertarungan kau belum berpengalaman, " ucap kakek Jin.
" Ahhh.... Kau benar kakek buyut... Aku memang belum berpengalaman dalam pertarungan tapi aku akan mengeluarkan semua kekuatanku untuk mengalahkan mu, " ucap Guntur dengan nafas yang tersengal-sengal.
" Kakek buyut memang sangat kuat... Aku sampai dibuat kalang kabut olehnya... Tapi aku sangat senang dengan ini hehehehe, " gumam Guntur dalam hati.
Saat itu juga Guntur membuka pintu Aksara ke 6 nya dan juga pintu Jawara ke 3 nya.
Langsung saja aura seorang Aksara dan jawara meledak sangat kuat.
" Baaannnggggggg..... Nggiiiinnnggg.... Wuuusshhh "
Gelombang energi pun melebar dengan kuat. Menyapu dimensi cermin yang dibuat oleh Guntur.
" Astaga... Aura ini sangat kuat, " ucap Jin Huang.
" Aku benar-benar tidak menyangka Jin Bun akan sekuat ini, " ucap Jin Yuan.
" Mama aku takut... Hiks... Hiksss, " rengek Jin Yi sambil terisak.
" Tenanglah sayang... Ada mama dan papa disini, " ucap Viona sambil menenangkan Jin Yi.
Semua orang yang melihat pertarungan itu sampai bergidik ngeri oleh aura milik Guntur.
" Huahahahahaa.... Cucu kita sangatlah kuat... Aku bangga dengan dia... Tapi dengan kekuatan yang semengerikan ini entah apa yang akan dia pikul di masa depan, " ucap Aji penasaran sambil pikirannya menerawang jauh.
" Benar adik... Tidak mungkin tidak ada hal yang sangat mengerikan di masa depan, " ucap Jin Yuan juga penasaran.
" Entah apapun itu kita tidak bisa untuk berdiam diri saja, " ucap Lastri menganggukkan kepalanya.
" Sebagai mantan Jawara yang dulu ikut berperang melawan penjajah, mungkin setelah ini, aku sendiri yang akan melatih Guntur, " ucap Aji.
" Lebih baik kita semua yang melatih Guntur adik... Walaupun hanya Yue'er saja yang seorang Jawara diantara keluarga Jin, tapi masing-masing dari kami memiliki keahlian sendiri-sendiri, " ucap Jin Yuan.
" Benar... Aku setuju dengan kakak, " ucap Lastri.
Kembali ke pertarungan.
" Ohohoho... Rupanya kau mulai serius buyutku... Baiklah aku juga akan serius kali ini! " ucap kakek Jin yang langsung menatap Guntur dengan tajam.
Kakek Jin tiba-tiba menggerakkan tangan kanannya dan saat itu juga pedang besar muncul dari kekosongan.
Pedang besar itu memiliki lebar 30 cm dengan panjang 150 meter. Pegangan yang terbuat dari logam yang sangat kuat dan panjang pegangannya mencapai 30 cm. Kepala harimau putih yang sedang membuka mulutnya yang menampakan gigi taringnya yang mana itu sebagai sambungan pedangnya, lantas pedangnya sendiri pun seperti golok tapi lebar dan panjang dengan mata pedang yang sangat tajam.
Pedang itu adalah pedang warisan dari keluarga Jin. Semua orang yang menyaksikan pedang itu dibuat heran sekaligus kagum dengannya. Sebab pedang itu hanya dikeluarkan oleh kakek Jin jikalau keadaan genting saja dan itu hanya sekali dalam hidup mereka melihat pedang itu dan ini yang ke 2 kalinya melihat pedang itu.
" Kenapa ayah mengeluarkan pedang itu hanya untuk latih tanding dengan Jin Bun? Apa itu tidak berlebihan? "tanya Jin Huang.
" Kita lihat saja apa yang dilakukan ayah... Kita juga tidak bisa meremehkan Jin Bun, " ucap Jin Fang yang di anggukan semua orang termasuk Aji dan Lastri.
Guntur yang melihat pedang milik Kakek Buyutnya itu dibuat melongo.
" Pedang apa itu... Kenapa aku merasa pedang itu memiliki aura membunuh yang begitu kuat... Hmm... Baiklah jika kakek buyut ingin menggunakan senjata maka aku juga akan menggunakan Toyaku... Tapi, jika Toya Aksara yang asli aku takut pedang itu akan hancur jika dengan kekuatan penuh... Aku akan menggunakan Toya Tiruan saja, " gumam Guntur dalam hati.
Setelah itu Guntur menarik Toya Aksara tiruannya yang dia pajang di dinding anyaman bambu pada gubuk miliknya. Dengan melambaikan tangan toya itu langsung melesat sambil berputar-putar ke arah Guntur.
" Tap.... Ngiiiiiiinnngggg...... "
Guntur langsung menangkap tepat ditengah toya tersebut.
" Huh... Sebuah Toya? " tanya kakek Jin dalam hati.
" Kakek buyut... Apa kita bisa mulai sekarang? " tanya Guntur sambil tersenyum.
" Hohoho.... Apa kau sudah tidak sabar? Kalau begitu bersiaplah! " ucap kakek Jin yang langsung melesat kearah Guntur sambil mengayunkan pedang besarnya.
Tapi di saat mata pedang itu tinggal beberapa jengkal lagi dari leher Guntur. Guntur pun langsung menghindar dari serangan kakek Jin dengan cara membungkukkan badannya dan langsung melesat cepat dibelakang kakek Jin.
" 500 kg! " gumam Guntur yang memerintahkan toya miliknya dengan berat yang sesuai perintahnya dan juga mengalirkan energi alam dari dalam tubuhnya.
Guntur langsung mengayunkan toya tersebut dipunggung kakek Jin akan tetapi, kakek Jin yang sudah mengetahui serangan Guntur pun membalikkan badannya dengan cepat dan memblokir serangan toya tersebut dengan pedang besarnya.
Tapi....
" Duaaaaaaannnnggggggggg..... "
Begitu toya itu memukul pedang besar milik kakek Jin, kakek Jin yang menahan serangan toya itupun terpental sejauh 500 meter dan berhenti setelah kakek Jin menancapkan pedang besar itu ke tanah.
" Astaga... Sebenarnya toya apa itu? " tanya kakek Jin dalam hati.
Sementara orang-orang yang menyaksikan kejadian itu langsung saja dibuat tercengang oleh Guntur.
" Astaga... Ayah sampai terpental sejauh itu, " ucap Jin Huang.
" Toya apa itu? " tanya Jin Fang.
" Wahhhh mama lihat kakak itu bisa buat kakek terpental jauh! " ucap Jin Yi yang berumur 7 tahun itu takjub.
" Yi'er kamu jangan panggil orang itu dengan sebutan kakak... Tapi adik... Adik Bun... Oke? ". Ucap Viona yang di anggukkan oleh Yi'er.
" Mas... Apa kau tau toya itu, mas? " tanya Lastri dengan heran.
" Tidak Nyai... Aku tidak tau... Tapi aku sempat melihat toya itu terpajang di dinding gubuk Guntur, " ucap Aji yang masih tercengang.
Sementara kakek Jin langsung berdiri tegak sambil mencabut pedang besarnya dan melesat cepat ke arah Guntur.
Guntur tetap tenang melihat kakek buyutnya melesat cepat ke arahnya.
" 150 ton! " gumam Guntur pelan sambil menancapkan toya itu ke tanah.
Dan disaat kakek Jin sudah dekat dengan Guntur, kakek Jin langsung mengayunkan pedang besarnya itu ke arah Guntur dari samping kanan, akan tetapi Guntur pun menggeser tubuhnya ke sisi kiri toya yang ditancapkannya di tanah.
" Duuaaaannngggg..... "
Seketika pedang besar itu pun bergetar hebat bahkan kakek Jin sampai melepaskan pedang besar itu dari tangannya.
Pedang besar itu pun langsung terpental sejauh 300 meter dan menancap di tanah. Sedangkan tangan kakek Jin langsung bergetar hebat juga merasakan nyeri pada tangannya.
Guntur yang melihat itu pun tersenyum.
" Kakek Buyut, apa kau menyerah? " tanya Guntur.
" Sial.... Bahkan sudah 70 % dari kekuatanku pun tidak bisa menyentuhnya jika dia memakai toya nya, " gumam kakek Jin dalam hati.
" Jin Bun... Toya apa itu... ? " tanya kakek Jin.
" Kakek buyut... Aku menamainya dengan Toya Aksara... Toya ini bisa dibilang toya gravitasi, " ucap Guntur santai.
" Toya Aksara? Toya gravitasi? " tanya kakek Jin bingung.
" Toya ini memiliki ukiran pola aksara jawa kuno yang aku ciptakan dan dari pola itulah aku bisa membuat berat ringannya toya ini bahkan panjang pendeknya juga... Seperti saat kakek Jin terpental tadi, aku membuat berat toya ini seberat 500 kg dan yang barusan 150 ton... Maka dari ini disaat pedang besar milik kakek terbentur toya ini pedang besar itu langsung terpental jauh karena tidak bisa mematahkan bahkan menggeser toya ini, jika kakek melakukannya dengan kekuatan penuh apalagi pedang besar itu dialirkan energi dari kakek sudah dipastikan pedang besar itu akan hancur, " jelas Guntur.
" Astaga 500 kg.... 150 ton... Untung hanya 70 % saja jika kekuatan penuh... Apa yang akan aku katakan pada leluhur di alam sana kalau pedang itu sampai hancur, " gumam kakek Jin dalam hati.
" Guntur kakek menyerah! " ucap kakek Jin.
" Hehehe... Akhirnya aku menang! " ucap Guntur sambil cengengesan.
" Guntur... Memang aku akui kau sangatlah kuat jika kau membuka pintu-pintu aksaramu tapi jika kau hanya mengandalkan pintu jawaramu kau sangat lemah walaupun kekuatan dan fisikmu itu abnormal, itu dikarenakan kau kurang berpengalaman dalam bertarung... Mungkin jika lawan mu itu Anisa sendiri, kau akan kalah telak jika kau hanya mengandalkan kekuatan jawaramu... Guntur kau harus menjadi lebih kuat lagi itu karena kakek memiliki firasat jika di masa depan kau akan memikul beban yang sangat berat tapi kakek buyut tidak tahu itu apa, " jelas kakek Jin.
" Ternyata kakek buyut juga merasakannya, " gumam Guntur dalam hati.
" Baik kakek buyut, " ucap Guntur patuh.
" Baiklah.... Tapi ngomong-ngomong... Dimana pedangku! " teriak kakek Jin dengan keras.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments