Medhi Canthaka

Malam yang begitu dingin di puncak bukit dengan sedikit kabut menutupi bukit itu. Terlihat seorang gadis yang sedang duduk didepan api unggun sendirian ditengah malam.

Gadis itu terus memikirkan seseorang yang sangat dia cintai pada pandangan pertamanya. Kejadian saat di padepokan pancanaka itulah pertemuan pertamanya setelah sekian lama gadis itu menunggu laki-laki yang menjadi bagian dari padanya. Sang Hyang Aksara, itulah bagian dari dirinya yang laki-laki itu adalah Guntur Samudra.

Lamunan tentang wajah tampan Guntur terus membayanginya. Walau saat itu dalam keadaan genting tapi sudah cukup bagi gadis itu untuk terus memikirkannya.

" Husna ". Ucap seorang wanita berdiri tepat dibelakangnya.

" Astaghfirullah... Ne-nenek Lastri... ". Ucap Husna terkejut.

Lastri pun langsung duduk disamping kiri Husna.

" Apa yang kau pikirkan? ". Tanya Lastri.

" Ti-tidak ada nek... ". Ucap Husna gugup.

" Ceritakan saja sama nenek... Tidak apa-apa... ". Ucap Lastri sambil tersenyum menatap lembut Husna.

" Gu-Guntur nek... ". Ucap Husna pelan.

" Guntur? Ada apa dengan Guntur nak? ". Tanya Lastri.

Disaat Lastri ingin menanyakannya lebih jauh, Husna hanya terdiam membisu dan menunduk. Air matanya mulai berjatuhan membasahi cadar yang Husna kenakan. Lastri tentu mengerti akan hal itu.

" Husna... Setiap apa yang kita harapkan pasti akan ada hasilnya. Kau tau Guntur juga melakukan hal yang sama jika dia teringat tentang kalian... Sebenarnya Guntur tidak mau untuk melakukannya tapi mengingat kalian adalah bagian darinya mau tidak mau dia lakukan apa adanya... Percayalah Guntur akan selalu berlaku adil ".

" Jangan kau risaukan akan hal itu... ". Jelas Lastri sambil mengelus punggung Husna.

" Aku mengerti nek... Oiya nek, kapan mereka akan menikah? ". Tanya Husna sambil menyeka air matanya.

" Secepatnya sayang... Ini nenek kemari juga karena ingin meminta data Guntur untuk mengurus pernikahan... ". Ucap Lastri sambil tersenyum.

" Kenapa tidak secara agama saja nek... Aku takut kalau jadi fitnah... ". Tanya Husna polos.

" Husna... Jika tidak dengan negara juga nanti negara tidak punya data pernikahan dan bila terjadi sesuatu nanti negara juga tidak bertanggung jawab... Misal akta kelahiran anak, surat tanda penduduk dan lain sebagainya... ". Ucap Lastri menjelaskan.

" Hmm... Jadi begitu ya.. Berarti besok aku juga begitu ya nek... ". Tanya Husna.

" Tidak Husna... Besok kau hanya secara agama saja karena negara tidak membolehkan hal itu bila menikah dengan 2 istri... ". Jelas Lastri.

" Begitu ya nek... Tidak apa-apa, yang penting secara agama itu sah aku sudah sangat senang nek... ". Ucap Husna dengan polos.

" Anak yang sangat baik dan polos... Jika itu aku mungkin aku tidak akan menerimanya... Guntur, kau sangat beruntung bisa memiliki Husna.... ". Gumam Lastri dalam hati.

_***_

2 bulan sudah Guntur dan Ridwan melakukan latihan bersama bahkan pintu Jawara ke 3 Ridwan pun terbuka karena Guntur menyuruh Ridwan untuk berendam di air dingin sejak 1 bulan yang lalu hingga sekarang.

Guna berendam disamping memperkuat fisik juga memperkuat secara spiritualnya. Guntur menyuruh Ridwan untuk menyerap energi murni disekitar padepokan sambil berendam.

Malam ini Ridwan melakukan latih tanding dengan Guntur tanpa pemberat tubuh yang mana sudah mencapai 100 kg. Nampak kekar dan juga atletis tubuh Ridwan.

" Ayo serang aku lagi bro... Kau sedikit lagi bisa untuk mengontrol tubuhmu... ". Teriak Guntur beberapa meter di depan Ridwan.

" Siap mas.... ". Ucap Ridwan lantas melesat sangat cepat ke arab Guntur.

Guntur pun juga melesat cepat kearah Ridwan sambil melancarkan serangan acak. Ridwan pun melakukan hal yang sama tetapi Ridwan menggunakan jurus Condro Geni nya.

" Wush... Wush... Booom... Booomm... ".

Suara dentuman terus didengar dibelakang gubuk milik Guntur yang sudah nampak seperti lapangan itu.

" Bagus bro... Kau semakin kuat saja dan kau hanya perlu mengontrol lebih akurat lagi... ". Ucap Guntur yang masih menangkis serangan berupa pukulan dan tendangan dari Ridwan.

" Itu karena mas Gun yang terus melatihku... ". Ucap Ridwan dengan semangat.

" Baiklah... Sekarang hindari jurus ciptaanku... Bersiaplah... ". Ucap Guntur dengan tenang.

" Ehh... Jurus ciptaan? Tu-tunggu dulu... ". Ucap Ridwan dengan perasaan yang langsung tidak enak tapi terlambat karena Guntur tiba-tiba melesat lebih cepat sampai Ridwan tidak bisa melihat Guntur yang sudah berada dibelakangnya.

" Tusukan Seribu Tahun ". Gumam Guntur sambil menyatukan kedua telapak tanggannya dan langsung mengepalkan telapak tangannya itu kecuali 2 jari, jari telunjuk dan jari tengah.

Ketika Guntur sudah siap Guntur langsung berjongkok dibelakang tubuh Ridwan dan melepaskan jurus ciptaannya itu ke panttatt milik Ridwan.

" SINGKEKKKK..... ". Teriak Guntur.

" Hyaatttt... Settt... Jleebbb.. ".

Seketika kedua jari itu menusuk goa Medhi Canthaka milik Ridwan, Ridwan pun langsung menunjukan ekspresi yang tidak bisa dilukiskan oleh siapapun. Sambil meringis penuh derita Ridwan berteriak histeris.

" JJJIIIAAANNN CCOOOOOOOKKKK ".

Seketika itu Ridwan langsung terpental beberapa meter kedepan sambil berguling-guling diatas tanah bak cacing yang sedang kepanasan.

Sementara Guntur tertawa terpingkal-pingkal penuh kemenangan.

" Bbbbhhhuaaahahahahahaha..... ". Tawa Guntur langsung pecah tidak tertahankan lagi.

" Aaaaaaaaaa..... ". Teriak Ridwan yang masih menggosok-gosokan panttattnya diatas tanah.

" Lah... Kenapa bro.... ". Tanya Guntur sambil menahan tawa melihat Ridwan dengan ekspresi membagongkan.

" Aku kotor.... Aku hina... Pecah sudah selaput Medhi Canthaka milikku.... Huhuhuhu ". Ucap Ridwan yang meringis kesakitan.

Pecahlah sudah tawa Guntur yang tidak bisa ditahan lagi.

" Wuahahahahahha.... Asem.... Duhh... Sakit perutku.... ". Tawa Guntur sambil mengusap air matanya karena tertawa.

Beberapa saat kemudian keduanya beristirahat seperti biasa didepan gubuk. Akan tetapi sampai saat ini Ridwan masih saja meringis apalagi saat berjalan dan juga saat duduk.

" Mas... I-itu jurus kenapa sangat sadis... ". Ucap Ridwan.

" Lah wahahahhaa.... Bagaimana? Mau lagi? ". Tanya Guntur sambil tertawa.

" Emooooooohhhh... Sakit banget tau mas... Eh mas... Bolehkah aku memiliki jurus itu juga? Hehehe.... ". Ucap Ridwan sambil tersenyum penuh makna.

" Eh... Hmm... Boleh sih... Tapi... Untuk apa kau mempelajari jurus itu? ". Tanya Guntur penasaran.

" Eh... Ya untuk menambah jurusku mas... Aku sangat tertarik dengan jurus itu... ". Ucap Ridwan.

" Baiklah.... Nanti aku ajarkan jurus itu ". Ucap Guntur.

" Terima kasih mas.... Oh iya mas kenapa mas Gun belum juga membuka pintu Jawaramu... Padahal sudah lama mas Gun ngendok di pintu ke 3...". Tanya Ridwan.

" Haihh... Begini bro bukannya aku itu sombong atau gimana tapi aku berbeda dari para Jawara lainnya... ". Ucap Guntur sambil melihat api unggun.

" Berbeda? Maksudnya gimana mas? ". Tanya Ridwan bingung.

" Aku membutuhkan energi alam yang sangat murni dalam jumlah lebih banyak dari para Jawara lainnya... Maka dari itu akan lama untukku membuka di setiap pintu, apalagi semakin banyak pintu yang terbuka maka akan semakin sulit untuk membukanya... ". Ucap Guntur.

" Hm... Apakah mas Gun melatih tehnik khusus? ". Tanya Ridwan.

Guntur menggelengkan kepalanya " Tidak bro... Cuma itu saja perbedaanya antara Jawara lain denganku... ". Ucap Guntur.

" Ahh... Entah kenapa aku semakin penasaran dengan mas Gun... Seperti menyembunyikan sesuatu... ". Gumam Ridwan dalam hati.

" Sudahlah bro tidak usah kau pikirkan, yang penting kita semakin lebih kuat dari sebelumnya... ". Ucap Guntur.

" Baiklah mas Gun... ". Ucap Ridwan mengangguk.

_***_

Keesokan harinya, Guntur yang sedang berlatih sendirian menggunakan toya nya dibelakang gubuk miliknya sedangkan Ridwan berlatih bersama gurunya dan murid lainya di padepokan.

Ketika sedang serius untuk berlatih, Guntur merasakan kehadiran kedua orang yang ternyata adalah nenek dan kakeknya. Seketika Guntur menghentikan latihannya dan berjalan kearah mereka.

" Kakek... Nenek.... ". Ucap Guntur sambil salim kepada Lastri dan Aji.

" Guntur... Berapa kilo pemberat tubuhmu itu? ". Tanya Aji penasaran.

" Ini hanya 450 kg saja kek... ". Ucap Guntur sambil tersenyum.

Sementara Lastri hanya menggelengkan kepalanya " Hanya 450 kg? ". Gumam Lastri dalam hati.

" Jangan terlalu memaksakan diri nak... ". Ucap Aji menasehati.

" Jika aku yang memakai itu selama 3 jam bisa-bisa encokku kambuh ". Gumam Aji dalam hati.

" Tidak kok kek maksimalku baru 750 kg saja itu pun hanya 3 jam yang bisa aku angkat, hehehe ". Ucap Guntur sambil tersenyum.

" Astaghfirullah ". Ucap Lastri dan Aji serempak.

" Hehe... Ada apa kek.. Nek... ". Tanya Guntur.

" Lebih baik kita bicarakan didalam gubukmu nak... ". Ucap Aji.

" Baiklah ". Ucap Guntur.

Sesampainya mereka di dalam gubuk, mereka langsung membicarakan niat mereka mendatangi Guntur.

" Nak... Apakah kau sudah siap untuk menikah? ". Tanya Aji.

Guntur yang mendengar itu pun tersenyum " Kek... Siap atau tidak, mau atau tidak, itu juga akan segera terjadi tapi, aku ingin pernikahanku dirahasiakan... Biarlah kita saja yang tau tentang ini... ". Ucap Guntur.

" Kalau itu kami tidak masalah mengingat kalian juga masihlah sangat muda... Kau tenang saja masalah urusan pernikahan kami sudah urus semuanya jadi kau tinggal terima jadi saja... ". Ucap Aji.

" Hmm... Baiklah kek tapi bagaimana dengan Anisa? ". Tanya Guntur.

" Kau tenang saja, Anisa tidak akan menolak masalah ini... Sekarang ini Anisa sedang pulang untuk membicarakan masalah ini bersama kakek buyutmu... ". Ucap Lastri.

" Ehh... Kakek buyut? ". Tanya Guntur terkejut.

" Benar... Kakek buyut telah berjanji tentang masalah itu kepada Anisa karena misi yang diterimanya dari kakek buyutmu.... ". Ucap Lastri.

" Misi? Tunggu... Sebenarnya apa yang terjadi... ". Tanya Guntur penasaran.

Lalu Lastri menceritakan yang sesungguhnya kepada Guntur tentang awal mula kenapa identitasnya terbongkar. Guntur mendengarkan dengan serius.

Setelah Lastri dan Aji selesai menceritakan hal itu Guntur mulai mengerti.

" Aku tidak menyangka kalau Anisa ikut andil dalam masalah identitasku... ". Ucap Guntur yang sedikit terkejut mendengar semua itu.

" Nak... Jangan salahkan Anisa... Semua itu karena sudah di takdirkan hanya saja Anisa juga terikat dalam masalah itu... ". Ucap Lastri.

" Nek... Aku tidak mempermasalahkan itu... Yang sudah terjadi biarlah terjadi lagi pula aku juga sangat bersyukur dengan adanya itu... ". Ucap Guntur sambil tersenyum.

" Alhamdulillah... Kalau begitu bersiaplah nak... ". Ucap Lastri sambil tersenyum.

" Baiklah ". Ucap Guntur.

_***_

Anisa yang pulang kampung bersama dengan kakek Jin menggunakan mobil mewah milik kakek Jin memasuki halaman keluarga Ma.

Anisa selama beberapa bulan ini tidak bertemu dengan Guntur karena banyak misi yang dia ambil bersama dengan Ragil.

Mobil mewah yang dikawal oleh beberapa pengawal dan juga aparat itu berhenti tepat di pintu gerbang kediaman keluarga Ma.

Melihat mobil mewah dan beberapa mobil pengawal yang juga mewah juga serta mobil aparat, salah satu penjaga pintu gerbang keluarga Ma itu mendekati salah satu mobil untuk menanyakan perihal apa yang membuatnya datang ke keluarga Ma.

Salah satu aparat pun turun dari mobilnya untuk menjelaskan pada penjaga keluarga Ma.

" Maaf apa yang bisa kami bantu... ". Ucap penjaga gerbang itu.

" Maaf kan kami... Kami hanya mengantarkan pemimpin keluarga Jin untuk berkunjung di keluarga Ma... ". Ucap aparat itu.

Penjaga mendengar pemimpin keluarga Jin datang berkunjung itu pun langsung melebarkan matanya. Seakan seperti mimpi disiang bolong. Dengan masih dipenuhi rasa terkejutnya, penjaga itu langsung berteriak kepada temannya untuk membukakan pintu gerbang kediaman keluarga Ma.

" Buka gerbangnya keluarga Jin datang untuk berkunjung ". Teriak penjaga itu.

Mendengar teriakan temannya itu penjaga gerbang yang terdiam di depan pintu gerbang langsung terkejut dan membukakan gerbang kediaman keluarga Ma.

" Greeeekkkkk.... ".

Suara pintu gerbang keluarga Ma terdengar. Setelah terbuka semua mobil-mobil itu pun langsung masuk ke dalam.

Penjaga yang menanyakan kepada salah satu aparat tadi langsung menghubungi penjaga yang berada di dalam kediaman keluarga Ma.

Seketika mendengar kabar itu pun penjaga yang berada didalam keluarga Ma langsung terkejut dan berlari untuk menemui pemimpin keluarga Ma.

Pemimpin keluarga Ma yang bernama Ma Duan yang tengah duduk santai didalam rumah mewah itu langsung mengerutkan keningnya ketika salah satu penjaga mendatanginya.

" Ada apa... ". Ucap Ma Duan.

" Maaf kek... Pemimpin keluarga Jin beserta rombongannya datang berkunjung dan sekarang sudah berada di halaman rumah... ". Ucap penjaga itu.

Ma Duan mendengar itu pun langsung terkejut " Apa.... Kenapa Juan tidak menghubungiku terlebih dahulu.... Ada apa ini.... ". Ucapnya sambil terkejut.

Memang pantas untuk Ma Duan terkejut karena keluarga Jin di masa lalu tepatnya pada saat Ma Duan dan Jin Juan masih muda mereka bersahabat dan keluarga Jin banyak membantu keluarga Ma. Tapi mereka terpisah dan sudah sangat lama tidak bertemu kembali.

" Baiklah... Segera untuk menyambut kedatangan mereka... ". Ucap Ma Duan kepada penjaga.

Tiba-tiba terdengar suara gadis yang sudah berada di samping kanan Ma Duan.

" Tidak perlu kek... ". Ucap gadis itu.

Ma Duan yang mendengar suara yang tidak asing itu langsung menoleh ke sumber suara. Alangkah terkejutnya Ma Duan melihat siapa yang berbicara kepadanya itu.

" Yu-Yue'er..... ". Ucap Ma Duan dan langsung memeluk Anisa setelah sekian lama tidak bertemu.

" Kakek.... ". Ucap Anisa memeluk erat Ma Duan.

" Aku sangat merindukanmu nak.... ". Ucap Ma Duan sambil meneteskan air matanya.

" Aku juga kek... ". Ucap Anisa.

" Apa kau juga tidak merindukanku sahabatku... ". Tanya Kakek Jin yang sudah berada disamping mereka.

Ma Duan pun langsung melepaskan pelukannya kepada Anisa dan menoleh ke arah kakek Jin.

" Astaghfirullah... Tentu saja sahabatku... ". Ucap Ma Duan sambil memeluk kakek Jin.

" Sudah sangat lama kita tidak bertemu... ". Ucap kakek Jin.

" Benar... Bagaimana kabarmu Juan... ". Tanya Ma Duan sambil melepaskan pelukannya.

" Yah seperti yang sudah kau lihat... ". Ucap kakek Jin.

" Ahh... Mari kita ke ruang tamu.... ". Ucap Ma Duan.

Mereka langsung ke ruang tamu untuk mengobrol. Tidak lupa Ma Duan memanggil semua anak-anaknya termasuk orang tua dari Anisa.

Anisa yang melihat ayah dan ibunya langsung memeluk erat mereka.

" Mama... Papa.... ". Ucap Anisa sambil memeluk keduanya.

" Kami sangat merindukanmu nak... ". Ucap ibu Anisa yang bernama Nada.

Nada adalah orang asli Bumi Nusantara yang menikah dengan Ma Lin anak tertua dari Ma Duan. Ma Duan memiliki 2 orang anak yaitu Ma Lin dan juga Ma Hua, saat ini mereka semua tengah berkumpul di ruang tamu untuk membicarakan masalah ini bersama kakek Jin. Anisa sendiri anak pertama sekaligus cucu pertama dari Ma Duan dan memiliki 4 orang adik yang mana mereka semua berada di pondok pesantren di sebuah kota cukup jauh dari kota yang mereka tempati yaitu Cirebon.

" Juan... Sebenarnya ada apa sampai-sampai kau datang tanpa menghubungiku terlebih dahulu... ". Tanya Ma Duan yang langsung pada intinya.

" Duan... Kau tidak berubah... Ahahaha... Begini... Aku kemari hanya untuk menepati janjiku kepada Yue'er kecil... Duan... Sudah siapkah kalian menjadi besanku? ". Tanya Kakek Jin sambil tersenyum.

Semua orang dari keluarga Ma terkejut bukan main.

" Besan? Tunggu paman Juan... Maksudnya bagaimana? ". Tanya Ma Lin ayah dari Anisa.

" Ahh... Kau pasti Ma Lin... Begini... Anisa akan menjadi bagian dari keluarga Jin ku... Tapi dia juga akan tetap menjadi bagian dari keluarga Ma kalian... Karena aku kemari ingin membicarakan masalah pernikahannya dengan buyutku yang bernama Jin Bun atau bisa kalian panggil Guntur Samudra, cucu dari anakku Sang Dom Menik Jin Yue yang menikah dengan Sang Macan Merapi Aji Samudra dari keluarga Samudra dari Putranya Si Ladhing Kembar Panji Samudra yang telah bertugas untuk selamanya dan istri dari Panji ini bernama Anjani, dia adalah anak dari Sang Pepet Pahing dan juga Sang Cakra Mugiman.... ". Jelas Kakek Jin yang mengatakan silsilah dari calon suami dari Anisa kepada keluarga Ma.

Duarrr......

Seketika semua orang terdiam. Siapa yang tidak kenal dengan keluarga Samudra, juga siapa yang tidak mengenal Sang Pepet dan Sang Cakra. Dimana para Legenda Bumi Nusantara itu adalah mereka semua. Sudah dipastikan kalau calon suami dari Anisa adalah cucu dari semua legenda itu sendiri.

" Su-subhanallah.... Yue'er... " Teriak Nada sambil memeluk anaknya itu dengan tangis bahagianya.

Semuanya tidak menyangka akan hal itu. Bisa dikatakan cucu tunggal dari semua legenda akan menjadi suami dari Anisa. Begitu juga dengan Ma Duan yang terdiam membisu karena kabar itu.

" Duan... Kenapa kau malah diam... ". Tanya kakek Jin.

" A-aku... Tidak menyangka dengan semua ini... Yue'er apakah ini alasanmu ketika kakek bertanya tentang pernikahan? ". Tanya Ma Duan kepada Anisa.

" Benar kek... Sudah lama aku menunggunya... Aku tidak mau menikah kalau bukan dengannya... ". Ucap Anisa dengan tegas.

" Apa itu artinya dia itu... ". Ucap Nada yang sudah tahu alasan Anisa tidak mau menikah.

" Benar ma.... Dia adalah Sang Hyang Aksara ". Ucap Anisa sambil tersenyum dibalik cadarnya.

Ma Duan pun langsung mengingat kembali saat ada seorang Aksara yang mendatanginya dimasa lalu setelah para penjajah itu berhasil dimusnahkan di Bumi Nusantara oleh para legenda itu.

" Kata-kata orang itu menjadi kenyataan... ". Ucap Ma Duan.

" Apa maksudmu Duan... ". Ucap kakek Jin penasaran.

" Dulu setelah kejadian itu ada seorang aksara Gila mendatangiku dan mengatakan kalau dimasa depan anak keturunanku akan menikah dengan seorang anak yang akan memberantas bala kurawa di Bumi Nusantara ini... Anak itu di juluki dengan Sang Hyang Aksara.... Disamping itu dia juga mendapat bantuan dari semua orang yang memihak padanya termasuk Jawara dari tanah Tirai Bambu yang bernama Kutivator terutama dari para pendampingnya atau istri-istrinya yaitu Srikandi Jawara dan Juga Srikandi Aksara.... Itu berarti.... Yue'er.... Kau.... ". Ucap Ma Duan.

" Benar kek... Akulah Srikandi Jawara itu dan untuk Srikandi Aksara, dia sekarang dalam masa pelatihannya bersama Sang Pepet.... Kami sudah pernah bertemu dan membicarakan masalah ini bersama dan kami sudah ikhlas dan rela satu sama lain.... ". Ucap Anisa.

" Astaga kenapa aku tidak tahu masalah ini... Duan kenapa kau tidak memberitahuku.... ". Ucap kakek Jin.

" Mana aku tahu kalau kata-kata dari Aksara Gila itu akan menjadi kenyataan... Tapi apapun itu aku sangat senang dengan kabar ini... Yue'er... Kakek setuju.... Bagaimana dengan kalian.... ". Tanya Ma Duan kepada anak-anaknya.

" Apakah kami berani menolak pinangan paman Juan untuk buyutnya kepada Yue'er?, ayah? ". Ucap Ma Lin yang di anggukan oleh Nada dan Ma Hua yang untuk saat ini belum menikah tapi sudah memiliki calonnya sendiri, yaitu Ragil akan tetapi Ma Hua masih merahasiakan hubungannya kepada semuanya kecuali Anisa. Karena Anisalah yang menjodohkan mereka walaupun belum pernah bertemu secara langsung tapi mereka saling berhubungan melalui media sosial.

Seketika itu Ma Duan dan Kakek Jin tersenyum bahagia begitu juga dengan seluruh keluarga Ma. Setelah itu mereka membahas pernikahan Anisa dengan Guntur dan akan terlaksana 2 minggu kedepan.

Sementara kakek Jin langsung menghubungi orangnya untuk mengurus data keduanya untuk dibawa ke KUA agar data mereka terurus dengan lancar dan cepat.

Terpopuler

Comments

Doo Bool

Doo Bool

hehe yang jelas ini sudah masuk dalam jaman modern tapi saya sengaja untuk tidak mencantumkan tahun didalam novel ini... hanya sisi lain dari jaman modern itu sendiri... maaf bila membingungkan tapi bila ada saran atau apa, tulis saja di komentar supaya saya bisa lebih bisa berkembang dalam menulis...

2022-09-04

1

Buang Sengketa

Buang Sengketa

ini zaman apa ya

2022-09-04

1

lihat semua
Episodes
1 Lahirnya Sang Hyang Aksara
2 Bangkitnya Syang Hyang Aksara
3 Turun Gunung
4 Bertemu Pria Misterius Dan Dikejar Burung Besi
5 Padepokan Pancanaka
6 Bethara Karang Penghuni Gubuk
7 Kata-kata Mutiara Dan Merenovasi Gubuk
8 Kedatangan Tamu Tak Diundang Digubuk
9 Gelandang Buta Dan Terkuaknya Identitas Sebagai Seorang Aksara.
10 Toya Aksara
11 Sebuah Harapan
12 Identitas Dan Sebuah Nama
13 Guntur vs Jin Juan
14 Bahaya
15 Kemenangan Dan Sakitnya Hati Kedua Srikandi
16 Kesederhanaan
17 Melatih Ridwan
18 Medhi Canthaka
19 Promosi Untuk Ridwan
20 Kecemasan Dan Kegugupan Guntur
21 Jin Shu
22 Aku Tahu Batasan Itu!
23 Ratu Betari
24 Taubatnya Ratu Betari
25 Kembar?
26 SAH
27 Maafkan Aku, Suamiku.
28 Kembali ke Padepokan Pancanaka
29 KONFLIK DI MASA LALU
30 KUBAH PELINDUNG ILUSI EMPAT ELEMEN
31 TERANCAM
32 TURNAMEN
33 MASUK KEDALAM PERANGKAP
34 Alisa vs Para Kajinan
35 Alisa vs Para Kajinan : Dimulainya Perang
36 Alisa vs Para Kajinan : Segawon Ireng
37 Alisa vs para kajinan : Bagaimana Mungkin?
38 Alisa vs Para Kajinan : Kemenangan dan Dimulainya Kembali Turnamen
39 Turnamen : Ridwan vs Rahmat
40 Turnamen : Umar vs Dimas
41 Turnamen : Penderitaan Seribu Tahun
42 Turnamen : Akhirnya Mereka Bertarung
43 Turnamen : Melepas Pemberat Tubuh
44 Turnamen : Mereka Yang Berada Di Level Yang Berbeda
45 TURNAMEN : SANG API PANDAWA
46 Menyembuhkan Umar Dan Ridwan
47 Setitik Cahaya Untuk Padepokan Kerambit Hitam
48 Aku Akan Selalu Mencintaimu
49 Dikala Hujan Lebat
50 Keluar Dari Rumah Sakit
51 Tombak Untuk Ridwan
52 Murid-Murid Sang Seribu Bayangan
53 Dasamuka Sang Raja Angkara
54 Kebenaran Dari Berpulangnya Sang Cakra
55 Jurus Sakral Untuk Seorang Legenda
56 KAJIN
57 Ujian Untuk Yuni
58 Sempurnanya Srikandi Aksara
59 Jangan Menjadi Sebuah Gelas Yang Kosong
60 Julian Arga Samudra
61 Putri Ayuning Samudra
62 Gea Si Boneka Rambut
63 Jangan Kau Kira Wanita Itu Lemah!
64 Penghianat
65 Penglihatan Julian
66 IDENTITAS GEA
67 Padepokan Yang Sedang Terancam
68 Jurus Yang Sangat Mengerikan
69 Flash Back : 4 Tahun Lalu
70 Pembantaian Masal
71 Latih Tanding
72 Serat Netra
73 Permainan Dimulai
74 Kekalahan Untuk Panca Soka
75 Gembel
76 Jin Shi
77 Cincin Dimensi
78 Artefak Kuno dan Sempurnanya Pedang Bai Hu
79 Harta Untuk Keluarga Jin
80 Para Boneka Guntur
81 Dimulainya Pertarungan
82 Bantuan
83 Dendam Jin Juan
84 Bethara Kalung
85 Kemunculan Indrajit
86 Sang Hyang Aksara vs Raja Angkara Dimulai
87 Kematian Indrajit
88 Musnahnya Sang Raja Angkara dan Sang Dukun
89 Dunia Bawah 3 Tahun Yang Lalu
90 Teringat Akan Mimpi Masa Lalu Anisa
91 Sebuah Terobosan Yang Dibayar Dengan Sebuah Aib
92 Kembali Berlatih Bersama
93 Roro Zara Apsarini
94 Sedulur Papat Lima Pancer
95 Pelatihan Terlarang
96 Keberhasilan Sang Pemalas
97 Sang Api Pandawa dan Sang Pedang Angin
98 Bangkitnya Seorang Titisan
99 Ratu Lebah dan Pecahnya Segel Yuni
100 Gaman
101 Persiapan Turnamen Antar Padepokan
102 Keberangkatan
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Lahirnya Sang Hyang Aksara
2
Bangkitnya Syang Hyang Aksara
3
Turun Gunung
4
Bertemu Pria Misterius Dan Dikejar Burung Besi
5
Padepokan Pancanaka
6
Bethara Karang Penghuni Gubuk
7
Kata-kata Mutiara Dan Merenovasi Gubuk
8
Kedatangan Tamu Tak Diundang Digubuk
9
Gelandang Buta Dan Terkuaknya Identitas Sebagai Seorang Aksara.
10
Toya Aksara
11
Sebuah Harapan
12
Identitas Dan Sebuah Nama
13
Guntur vs Jin Juan
14
Bahaya
15
Kemenangan Dan Sakitnya Hati Kedua Srikandi
16
Kesederhanaan
17
Melatih Ridwan
18
Medhi Canthaka
19
Promosi Untuk Ridwan
20
Kecemasan Dan Kegugupan Guntur
21
Jin Shu
22
Aku Tahu Batasan Itu!
23
Ratu Betari
24
Taubatnya Ratu Betari
25
Kembar?
26
SAH
27
Maafkan Aku, Suamiku.
28
Kembali ke Padepokan Pancanaka
29
KONFLIK DI MASA LALU
30
KUBAH PELINDUNG ILUSI EMPAT ELEMEN
31
TERANCAM
32
TURNAMEN
33
MASUK KEDALAM PERANGKAP
34
Alisa vs Para Kajinan
35
Alisa vs Para Kajinan : Dimulainya Perang
36
Alisa vs Para Kajinan : Segawon Ireng
37
Alisa vs para kajinan : Bagaimana Mungkin?
38
Alisa vs Para Kajinan : Kemenangan dan Dimulainya Kembali Turnamen
39
Turnamen : Ridwan vs Rahmat
40
Turnamen : Umar vs Dimas
41
Turnamen : Penderitaan Seribu Tahun
42
Turnamen : Akhirnya Mereka Bertarung
43
Turnamen : Melepas Pemberat Tubuh
44
Turnamen : Mereka Yang Berada Di Level Yang Berbeda
45
TURNAMEN : SANG API PANDAWA
46
Menyembuhkan Umar Dan Ridwan
47
Setitik Cahaya Untuk Padepokan Kerambit Hitam
48
Aku Akan Selalu Mencintaimu
49
Dikala Hujan Lebat
50
Keluar Dari Rumah Sakit
51
Tombak Untuk Ridwan
52
Murid-Murid Sang Seribu Bayangan
53
Dasamuka Sang Raja Angkara
54
Kebenaran Dari Berpulangnya Sang Cakra
55
Jurus Sakral Untuk Seorang Legenda
56
KAJIN
57
Ujian Untuk Yuni
58
Sempurnanya Srikandi Aksara
59
Jangan Menjadi Sebuah Gelas Yang Kosong
60
Julian Arga Samudra
61
Putri Ayuning Samudra
62
Gea Si Boneka Rambut
63
Jangan Kau Kira Wanita Itu Lemah!
64
Penghianat
65
Penglihatan Julian
66
IDENTITAS GEA
67
Padepokan Yang Sedang Terancam
68
Jurus Yang Sangat Mengerikan
69
Flash Back : 4 Tahun Lalu
70
Pembantaian Masal
71
Latih Tanding
72
Serat Netra
73
Permainan Dimulai
74
Kekalahan Untuk Panca Soka
75
Gembel
76
Jin Shi
77
Cincin Dimensi
78
Artefak Kuno dan Sempurnanya Pedang Bai Hu
79
Harta Untuk Keluarga Jin
80
Para Boneka Guntur
81
Dimulainya Pertarungan
82
Bantuan
83
Dendam Jin Juan
84
Bethara Kalung
85
Kemunculan Indrajit
86
Sang Hyang Aksara vs Raja Angkara Dimulai
87
Kematian Indrajit
88
Musnahnya Sang Raja Angkara dan Sang Dukun
89
Dunia Bawah 3 Tahun Yang Lalu
90
Teringat Akan Mimpi Masa Lalu Anisa
91
Sebuah Terobosan Yang Dibayar Dengan Sebuah Aib
92
Kembali Berlatih Bersama
93
Roro Zara Apsarini
94
Sedulur Papat Lima Pancer
95
Pelatihan Terlarang
96
Keberhasilan Sang Pemalas
97
Sang Api Pandawa dan Sang Pedang Angin
98
Bangkitnya Seorang Titisan
99
Ratu Lebah dan Pecahnya Segel Yuni
100
Gaman
101
Persiapan Turnamen Antar Padepokan
102
Keberangkatan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!