Dimensi Cermin.
Mereka yang sedang mematung merasakan aura yang dikeluarkan oleh Guntur pun terkejut dengan adanya sebuah portal aksara jawa kuno berwarna merah.
Beberapa saat kemudian portal itu memunculkan 4 orang dan portal itu langsung lenyap.
" Astaga... I-itu.... ". Ucap Jin Huang terkejut.
" Sa-Sang Pepet.... ". Ucap Jin Fang.
Mbah Pahing dan juga yang lainnya langsung menghampiri mereka.
" Juan... Apa yang kau lakukan.... ". Teriak Mbah Pahing dengan marah.
" Aku tidak melakukan apa-apa... Tiba-tiba Guntur jadi seperti itu.... ". Ucap kakek Jin.
" Itu benar Pahing... Itu karena.... ". Ucap Aji yang juga senang sahabat lamanya datang.
" Sudahlah Aji... Yang harus kita lakukan sekarang adalah menyelamatkan cucu kita semua... ". Ucap Mbah Pahing.
" Pa-Pahing.... ". Ucap Lastri yang sedang meringis memegang tangan kanannya yang terkena racun sambil mencoba untuk berdiri.
Namun ketika Lastri ingin berdiri seorang gadis bercadar menghampirinya dan memegang tangan kanannya.
" Bismillah.... ". Ucap gadis bercadar itu.
Seketika pola aksara jawa kuno tercipta dan langsung memutari tangan kanan Lastri yang terkena racun. Dengan perlahan luka sayatan itu mengeluarkan darah hitam yang mana itu adalah racun raja kalajengking merah. Lastri juga merasakan hawa dingin dari pola aksara yang gadis itu buat untuk menyembuhkannya.
Beberapa saat kemudian setelah racun itu berhasil keluar, tangan kanan Lastri kembali semula tanpa terluka seperti tadi.
" Terima kasih ". Ucap Lastri tulus yang dibalas dengan anggukan kepala oleh gadis itu.
Kemudian gadis itu menghampiri Cecilia yang tangan kanannya juga terluka sampai tidak sadarkan diri. Gadis itu melakukan hal yang sama sampai luka itu tidak berbekas dan secara perlahan Cecilia terbangun dari pingsannya.
" Mama... ". Ucapnya yang langsung memeluk Viona.
" Terima kasih ". Ucap Viona dan Jin Yuan dan langsung dibalas dengan anggukan kepala oleh gadis itu.
Lalu, Gadis itu bangkit dan berjalan menghampiri Anisa yang sedari tadi terdiam melihatnya menyembuhkan luka Lastri dan juga Cecilia.
Kemudian gadis itu menganggukkan kepalanya kepada Anisa. Anisa pun langsung mengerti dan berjalan bersama menghampiri Guntur yang terdiam mematung sambil memegang sebuah Pedang ditangan kanannya dan Toya Aksara ditangan kirinya. Sedangkan Toya Aksara tiruannya masih tertancap ditanah dengan berat 150 ton.
" Ehh... Tunggu... Jangan kesana.... ". Teriak kakek Jin dengan keras.
" Bahaya... " Ucap Jin Fang.
Saat mereka ingin menghalau kedua gadis bercadar itu, mereka ditahan oleh Mbah Pahing.
" Kalian tidak usah khawatir... Mereka adalah para Srikandi, bagian dari Guntur... Hanya mereka yang bisa membantu Guntur... Serahkan semua pada mereka.... Kita hanya bisa untuk tetap tenang dan mendoakan mereka saja... Bahkan aku pun tidak sanggup untuk membantu Guntur... ". Ucap Mbah Pahing sambil menoleh ke arah Aji dan Lastri.
" Benar... Walaupun kami adalah Sang Legenda itu sendiri tapi kita tidak sanggup untuk membantu Guntur.... Hanya mereka para Srikandi Bercadar yang sanggup membantu Guntur, energi mereka jauh lebih murni daripada kami... ". Ucap Aji dan dianggukan oleh Lastri.
" Hahhhh.... Sial.... Seharusnya aku tidak menyerahkan pedangku itu.... ". Ucap kakek Jin.
" Sudahlah Juan... Kita lihat saja apa yang akan terjadi jika mereka sudah bersatu.... ". Ucap Mbah Pahing.
Mereka kanya melihat Guntur dan para Srikandi Bercadar secara serempak dengan rasa cemas dan juga khawatir terlebih Anjani yang mematung melihat Guntur yang seperti itu.
Ketika para Srikandi Bercadar berada didekat Guntur. Anisa langsung berjalan ke sisi kiri Guntur sedikit kebelakang dan juga memegang pundak kiri Guntur. Begitu juga dengan gadis itu yang berjalan ke sisi kanan Guntur sedikit kebelakang dan memegang pundak kanan Guntur.
Seketika kedua tanda aksara dan juga jawara guntur langsung bersinar lebih terang lagi dan juga muncul pola-pola aksara jawa kuno yang terus merembet keseluruh tubuh Guntur.
Sampai pada puncak dari pola-pola aksara jawa kuno itu menyatu dikening Guntur dan tanda aksara dan juga jawara itu menyatu yang menampakkan sebuah tanda segitiga dan juga lingkaran. Pupil mata Guntur langsung memancarkan cahaya putih kebiruan.
Kedua Srikandi pun juga mengalami hal yang sama. Pupil mata mereka langsung bersinar terang berwarna putih kebiruan. Mereka langsung bisa melihat apa yang Guntur lihat.
Di dimensi masa lalu.
Guntur yang sudah putus asa dengan keadaannya yang bertarung mempertaruhkan nyawanya demi keluarga Jin dan juga pedang Bai Hu.
Dengan membuka semua pintu aksaranya sampai pada pintu terakhirnya pun belum mampu untuk menakhlukkan kakek Lan dan juga pedang Bai Hu yang sedang mengamuk.
Menjadi bahan bulan-bulanannya menjadikan Guntur tahu betapa lemahnya dirinya jika berada di dunia luar.
Menjadi Sang Hyang Aksara tidak menutupi kelemahannya sekarang. Guntur sadar jika diatas langit masih ada langit.
" Aku tidak tau harus berbuat apa lagi... Semua sudah aku keluarkan dan sekarang aku juga sudah mencapai batasku... Sedangkan dia masih sangat kuat... Jika ini akhir dari perjalananku, setidaknya aku harus menemukan mereka para Srikandiku terlebih dahulu... Astaghfirullah.... ". Gumam Guntur pelan juga jengkel dengan dirinya sendiri.
Kakek Lan menyerang Guntur lagi dengan tidak ada rasa belas kasihan dan membabi buta.Namun ketika pedang itu hampir membelah kepala Guntur yang sudah pasrah tiba-tiba kedua tanda aksara dan juga jawara miliknya bersinar lebih terang.
Tenaga Guntur kembali seperti semula bahkan jauh lebih kuat dari biasanya.
" Ting..... ".
Kakek Lan yang kerasukan energi negatif melihat Guntur menahan serangannya hanya dengan 1 jari telunjuknya mengerutkan keningnya. Sebenarnya mata pedang itu tidak menyentuh jari telunjuk Guntur, akan tetapi mata pedang itu tertahan dengan pola aksara jawa kuno yang sangat kecil yang ada pada ujung jari telunjuk milik Guntur.
Dengan masih menunduk Guntur merasakan sesuatu yang belum pernah dia alami selama ini. Mata Guntur yang terpejam dapat melihat semua orang yang berada di dimensi cerminnya. Guntur sempat terkejut melihat semuanya yang mana disana termasuk ibu dan juga neneknya. Guntur juga melihat kedua Srikandinya sedang berada dibelakangnya dan juga membantunya dengan cara spiritual.
Pola-pola aksara jawa kuno terus merambat diseluruh tubuhnya. Disaat pola-pola itu telah sampai dikeningnya yang mana timbul tanda aksara dan juga tanda jawara, lingkaran dan segitiga yang menyatu.
Guntur tersenyum sejenak. Hatinya yang awal merasa keputus asaan, pasrah, cemas, khawatir menjadi tenang dan juga senang.
Dengan perlahan Guntur menarik kepalanya keatas dan membuka matanya perlahan menatap kakek Lan.
Kakek Lan yang melihat itu langsung mundur beberapa meter. Guntur melihat kakek Lan mundur pun tersenyum dan berdiri.
Semua inti elemen yang Guntur punya langsung masuk kembali kedalam tubuhnya. Kini tampilan Guntur pun sedikit berbeda dengan rambut yang semula hitam kini menjadi putih kebiruan. Toya Aksara yang dia pegang tiba-tiba mengecil dan melengkuk menjadi lingkaran. Toya Aksara itu langsung terbang berputar dan melesat menjadi pengikat di kepalanya. Luka dalam maupun luar yang didapat dari kakek Lin juga telah sembuh seperti sedia kala.
Kakek Lan dengan membabi buta pun melesat kearah Guntur dan menebas Guntur. Akan tetapi pedang itu terhenti setengah centimeter sebelum mencapai leher Guntur yang ternyata tubuh Guntur terlindungi oleh pola aksara jawa kuno.
Dengan ringan Guntur melambaikan tangannya diudara kosong namun kakek Lan langsung terpental 100 meter didepan Guntur dan berhenti setelah menabrak pohon besar.
" Wusshh... Booommm.... ".
Dengan cepat Guntur membalikkan keadaan yang awalnya menjadi bahan bulan-bulanan kakek Lan kini gantian Guntur yang menjadikan kakek Lan bahan bulan-bulanan. Serangan demi serangan Guntur lontarkan kepada kakek Lan. Kakek Lan sendiri tidak bisa menahan atau memblokir serangan dari Guntur secara terus menerus yang jauh lebih cepat dan juga kuat.
" Rebut pedangnya, tancapkan kedalam tanah lalu hancurkan segelnya dengan elemen cahaya... ".
Guntur mendengar suara Anisa dan seorang Gadis berkata secara bersamaan.
Tidak ingin membuang waktu lagi Guntur melakukannya. Dengan menghempaskan kakek Lan yang berhenti setelah menabrak pohon besar lalu Guntur dengan cepat berada di sampingnya lalu menginjak dada kakek Lan. Kakek Lan seperti di injak oleh gajah dewasa dengan ukuran sanhat besar dan kuat, sehingga 6 dari tulang rusuknya hancur dan memuntahkan banyak darah.
" Uuaaakkkk.... ".
Dengan cepat Guntur merebut pedang itu lalu mundur beberapa meter dan langsung menancapkan kedalam tanah.
Setelah itu Guntur langsung membuat pola aksara jawa kuno dari elemen cahaya untuk menghancurkan segel pengikat energi negatif yang ada pada pedang itu.
Secara berlahan segel itupun langsung hancur yang membuat gelombang kejut yang sangat besar dan kuat. Nampak aura negatif itu keluar dari pedang itu secara berhamburan. Aura yang mengerikan berwarna hitam pekat itu terus saja keluar secara cepat.
Beberapa saat kemudian aura negatif yang keluar itu lenyap tanpa sisa. Pedang yang tadinya nampak sangat mengerikan dengan aura negatif yang sangat mengerikan kini menjadi pedang tanpa aura sama sekali.
Setelah itu Guntur melihat kakek Lan yang sudah kembali seperti semula. Dengan senyum bahagia kakek Lan terduduk sambil menahan rasa sakit yang luar biasa pada dadanya.
" Akhirnya.... Akhirnya semua telah berakhir... Guntur... Aku sangat berterima kasih padamu... ". Ucap kakek Lan.
Guntur yang melihat kakek Lan seperti itu langsung menghampirinya dan berniat untuk menyembuhkannya.
" Tidak nak... Percuma kau lakukan itu karena aku hanyalah pecahan dari diriku yang telah lama tiada.. ". Ucap kakek Lan.
" Ta-tapi kek... ". Ucap Guntur terpotong oleh kakek Lan.
" Guntur... Waktuku tinggal sedikit... Jagalah keluarga kita dan perbaikilah pedang Bai Hu, dimasa depan kau akan memikul beban yang sangat berat jadi kau akan membutuhkan bantuan dari orang-orang kuat lainnya termasuk keluarga kita... Aku tidak bisa memberikan apa-apa padamu karena kau bukan seorang kultivator tapi terimalah cincin ini... Suatu saat kau akan membutuhkan cincin itu dan belajarlah kepada Jin Juan untuk bisa menggunakan cincin itu... Kurasa itu juga akan berguna untukmu walaupun kau bukanlah seorang kultivator... ". Ucap kakek Lan sambil menyerahkan cincin seperti cincin batu mulia berwarna hijau daun.
Guntur pun langsung menerimanya walaupun sangatlah berat dia rasakan.
" Kakek Lan... ". Ucap Guntur merasa kehilangan.
" Nak... Jaga dirimu baik-baik dan teruslah untuk menjadi lebih kuat lagi... Berikan salamku kepada Jin Juan.... ". Ucap kakek Lan sambil tersenyum.
Kemudian tubuh kakek Lan perlahan menghilang dari pandangan Guntur.
Setelah itu Guntur langsung berdiri dan berjalan ke pedang Bai Hu itu lalu menariknya dari dalam tanah.
Seketika itu juga kesadaran Guntur kembali ke dimensi cermin yang Guntur buat sebelumnya dan melihat semua orang yang ada disana.
Disaat Guntur ingin melangkah, tiba-tiba pandangan Guntur langsung gelap dan tidak sadarkan diri sambil memegang pedang Bai Hu yang telah kosong dan rompal juga cincin pemberian dari kakek Lan yang terpasang dijari kelingkingnya sebelah kanan. Sedangkan Toya Aksara yang asli langsung menjadi gelang seperti semula dan Toya Aksara tiruannya langsung terjatuh, kembali dengan berat seperti semula.
Tidak hanya Guntur saja yang tiba-tiba tidak sadarkan diri, kedua Srikandi nya pun juga langsung terjatuh pingsan setelah kesadaran Guntur kembali ke tubuhnya.
" Guntur...!!!! ". Teriak Anjani yang langsung berlari menghampiri Guntur dan para Srikandi yang telah tidak sadarkan diri.
Semua orang juga berlari menghampiri Guntur dan para Srikandi yang telah tidak sadarkan diri.
_***_
Malam hari setelah kejadian itu, nampak Guntur yang masih tidak sadarkan diri di ranjang gubuknya sedangkan untuk para Srikandi sudah tersadar kembali.
Gubuk Guntur pun dijaga oleh keluarga Jin dan juga keluarga Samudra. Mbah Pahing dan Anjani pun masih berada disana dan akan kembali ke puncak bukit sebentar lagi.
Anisa yang terduduk dibawah pohon rambutan bersama dengan seorang gadis bercadar sama dengan dirinya.
" Sudah seharian kenapa Guntur belum sadar juga... Aku sangat khawatir... ". Ucap Anisa tidak tenang.
" Tenanglah... Guntur orang yang kuat tidak mungkin akan pingsan dengan waktu yang lama... ". Ucap gadis itu yang sebenarnya jauh lebih khawatir daripada Anisa tapi dia bisa menyembunyikannya dengan sempurna yang seakan akan tidak menghiraukan keadaan Guntur sekarang.
" Kau benar... Hmm... Namaku Anisa... Siapa namamu... ". Tanya Anisa.
" Namaku Husna... ". Ucap gadis itu yang ternyata bernama Husna sambil melihat bintang-bintang dilangit.
" Husna yaa... ". Gumam Anisa pelan.
Tiba-tiba Mbah Pahing memanggilnya untuk segera menghampirinya karena Mbah Pahing dan Anjani akan segera kembali.
" Srikandi Aksara... ". Ucap Mbah Pahing.
Husna yang mendengar itu langsung bangkit dan berjalan yang diikuti oleh Anisa dibelakangnya kearah Mbah Pahing dan juga Anjani
" Apakah kalian akan kembali sekarang...? ". Ucap Aji.
" Benar... Aku takut jika Guntur tersadar dan melihat kami, akan melemahkan mental dan jiwanya karena mengkhawatirkan kami... ". Ucap Mbah Pahing.
" Apakah lebih baik membiarkan Guntur melihat kalian walaupun sebentar saja? ". Tanya kakek Jin.
" Tidak... Biarlah Guntur tetap berada disini... Aji.. Juan... Aku pasrahkan Guntur kepada kalian... ". Ucap Mbah Pahing yang dianggukan oleh mereka.
" Ayo nduk... Tidak apa-apa... Mereka juga keluarga kita jadi tenanglah... Ada saatnya Guntur akan kembali kepada kita tapi tidak untuk sekarang.... ". Ucap Mbah Pahing.
" Ba-baik Mbok... ". Ucap Anjani yang sangat berat untuk meninggalkan anaknya.
Seorang ibu yang akan terpisah oleh anaknya akan merasakan penderitaan yang cukup berat walaupun hanya sebentar saja. Bahkan untuk meregangkan nyawanya saja akan dia lakukan asalkan anaknya tetap hidup. Itulah yang dirasakan oleh Anjani apalagi melihat keadaan Guntur yang sekarang ini.
Setelah itu Mbah Pahing membuat portal aksara jawa kuno untuk kembali ke kediamannya tentu saja akan mengantarkan Husna terlebih dahulu sebelum kembali ke puncak bukit dimana rumah mereka berada.
" Ayo nok kita pulang ". Ucap Mbah Pahing kepada Husna.
" Ba-baik nek tapi tunggu sebentar... ". Ucap Husna sambil membalikan badannya menghadap ke Anisa yang terdiam melihatnya.
" Maafkan aku karena aku belum bisa berada disisi kalian... Segeralah untuk melaksanakan pernikahan... Aku sangat rela jika kau menjadi yang pertama... Dan temuilah aku jika semua pintu jawaranya terbuka dan menjadi jawara yang sempurna... Aku juga akan segera membuka pintu aksara terakhirku... Disaat kalian menemuiku aku ingin dia langsung menikahiku dan menjadi bagian dari kalian... Aku tidak mau menjadi beban dimasa depan... Assalamualaikum... ". Ucap Husna dengan mata yang berkaca-kaca menahan tangisnya dan langsung masuk kedalam portal aksara itu yang disusul oleh Mbah Pahing dan juga Anjani.
Setelah mereka masuk kedalam portal maka portal itu segera lenyap tanpa bekas.
" Waalaikum salam warrohmatullah ". Ucap Aji, Lastri dan Anisa.
Anisa yang mendengar Husna berkata seperti itu tadi langsung meneteskan air matanya. Hatinya sangatlah sakit. Hanya segelintir wanita didunia ini yang rela akan dimadu. Tetapi walaupun begitu Anisa memahami semuanya. Dia bukanlah satu-satunya yang akan berada disisi Guntur dan akan ada wanita lain yang berada disisi mereka yaitu Husna. Apalagi gadis yang bernama Husna itu juga memiliki takdir yang sama dengannya yang akan mendampingi Guntur dimasa depan.
" Demi mendapatkan ridho-Nya dan juga Guntur... Aku akan melakukannya walaupun sangatlah berat dan juga sakit.... Astaghfirullah.... Astaghfirulah... Astaghfirullah.... ". Gumam Anisa pelan sambil terus beristighfar.
Sedangkan Lastri yang mendengar ucapan dari Husna dan juga gumaman dari Anisa pun tersentuh. Sebagai sesama wanita Lastri tentu saja sangat mengerti akan perasaan Anisa dan langsung memeluk Anisa yang berada disamping kirinya.
" Semua akan baik-baik saja... Aku hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk kalian.... ". Ucap Lastri dengan pelan.
Seketika itu juga Anisa yang dikenal orang yang dingin dan super cuek dengan orang lain, untuk pertama kalinya Anisa menangis didepan semua orang.
" Huaaa.... Hhhh.... Huaaa.... Astagh.... Hiks... Astaghfirullah... Hiks.... Hiks.... ". Tangis Anisa yang cukup keras.
Sedangkan orang-orang yang mendengar itu semua pun hanya menggelengkan kepalanya dan membubarkan diri.
Bukannya tidak mau berbuat sesuatu tapi mereka juga akan merasakan hal yang sama jikalau posisi mereka menjadi Anisa. Untuk saat ini hanyalah Lastri yang bisa menenangkan Anisa karena sesama wanita akan mengerti perasaan mereka satu sama lain. Berbeda dengan laki-laki yang lebih ke logika dan juga nalarnya. Sedangkan Viona dan Cecilia sudah pulang ke rumahnya diantar oleh pengawal keluarga Jin setelah kejadian itu.
Di dalam kamar Husna.
Sebuah portal muncul didalam kamar Husna. Seketika itu Husna langsung berjalan dan duduk ditepi ranjangnya.
Hati dan perasaanya sangatlah sakit seperti Anisa sekarang ini. Dengan sekuat tenaganya Husna menahan tangis yang kapan saja bisa pecah.
Mbah Pahing dan juga Anjani melihat Husna yang seperti itu mengurungkan niatnya untuk langsung kembali. Mereka berjalan menuju Husna. Saat mereka sampai, Anjani langsung memeluk erat tubuh Husna.
" Maafkan ibu nak... Ibu tidak bisa berbuat apa-apa untuk hal ini karena kalian ditakdirkan untuk bersama... Sabar dan juga ikhlas... Semua akan baik-baik saja... Ibu hanya bisa mendoakan kalian... ". Ucap Anjani pelan.
Husna yang mendengar itu pun tidak kuat lagi untuk menahan tangisnya. Seketika itu juga pecah sudah tangis Husna dengan cukup keras.
Mbah Pahing yang melihat kejadian itu langsung membuat pelindung agar orang-orang yang mendengar tangis Husna tidak mendengarnya.
" Huaaa..... Huaaaa.... Sakit ibu... Sakit... Huaaa.... ". Tangis Husna dengan cukup keras.
" Ibu tau nak tapi semuanya akan ada hikmahnya dan juga kau akan terus menjadi bagian dari Guntur dan Srikandi Jawara.... ". Ucap Anjani sambil terus memeluk Husna.
" Hiks... Hikss... Demi mendapatkan ridho-Nya dan juga Guntur... Aku akan tetap melakukannya... Ibu... ". Ucap Husna sambil menangis.
" Terima kasih nak... Terima kasih... ". Ucap Anjani.
Setelah beberapa saat tangis Husna berhenti. Mbah Pahing yang sedari tadi hanya terdiam langsung mendapatkan ide untuk menghibur sekaligus menjadikan Husna seorang Aksara yang kuat.
" Nok... Bersiaplah, besok pagi aku akan menjemputmu.... Aku akan melatihmu dan membantumu agar pintu terakhir aksaramu segera terbuka... Apa kau mau? ". Tanya Mbah Pahing.
Dengan terkejut Husna melepaskan pelukan Anjani dan menoleh kearah Mbah Pahing.
" Benarkah itu nek... " Tanya Husna yang masih terisak dalam tangisnya.
" Benar... ". Ucap Mbah Pahing.
" Alhamdulillah... Aku mau nek... Besok setelah sujud subuh aku akan meminta ijin kepada ayah dan juga bunda.... ". Ucap Husna dengan senyuman walaupun hal itu belum bisa merubah suasana hatinya yang sedang hancur.
" Baiklah... Sekitar jam 8 pagi aku akan menjemputmu maka bersiaplah dan istirahatlah... Kami akan pamit sekarang... Ayo nduk.... ". Ucap Mbah Pahing.
" Baik mbok... ". Ucap Anjani yang berjalan kearah Mbah Pahing.
" Kami pamit... Assalamualaikum... ". Ucap Mbah Pahing dan juga Anjani.
" Waalaikum salam warrohmatullah... ". Ucap Husna sambil menganggukkan kepalanya.
Seketika mereka langsung menghilang ditelan oleh portal aksara yang dibuat oleh Mbah Pahing.
" Anisa... Aku berharap kau juga mengerti dengan perasaanku... ". Gumam Husna sambil merebahkan dirinya di ranjang dan memejamkan matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments