" Ragil... Bagaimana perkembanganmu untuk mencari keluarga sahabatku?" tanya Aji yang sudah berada di bawah pohon beringin, taman padepokan pancanaka.
" Pak... Maafkan aku... Aku sudah berusaha selama ini untuk mencarinya bahkan 1000 bayanganku pun sudah aku sebar di seluruh bumi nusantara, juga semua murid-muridku pun masih belum menemukan hasil yang bapak harapkan, " ucap Ragil sambil menunduk malu.
" 20 tahun kita sudah berusaha Ragil, bahkan aku sendiri pun ikut turun tangan mencarinya dan hasilnya pun nihil... Oh iya Ragil bagaimana array pelindung padepokan... Apa kamu belum juga menemukan seorang aksara yang mampu membuat array pelindung tingkat guru? "
" Astaghfirullah... Ragil... Selama ini kenapa kita tidak ingat akan hal yang sangat penting! " ucap Aji frustasi.
" Maksud bapak? " tanya Ragil dengan sangat penasaran.
" Astaghfirullah... Pantas saja kita sangat kesulitan mencari keberadaannya... Selama ini kita melupakan kalau Sang Pepet adalah seorang Maha Guru array pelindung.... Pasti dia membuat array pelindung dikediamannya selama ini! " ucap Aji dengan putus asa.
" Astaghfirullah.... Kenapa kita bisa melupakan hal itu pak.... Diamput.... Pantas saja mau sampai mati pun kita tidak bisa menemukan mereka kecuali mereka menghilangkan array pelindung itu, " ucap Ragil yang sangat kesal.
" Ragil... Hentikan pencarian itu karena akan sangat mustahil bagi kita untuk bisa menemukannya... Sekarang tugasmu adalah mencari tahu siapa Guntur... Itu karena Gelandang Buta tidak bisa dipelajari oleh sembarangan orang, bahkan aku sendiri tidak mampu mempelajarinya dengan sempurna, " ucap Aji sambil melihat bintang di langit malam yang cerah.
" Pak... Apa bapak? " ucap Ragil.
" Ya... Aku curiga kalau Guntur masih memiliki darah dari keturunan keluarga Samudraku, akan tetapi aku tidak tahu dari mana dia dan yang jelas Gelandang Buta hanya bisa dipelajari oleh keturunan keluarga Samudra, itupun tidak bisa sampai ke tingkat sempurna kecuali orang yang sudah ditakdirkan untuk jurus itu, " jelas Aji.
" Aku mengerti pak... Kalau begitu aku pamit untuk menarik semua bayanganku dan murid-muridku, " ucap Ragil yang langsung menghilang dalam gelapnya malam.
" Guntur Ardumas... Hmmm... Ardumas... Ardumas.... Ardumas jika dibalik menjadi Samu- ... Sialan... Ternyata benar dengan apa yang aku rasakan saat melihatnya... Guntur kau memang anak yang cerdas! " ucap Aji yang mulai menyadari kalau Guntur Bagian Dari keluarga Samudra yang terpisah dari keluarga besarnya yang mana Aji sendiri adalah kepala keluarga Samudra akan tetapi Aji belum menyadari kalau Guntur itu adalah cucunya sendiri.
__***__
Tiga hari telah berlalu setelah peristiwa kemarahan Guntur yang sampai gubuknya sendiri roboh terkena imbas dari pertarungannya dengan Anisa yang dihalau oleh Aji Samudra saat Guntur melancarkan serangan terkuatnya, kini gubuk kebanggaannya pun sudah berdiri kembali dengan jerih payah sang Srikandi Bercadar. Guntur sendiri pun yang mulanya ingin membiarkan Anisa melakukannya sendiri ikut membantu.
Guntur sangat puas kali ini saat memandang gubuk barunya itu bahkan sekarang nampak sedikit lebih besar.
Dari depan nampak 2 tiang penyangga atas yang terbuat dari pohon kelapa berukuran sedang. Nampak sama dari sebelumnya yang membedakan hanyalah anyaman bambunya yang terlihat baru dan di pelitur warna coklat mengkilat. 2 jendela dan juga pintunya sama seperti sebelumnya. Lantas ruang depan yang sedikit luas lalu ruang tengah yang berfungsi untuk Guntur beristirahat pun juga nampak sedikit lebih luas. Ranjang yang semula kecil dan sempit sekarang nampak lebih besar dan lebar bahkan dapat menampung 2 orang jika tertidur di ranjang tersebut. Anisa juga membelikan sebuah kasur busa seukuran dengan ranjang milik Guntur supaya lebih nyaman dan empuk jika Guntur beristirahat dan juga tidur di kasur tersebut.
Ada juga meja dan kursi baru yang Anisa belikan untuk Guntur serta sebuah lemari baru yang terbuat dari kayu yang nampak lebih besar dari sebelumnya. Anisa juga membuatkan sebuah kamar mandi sendiri untuk Guntur tepat dibelakang gubuknya supaya Guntur tidak lagi mandi di masjid padepokan.
Ruangan dapur yang Guntur inginkan hanyalah tembok yang terbuat dari batu yang disusun setengah badan. Atap yang guna sebagai genteng pun juga terbuat dari bahan yang sama seperti sebelumnya yaitu dari anyaman daun kepala dan jerami yang terlihat lebih tebal dan padat.
Tentunya dengan koneksi Anisa kepada seniornya Ragil dengan mudah mendapatkan bantuan darinya. Bahkan untuk menghubungi gurunya sekalipun akan lebih mudah lagi bahkan bisa dibangunkan rumah akan tetapi Anisa malu jikalau meminta bantuan dari gurunya itu karena sudah membuat kesalahan yang fatal.
Anisa juga menyewa 5 pekerja untuk membangun gubuk milik Guntur dan Guntur pun tidak melarangnya yang terpenting untuk Guntur hanyalah gubuknya kembali berdiri dan bagaimana mungkin Guntur untuk membangun gubuknya itu seorang diri yang mana Anisa adalah seorang gadis.
" Alhamdulillah... Aku sangat puas dengan ini... Ahahaha.... An- ahh maksudku senior Anisa aku sangat berterima kasih untuk ini, " ucap Guntur yang sangat senang.
" Sudah aku katakan berulang kali jangan panggil aku senior... Cukup panggil aku nama saja! " ucap Anisa kesal dan melesat meninggalkan Guntur seorang diri.
" Woe woe woe... Mau kemana? " tanya Guntur sambil berteriak yang melihat Anisa menjauh darinya.
Tapi tidak ada balasan untuknya. Guntur hanya menggelengkan kepalanya.
" Ahh sudah lah aku beristirahat saja dulu dan juga mandi karena hari sudah mulai gelap... Ahh kamar mandi baru wahahahaha, " ucap Guntur dengan girang.
_***_
Tengah malam dimana keadaan padepokan sudah sepi dan hanya ada guru dan murid yang bertugas untuk menjaga padepokan. Terlihat Guntur sedang merenung didepan gubuknya sambil membakar singkong.
Guntur sedang memikirkan keadaan semua yang sudah terjadi padanya. Tanpa disadari oleh Guntur Anisa yang sudah terduduk didepan api unggun untuk membakar singkong berhadapan dengan Guntur yang melamun.
" Apa yang sedang kau pikirkan? " tanya Anisa yang sudah bebas dari misinya untuk mengawasi Guntur.
" Hmm... Sejak kapan kau berada disitu? " tanya Guntur yang cukup terkejut oleh kedatangan Anisa yang sudah duduk didepannya.
" Hmm... Baru saja, " ucap Anisa singkat.
" Ada apa? " tanya Guntur.
" Tidak ada... Aku hanya tidak bisa tidur... Dan juga ini untukmu, " ucap Anisa yang berjalan mendekati Guntur dan memberikan sebuah bungkusan.
" Huh... Apa ini? " tanya Guntur yang masih terduduk.
" Bukalah! " ucap Anisa singkat.
Guntur pun langsung membuka bungkusan panjang dengan tertutup kain hitam yang diberikan Anisa. Dengan sangat berhati hati Guntur membuka bungkusan itu.
Setelah terbuka Guntur langsung terkejut dengan apa yang Anisa berikan kepada Guntur.
" Sebagai permintaan maaf akan kejadian kemarin aku memberikanmu itu karena setelah mendengarkan penjelasan dari guru tentang jurusmu dan kau juga mengakui kalau kau belum memilikinya, " ucap Anisa.
Sebuah toya yang bisa dilepas menjadi 2 bagian dengan rantai kecil sepanjang 1 meter ditengah patahan toya tersebut yang dapat memudahkannya untuk dibawa supaya tidak terlalu panjang dan mencolok. Toya tersebut berbahan kayu asli dari Kalimantan dan juga terlapisi oleh besi baja sehingga terlihat sangat elegan dan kokoh dengan berat 1,5 kg panjang total jika disambung mencapai 180 cm dan lebar 3 cm.
Guntur yang memegang toya pun bergetar di seluruh tubuhnya. Guntur tidak percaya dengan apa yang diberikan oleh Anisa untuk dirinya. Sebenarnya Guntur sangat menginginkan sebuah toya maka dari itu Guntur sengaja menebang pohon jati di pinggir taman padepokan yang mati untuk membuat sebuah toya. Jika untuk membeli, Guntur tidak tahu dimana.
Padepokan sendiri sebenarnya sudah menyiapkan secara gratis untuk para murid yang terbuat dari rotan akan tetapi Guntur bukanlah seorang murid melainkan seorang pekerja di padepokan ini.
" Kenapa kau diam? Apa kau tidak suka dengan hadiah yang aku berikan? " tanya Anisa penasaran.
Guntur langsung menoleh kearah Anisa yang berdiri disampingnya dengan air mata yang bercucuran.
" Astaghfirullah.... Kenapa kau malah menangis.... Dasar.... Laki-laki cengeng! " ucap Anisa dengan pedas.
" Anisa... Kau tau, ini adalah hadiah pertamaku yang orang lain berikan untukku... Bahkan orang tuaku saja belum pernah memberikanku sebuah hadiah untukku dan sebenarnya aku sangat menginginkan sebuah toya untuk senjataku... Maka dari itu aku menebang pohon jati kemarin untuk membuat sebuah toya karena aku bukanlah seorang murid, jadi tidak mungkin padepokan memberikanku senjata... "
" Anisa... Terima kasih.... Terima kasih... Aku akan jaga toya ini dengan nyawaku! " jelas Guntur sambil mengusap air matanya.
Anisa langsung terkejut dengan apa yang Guntur ucapkan " Masya Allah.... Sampai segitunya, " gumam Anisa dalam hati.
" Guntur... Kau tidak boleh berkata seperti itu... Itu hanyalah sebuah toya! " ucap Anisa dengan heran.
" Tidak... Toya ini adalah hadiah pertamaku apalagi kau yang memberikannya Anisa.... Sebagai Srikandi Bercadar yang akan terus berada di sisiku, aku akan menjaga toya ini dengan nyawaku, " ucap Guntur dengan yakin.
Anisa yang mendengar kata-kata Guntur pun tersenyum manis dibalik cadarnya.
" Anisa bolehkah aku sedikit merombak toya ini? " tanya Guntur.
" Jangan tanya aku... Toya itu milikmu! " ucap Anisa.
Seketika itu Guntur menciptakan pola aksara yang menyala putih kebiruan dan langsung mengelilingi toya tersebut. Bahkan toya itu langsung melayang ditengah pola aksara yang Guntur ciptakan.
Anisa yang melihat itu pun sangat takjub dengan pola aksara yang Guntur buat. Sangatlah jarang bagi Anisa untuk melihat langsung sebuah pola aksara dari seorang aksara itu sendiri.
Setelah beberapa saat pola tersebut masuk kedalam toya itu dan langsung nampak perbedaan pada toya tersebut.
Nampak yang awalnya toya itu berwarna putih keperakan dan polos tanpa corak apapun, kini nampak toya tersebut memiliki warna hitam polos dengan dipenuhi dengan ukiran-ukiran aksara jawa berwarna emas.
" Subhanallah... Guntur... Cantik sekali toya ini, " ucap Anisa tanpa sadar.
Guntur yang melihat Anisa yang seperti itu pun hanya tersenyum.
" Aku hanya sedikit merombaknya... Kini toya ini hanya aku saja yang bisa memakainya dan juga toya ini aku beri nama Toya Aksara, " ucap Guntur dengan bangga.
" Huh.. Toya Aksara? " tanya Anisa mengulangi nama toya tersebut.
" Benar... Itu karena terdapat ukiran aksara pada toya ini.... Selain hanya aku saja yang bisa menggunakan toya ini, tapi juga toya ini aku berikan efek gravitasi... Jadi aku bisa membuat berat dan ringannya toya ini sesuai keinginanku... Kalau tidak percaya sekarang cobalah angkat toya ini! " ucap Guntur sambil meletakkan toya tersebut di atas batu yang Guntur gunakan untuknya duduk dengan posisi toya berdiri.
Anisa yang penasaran pun langsung memegang toya tersebut dan mengangkat bahkan menggesernya. Akan tetapi toya tersebut tidak berubah dari posisinya dan Anisa nampak sekuat tenaga melakukan itu. Anisa juga mengeluarkan semua kekuatannya dan membuka pintu jawaranya sampai pada pintu terakhirnya yang mana langsung aura jawara yang sangat kuat dan mengintimidasi itu keluar.
" Aaaarrrggghhh.... Haaaahhhh.... Aku menyerah! " ucap Anisa sambil ngos-ngosan hanya untuk mengangkat dan menggeser toya tersebut.
Segera Anisa menutup kembali pintu jawaranya dan menarik semua aksaranya sampai ke pintu ke 3 seperti semula.
" Apa kau tau... Aku memberi perintah kepada toya ini sampai memiliki berat seberat 150 ton dan juga aku memberikan pola aksara kepada batu ini supaya tidak hancur sebagai alas dari toya ini, " jelas Guntur sambil tersenyum.
Anisa yang mendengar itu pun langsung terkejut " Astaghfirullah... 150 ton... Pantas saja aku tidak kuat, " gumam Anisa dalam hati.
" Nah sekarang cobalah kau angkat lagi aku sudah memberinya perintah untukmu bisa memegang toya ini tapi selimuti tubuhmu dengan aura jawara terkuatmu supaya kau tidak terkena efek dari pola aksara ini, " ucap Guntur.
" Memang efeknya apa? " tanya Anisa penasaran.
" Tidak berat hanya seperti tersambar petir saja... Hehehe, " ucap Guntur sambil cengengesan.
" Astaghfirullah... Itu namanya kau ingin membunuhku... Lebih baik tidak saja, " ucap Anisa secara spontan.
Setelah itu Guntur memegang toya itu dan memperkecil ukurannya. Langsung saja toya tersebut mengecil dan Guntur memerintahkan toya tersebut untuk melingkar di tangannya untuk menjadi sebuah gelang.
Anisa tidak heran melihat itu karena Anisa juga membuat senjatanya menjadi ukuran kecil yang terpasang pada sisi atas sebelah kanan matanya untuk menjadi sebuah bros penghias cadarnya yang mana cadar Anisa adalah cadar bandana kesukaannya.
" Anisa... Aku tidak pernah melihat senjatamu... Apa senjata milikmu? " tanya Guntur penasaran.
" Ini! " ucap Anisa sambil menunjuk bros miliknya.
" Huh... Sabit? Aku baru tau kalau ada jawara yang menggunakan sabit? " tanya Guntur heran.
" Aku adalah satu-satunya jawara yang menggunakan senjata sabit dan sabit ini telah mengakui ku sebagai penggunanya, maka dari itu aku juga bisa merubah menjadi kecil seperti toya milikmu, " jelas Anisa.
" Hmm... Apa aku boleh meminjamnya sebentar? " tanya Guntur.
Anisa pun langsung mencopot bros berbentuk sabit tersebut dan memberikannya kepada Guntur.
Seketika Guntur yang memegang sabit milik Anisa pun terkejut karena sabit itu juga memiliki pola aksara jawanya di pegangan sabit tersebut.
Sabit itu langsung berubah menjadi besar dan Guntur nampak takjub dengan bentuk sabit milik Anisa itu.
" Waahhh.... Cantik sekali sabit ini... Hmm... Apa kamu ingin menjadi lebih sempurna lagi seperti toya milikku..? " tanya Guntur kepada sabit milik Anisa.
Sekilas, orang yang melihat Guntur pasti akan menganggap Guntur gila karena berbicara dengan benda mati, akan tetapi tidak dengan Guntur yang berbicara dengan pola aksara yang terdapat pada sabit milik Anisa.
Tiba-tiba sabit itu memancarkan cahaya hitam kemerahan lantas pola aksara yang terdapat pada sabit itu muncul.
Anisa yang melihat sabit miliknya seperti itupun terkejut.
" Bagaimana mungkin sabit ku mengeluarkan sebuah pola aksara? " tanya Anisa secara spontan.
" Anisa... Pola aksara ini lah yang menentukan penggunanya... Aku yakin pengguna sebelum kamu meminta bantuan seorang aksara bermata hitam untuk membuatkan sebuah pola aksara untuk sabit ini untuk menjadi senjata yang memiliki efek memilih pengguna dan juga membuat lebih kuat dengan kekuatan tambahan yaitu secara spontan sabit ini akan melindungi penggunanya dari bahaya yang tidak terdeteksi seperti racun dan serangan senyap, " jelas Guntur panjang lebar.
Anisa pun terkejut mendengar penjelasan Guntur tentang sabit miliknya itu.
" Baiklah... Anisa tolong menjauhlah 3 langkah kebelakang untukku bisa menyempurnakan pola aksara sabitmu ini! " ucap Guntur dengan tegas.
Anisa pun langsung melakukan apa yang Guntur perintahkan. Pola aksara pada sabit itu terus saja berputar ditengah pegangan sabit milik Anisa.
" Begitunya... Baiklah... Aku akan menyempurnakan mu sekarang dan tolong tahan supaya wadah mu tidak hancur! " ucap Guntur pada pola aksara itu.
Seketika Guntur langsung membuat pola aksara jawa kuno yang cukup besar dan menyatukan pola aksara miliknya ke pola aksara pada sabit itu.
Dengan sekejap sabit milik Anisa bergetar hebat dan mengeluarkan asap berwarna hijau gelap yang sangat bau karena racun-racun yang sudah diserap oleh sabit itu keluar dalam bentuk asap.
Tidak lama setelah itu pola aksara berwarna hitam yang terdapat pada sabit milik Anisa itupun berganti warna menjadi abu-abu terang dengan pola aksara jawa kuno yang Guntur buat. Lalu seketika itu pola aksara jawa kuno tersebut mengecil dan langsung masuk kedalam sabit milik Anisa tersebut.
Setelah masuk nampak perbedaan setelahnya yang semula berwarna hitam kemerahan menjadi hitam polos dengan garis-garis melingkar pada pegangan sabit berwarna merah serta terdapat pola aksara jawa kuno sebagai ukiran pada pegangan sabit milik Anisa tersebut berwarna abu-abu.
Nampak juga seperti pisau besar berbentuk bulan sabit yang sebagai pokok senjata itu pun juga berubah warna dan bentuk. Yang awalnya hanya seperti pisau melengkung besar seperti tangan belalang sembah kini menjadi lebih panjang dan lebar dengan 3 lubang berbentuk bintang lantas terdapat ukiran batik di sambungan pegangan pada sabitnya, terdapat juga seperti pahatan gergaji pada atas sabit tersebut. Juga mata sabit yang jauh lebih tajam dan kuat. Sehingga nampak sabit itu sangat elegan, kuat dan garang.
Setelah itu sabit itu melesat kepada Anisa dengan reflek Anisa langsung memegang sabit miliknya itu.
" Aku tidak percaya kalau sabitku akan jadi seperti ini, " ucap Anisa takjub.
" Sabit itu sudah sangat sempurna dan hanya kau saja yang dapat memakainya, Anisa... Lebih baik kau jadikan menjadi bros lagi karena sangat mencolok, " ucap Guntur.
Anisa langsung menuruti kata-kata Guntur yang sangat benar karena sangat mencolok lebih mencolok dari toya milik Guntur.
Setelah sabit itu berubah menjadi bros lagi, Anisa sangat berterima kasih padanya.
" Guntur... Terima kasih... Terima kasih, " ucap Anisa.
Guntur pun hanya menganggukkan kepalanya saja.
" Lebih baik kita beristirahat takut kalau murid atau guru yang berjaga dimalam ini sampai disini... Aku tidak mau menimbulkan fitnah karena kita belum sah.... Sudah sana balik ke kandangmu! Hahahaha, " ucap Guntur sambil tertawa.
Anisa yang mendengar kata belum sah langsung salah tingkah dan tersenyum tapi ketika kata terakhir langsung kesal.
" Makanya jangan lama-lama.... Udah aku pulang... Assalamualaikum, " ucap Anisa yang langsung melesat menuju gubuknya di kawasan khusus wanita.
Guntur yang mendengar itu pun langsung menggelengkan kepalanya.
" Waalaikum salam warrohmatullah, " ucap Guntur yang langsung berjalan kedalam gubuknya untuk beristirahat.
Guntur sudah lupa akan singkong yang dia bakar yang sudah menjadi arang dan saat Guntur teringat akan hal itu Guntur pun langsung menyesal dan kelaparan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
inip kk thor aq bacanya tegang tpndi akhir mau ngakak
beh nn nya koknya dobol to kk thor ...
2024-02-10
0