Bersamaan dengan meletupnya aura Aksara yang tidak sengaja diletupkan oleh Guntur diawal kenaikan tingkat atau terbukanya pintu terakhir yang mana aura tersebut bagaikan daya kejut yang sangat kuat diarea tempat Guntur bersemedi. Hembusan angin dan juga aura Aksara yang begitu agung terpancar di diri seorang Guntur itu sendiri. Dapat dirasakan oleh Mbah Pahing selaku neneknya sendiri terpancar keagungan seorang Aksara.
" Sungguh sangat istimewa aura dari seorang Sang Hyang Aksara, " gumam Mbah Pahing yang mana masih berdiri disebuah batang pohon untuk menunggunya.
Sampai pada di daerah tempat Guntur tinggal pun orang-orang juga merasakan betapa kuat dan agung nya aura tersebut.
" Aura apa ini? "
" Benar... Sangatlah kuat dan juga menenangkan. "
" Hei lihat aku sampai merinding... Lihat ini tanganku. "
Dari banyaknya orang-orang disekitar berkomentar pendapatnya masing-masing.
Kangean
Dimana terdapat keluarga kecil yang sedang beberes rumah. Seketika 2 dari 4 orang yang sedang beberes rumah langsung terkejut merasakan aura Aksara yang begitu agung dan sangat kuat.
" Astaghfirullah... Ini, " ucap seorang pria setengah baya.
" Mas... Ada apa? " tanya seorang wanita setengah baya yang heran kenapa suaminya tiba-tiba terkejut dan menjatuhkan sapu yang dia pegang.
" Ahh... Tidak dek tadi mas hanya terkejut saja melihat kecoa yang tiba-tiba saja lewat dibawah kakiku.... Heheheh, " ucap pria setengah baya itu yang mana adalah seorang aksara pintu ke 6.
" Laki-laki kok takut kecoa, " ucap sang istri sambil tertawa.
" Ya gimana dek... Kaget aku ne, " ucap sang suami sambil cengengesan.
Tidak ada yang menyadari hal itu kecuali pria setengah baya itu dan juga anak ke 2 nya yang mana juga sangat terkejut merasakan aura itu.
Anak itu sangat berbeda dari keluarganya yang mana kesehariannya selalu menggunakan pakaian yang sangat tertutup dan juga bercadar berbeda dengan ibunya yang biasa-biasa saja pakaiannya tapi keluarganya tidak mempermasalahkan itu dan hanya mendukung anaknya yang pendiam dan juga tertutup itu.
Anak itu menoleh kearah ayahnya yang mana ayahnya juga menoleh ke arah anaknya dan ayahnya hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban atas tatapan anaknya yang mana sang anak juga seorang aksara pintu ke 6 sama dengan ayahnya jadi bisa merasakan aura tersebut walaupun jauh dari daerah tempat tinggalnya.
Setelah mendapatkan anggukan dari ayahnya, anaknya hanya menunduk dan diam. Tapi dalam diamnya dia tersenyum manis karena orang yang telah ditunggunya akan segera menampakan dirinya.
" Alhamdulillah.... Akhirnya dia menampakan dirinya walaupun hanya auranya saja tapi sudah cukup untuk membuat hatiku lega, " gumamnya dalam diam.
Setelah itu mereka melanjutkan pekerjaannya bersama keluarganya.
Di suatu Padepokan
Padepokan itu adalah salah satu padepokan besar dengan ribuan murid yang telah melahirkan para jawara tangguh entah itu yang masih berstatus sebagai murid atau pun yang sudah lulus. Dengan adanya fasilitas yang mumpuni dan juga terjamin padepokan itu menjadi padepokan yang besar bahkan terkenal dibeberapa negara.
Di sana terdapat salah 1 murid bahkan tidak bisa juga dibilang murid karena sudah melampaui kata murid itu sendiri yang mana orang tersebut sudah membuka pintu terakhirnya hanya saja dia menutup semua aura dan juga memiliki sebuah metode tersendiri dari gurunya langsung untuk menutup itu semua. Jadi para jawara melihat dia hanyalah sebagai jawara pintu ke 3 saja tetapi kemampuannya sangatlah tidak masuk akal.
Semua murid dan guru tau siapa dia tapi mereka hanya diam dan tidak ada yang pernah menyinggungnya, bukan karena takut tapi mereka tau dia murid dari siapa dan juga dia sangatlah tertutup dan pendiam. Tidak pernah sekalipun berbicara kepada siapapun kecuali kepada gurunya dan salah satu seniornya yang sering menjalankan misi bersama. Kalaupun ada yang menyinggungnya maka dengan hanya dengan 1 tarikan nafas saja orang yang menyinggung itu akan langsung terkapar tidak sadarkan diri. Entah itu murid ataupun guru semuanya terkapar.
Bukannya dia itu tidak mau untuk berkomunikasi dengan yang lainnya atau bergaul tapi dia sendiri secara tidak langsung susah untuk melakukan itu dikarenakan pakaiannya bak seorang ninja itulah yang mana para murid dan guru merasa sangat sungkan terhadapnya. Maka dari itu mereka semua memilih untuk membiarkan orang itu dan mencari aman terhadap dirinya.
Orang itu diberi gelar oleh gurunya sebagai Srikandi Bercadar, karena pakaian yang dia kenakan selalu tertutup. Bahkan murid dan para guru di padepokan itu sendiri belum pernah melihat bagaimana rupa dari orang itu kecuali gurunya langsung itupun hanya sekali dia menampakan rupanya dihadapan gurunya itu.
Gadis itu sedang bersantai bawah pohon beringin yang rindang sambil melihat para murid sedang di gojlok oleh guru-guru mereka.
Tiba-tiba saja wanita itu terdiam, mata indahnya langsung terpejam merasakan aura agung seorang aksara yang dirasakannya.
" Alhamdulillah.... Sudah lama aku menunggu orang itu akhirnya dia menampakan dirinya walaupun hanya auranya saja tapi hatiku sangat lega, " gumam wanita bercadar itu sambil tersenyum manis dibalik cadarnya.
Di Kediaman Keluarga Samudra.
Aji yang sedang bersantai dengan istrinya di teras rumah pun langsung terkejut begitu merasakan aura agung yang dipancarkan oleh seorang aksara.
" Aura ini! " kata Aji sambil menatap istrinya.
" Iya mas... Aura yang begitu agung dan juga menenangkan tapi dibalik semua itu tersirat aura yang sangat mengerikan.... Kira-kira siapa ya pemilik aura ini? " tanya Lastri.
" Entahlah nyai... Baru kali ini aku merasakan aura seorang aksara yang seperti ini, " kata Aji.
" Iya mas, " kata Lastri.
Air Terjun Semanggi
Guntur yang telah selesai dengan semedinya langsung menarik kembali auranya dan pupil matanya pun kembali normal.
" Alhamdulillah... Jadi begini ya seorang aksara yang sudah sempurna, " gumam Guntur pelan setelah mengetahui aksaranya sendiri dan membuka pintu aksara terakhirnya.
Melihat Guntur yang seperti sedang melamun segera Mbah Pahing memanggilnya.
" Guntur! " teriak Mbah Pahing memanggil cucunya dan melambaikan tangan kanannya.
Guntur yang melihat neneknya melambaikan tangannya langsung saja melompat kearah neneknya.
" Wussshhhhh.... Tap... "
" Nenek, " ucap Guntur sambil mencium tangan kanan neneknya sebagai rasa hormatnya.
" Guntur... Selamat..... Sekarang kamu sudah menjadi seorang aksara yang sempurna maka dari itu sekarang tutup semua pintu dan tekan auramu sebagai aksara, " ucap Mbah Pahing.
" Sendiko nek, " ucap Guntur yang langsung menutup dan menekan auranya sampai ke titik 0.
" Guntur... Nenek hanya ingin berpesan kepadamu... Jangan pernah kau tunjukkan kekuatanmu kepada siapapun kecuali terdesak... ". kata Mbah Pahing.
" Sendiko nek, " ucap Guntur sambil mengangguk patuh.
Walau bagaimanapun Mbah Pahing tidak mau Guntur menjadi sombong dan arogan walaupun Mbah Pahing sendiri tidak melihat kalau Guntur memiliki sifat seperti itu.
" Ingat Guntur buang semua nafsu angkara yang kau miliki... Sebagai seorang aksara jangan pernah memiliki itu semua... Hatimu haruslah bersih dan mulia jangan biarkan noda hitam menempel pada hatimu walaupun hanya setitik saja, " ucap Mbah Pahing.
Guntur hanya menganggukkan kepalanya saja dan menuruti semua perkataan neneknya itu.
" Yasudah kita kembali ke rumah kasihan ibumu sendirian selama nenek menjagamu disini, " ucap Mbah Pahing sambil berjalan ke rumahnya yang diikuti oleh Guntur dibelakangnya.
Malam harinya setelah makan malam mereka semua berkumpul di teras rumah.
" Guntur sekarang kau sudah membuka semua pintu aksaramu dan nenek ingin kau meneruskan membuka pintu jawaramu yang sekarang hanya bisa terbuka di pintu ke 3 karena nenek tidak tau banyak akan ilmu jawara, " Ucap nenek sambil menahan air matanya.
Guntur yang melihat nenek dan ibunya seperti menahan sesuatu dan ekspresinya sangat sedih pun menjadi bingung. Dia bertanya tanya dalam benaknya. Walaupun dia sendiri itu anak yang sangat cerdas dan bijak tapi saat ini dia merasa kebingungan dengan semua itu. Dalam perasaannya timbul rasa sedih yang merasa ini akan menjadi malam terakhirnya untuk saat-saat ini bersama mereka.
" Apa nenek dan ibu menginginkan aku untuk belajar dan mengembangkan ilmu jawaraku juga? Tapi aku tidak mau kalau aku harus berpisah dengan nenek dan ibu... A-aku, " ucap Guntur terpotong oleh neneknya.
" Guntur... Ini bukanlah akhir.... Kita bisa berkumpul lagi suatu saat nanti... Guntur.... nenek dan ibumu ingin kamu turun gunung untuk menjadi kuat dan membuka semua pintu jawaramu guna untuk melindungi orang-orang yang kamu sayangi dan cintai, " ucap Mbah Pahing.
" Nek aku sudah kuat aku bisa untuk melindungi nenek dan ibu... A-aku, " ucap Guntur sesenggukan yang mulai mengeluarkan air matanya.
Mbah pahing yang melihat Guntur seperti itu pun menggelengkan kepalanya.
" Guntur... Memang benar kamu itu kuat malah sangat kuat... Jiwa aksaramu bahkan tidak ada bandingnya serta kekuatannya bahkan nenek pun tidak kuat untuk melawanmu jika untuk aksara tapi ingatlah Guntur kalau darah yang mengalir pada dirimu itu juga ada darah seorang jawara dan itu dari ayahmu... Ayahmu bukan seorang jawara keroco tapi jawara yang sangat kuat gagah dan kuat serta berbudi luhur... Ingat Guntur dengan adanya kamu turun gunung kamu akan mendapatkan pengalaman yang sangat berarti dan juga ilmu untuk bekal dimasa depan, " ucap Mbah Pahing panjang lebar.
" Guntur... Kamu sayang kan sama ibu? Sama nenek? Kalau kamu sayang maka turunlah gunung... Carilah pengalaman diluar sana serta ilmu untuk masa depanmu.... Jika kamu nanti rindu dengan ibu dan nenek percayalah kalau ibu dan nenek akan sangat menantimu, " ucap Anjani yang sedari tadi hanya diam.
" I-ibu, " Gumam Guntur lirih.
" Guntur nenek akan menceritakan kebenaran kepadamu maka dengarkanlah dan bijaklah untuk mengambil langkah selanjutnya, " ucap Mbah Pahing.
Mbah Pahing pun menjelaskan dan menceritakan semuanya kepada Guntur. Siapa ayahnya, siapa kakeknya, keluarga besar dari sang ayah dan juga semuanya Mbah Pahing ceritakan. Guntur pun seakan tidak percaya akan semua cerita dari neneknya tapi mengingat dia sudah bertemu dengan kakek dan ayahnya di alam bawah sadarnya maka Guntur percaya apa yang diceritakan oleh neneknya itu.
" Nah Guntur sekarang nenek sudah lega bisa ceritakan semuanya kepadamu... Guntur... Nenek ingin kamu pergi ke suatu padepokan dan belajarlah di sana sampai kamu membuka semua pintu jawaramu dan menjadi seorang jawara yang hebat.... Nenek juga ingin kamu merahasiakan identitasmu kalau kamu adalah cucu dari para legenda.... Jika kau bertemu dengannya maka hormatilah karena mereka juga kakek dan nenekmu... Biarlah mereka tau dengan sendirinya akan semua kebenaran tentangmu, " kata Mbah Pahing sambil tersenyum.
" Sendiko nek... Lalu padepokan apa yang menjadi tempatku untuk menimba ilmu jawaraku nek, " kata Guntur.
" Padepokan itu milik kakek dan nenekmu yang bernama Padepokan Pancanaka, " ucap Mbah Pahing.
" Ehh... Padepokan Pancanaka? Milik kakek dan nenek? " tanya Guntur terkejut.
" Iya itu karena di sana sangatlah terjamin dan juga sudah melahirkan para Jawara hebat dan tangguh sampai saat ini, " ucap Mbah Pahing.
" Hmm... Baiklah nek... Setelah sujud subuh nanti aku akan turun gunung dan ke padepokan itu.... Tapi nek dimana tempat padepokan itu? " tanya Guntur.
" Pergilah kearah timur setelah kamu turun dari gunung dan padepokan itu terletak cukup jauh dari sini dimana itu ada di daerah Batavia, " ucap Mbah Pahing.
" Baik nek, " ucap Guntur.
Setelah itu mereka pun masuk kedalam rumah untuk beristirahat.
Pagi hari setelah sujud subuh Guntur pun berpamitan kepada ibu dan neneknya. Setelah semua sudah siap dan Anjani dan juga Mbah Pahing memberikan bekal untuknya maka mulailah Guntur dengan perlahan menuruni gunung yang selama ini menjadi tempat tinggalnya bersama ibu dan neneknya.
" Aku harus bisa untuk menjadi kuat agar bisa melindungi semua orang yang aku sayangi dan cintai.... Ibu nenek.... Tunggu aku pulang! " teriak Guntur pada saat sudah sampai setengah perjalanan dari atas gunung.
Seketika itu Guntur pun langsung melompat kebawah dan membuat pola aksara untuknya terbang menuju suatu daerah yang bernama Batavia dengan tujuan akhir Padepokan Pancanaka.
Sebenarnya belum ada yang namanya pola untuk bisa terbang hanya saja Guntur anak yang suka bereksperimen yang aneh-aneh maka dari itu dia bisa mendapatkan ide dan menciptakan pola aksara untuknya terbang. Dan juga sebenarnya Guntur turun gunung hanya untuk sujud jum'at saja di masjid terdekat tapi kalau bepergian jauh dan lama itu tidak pernah bahkan saat bersemedi pun Guntur menghentikan semedinya dan langsung turun gunung untuk sujud jum'at setelah itu kembali lagi untuk bersemedi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments