Beberapa hari telah berlalu, Guntur sudah tidak lagi menyapu padepokan dan hanya klontang klantung saja di padepokan, tetapi walau begitu Guntur kembali melatih tubuhnya dengan maksimal. Tidak mengenal waktu dalam berlatih. Pagi, siang, sore bahkan sampai malam dan hanya beristirahat 4 jam saja dalam sehari.
Anisa pun juga tidak menampakan dirinya kepada Guntur. Anisa saat ini sedang melakukan misi pengawalan bersama Ragil untuk mengawal salah satu pejabat disuatu kota cukup jauh dari kota Batavia.
" Aihh... Aku baru ingat kalau aku akan menambah beban pemberat Ridwan, tapi kemana itu anak ya... Beberapa hari ini aku tidak melihatnya... ". Gumam Guntur yang berhenti sejenak mengingat temannya itu.
" Hmm... Lebih baik aku mencarinya sajalah.... ". Gumamnya lagi.
Setelah itu Guntur lekas membersihkan dirinya dan berganti pakaian yang dibelikan oleh Lastri. Selesai dengan itu Guntur segera berjalan menuju padepokan guna mencari temannya itu.
Saat sudah sampai ditaman padepokan, banyak sekali pasang mata yang melihatnya apalagi dari kaum hawa. Mereka jelas penasaran siapa dia kenapa baru melihatnya. Tapi Guntur tidak menghiraukan semuanya dan terua mencari keberadaan Ridwan.
Guntur melihat ada seorang murid yang sering bersama dengan Ridwan ditaman padepokan. Lantas Guntur bertanya dengan orang itu.
" Maaf bro... Apa kau melihat Ridwan? ". Tanya Guntur.
" Hmm... Ridwan ya... Tadi sih aku lihat dia sedang berada di kantin tapi tidak tau kalau sekarang... ". Ucap murid itu sambil melihat Guntur dengan penasaran.
" Hm... Baiklah... Terima kasih bro... ". Ucap Guntur langsung berlari ke arah kantin.
" Huh... Siapa dia... Tapi kenapa suaranya seperti Guntur? Ahh... Tidak mungkin kalau Guntur... Dia kan Gondes... Gondrong Ndeso... Tapi dia adalah cucu dari guru besar... Duh.. Mikir apa aku ini.... ". Gumam murid itu dengan pelan.
Guntur tidak tau kalau di padepikan dirinya mendapat julukan Gondes atau Gondrong Ndeso. Itu dikarenakan penampilannya yang seperti gelandangan tidak terurus.
Lanjut Guntur yang telah sampai di kantin. Ternyata benar kalau Ridwan berada disana. Guntur melihat Ridwan sedang duduk sendirian sambil melamunkan sesuatu.
Langsung saja Guntur berjalan kearahnya dan duduk didepannya setelah sampai. Ridwan yang melihat Guntur mengeritkan keningnya.
" Siapa? ". Tanya Ridwan penasaran dengan orang tampan yang tiba-tiba duduk didepannya sambil melihatnya dengan serius.
" Ahh... Kau masih memakai pemberat yang aku berikan.... Bagus... Bagus.... ". Ucap Guntur sambil tersenyum.
" Ma-mas Gun.... ". Ucap Ridwan sedikit berteriak.
" Jangan keras-keras... Aku tidak tuli.... ". Ucap Guntur sambil memegangi telinganya.
" Hehe... Maaf mas... Aku sampai pangling dengan mas Gun... ". Ucap Ridwan.
" Yah... Mau bagaimana lagi... Ini karena nenekku yang memaksaku untuk merubah penampilanku... ". Ucap Guntur sedikit kesal mengingat Lastri yang sebenarnya juga sedikit memaksanya.
" Ahh... Benar juga... Mas Gun.. Kau adalah cucu dari sang Legenda... Jadi... ". Ucap Ridwan terpotong oleh Guntur.
" Woe bro... Aku tetaplah menjadi aku... Walaupun aku anak sang legenda ataupun presiden sekalipun aku tetaplah aku yang sama... Jangan kau kira aku sebenarnya adalah cucu mereka lantas sifat dan watakku akan berubah? Mungkin untuk orang lain itu berlaku tapi tidak denganku... Aku masihlah Guntur seperti yang dulu... ". Jelas Guntur kesal.
Hal inilah yang Guntur takutkan. Mereka akan menjaga jarak dengan Guntur saat mengetahui semuanya tentang Guntur. Apalagi kejadian itu semua murid dan guru menyaksikannya.
" Ehh... Ma-maaf mas.... ". Ucap Ridwan menundukan kepalanya.
" Bro... Kau adalah temanku bahkan aku sudah menganggapmu sebagai saudaraku sendiri jadi janganlah kau merubah sikapmu kepadaku... ". Ucap Guntur dengan serius.
" Ba-baiklah mas... ". Ucap Ridwan.
" Apa kau tidak berlatih dengan gurumu? ". Tanya Guntur.
" Sudah mas... Aku sedang beristirahat saja... Guru juga akan pergi untuk melakukan misi jadi beberapa hari kedepan jadwal latihanku kosong... ". Ucap Ridwan.
" Hehehe... Kalau begitu kau berlatih saja denganku... ". Ucap Guntur sambil tersenyum jahat.
Melihat Guntur yang tersenyum jahat itu Ridwan menelan ludahnya dengan kasar.
" Ehh... I-itu... Aku baru ingat kalau... ". Ucap Ridwan terpotong oleh Guntur.
" Ayo kita latihan dengan serius bro supaya kau menjadi kuat... Hehehe.... ". Ucap Guntur sambil beranjang dan menggeret tubuh Ridwan.
Sedangkan Ridwan hanya bisa pasrah akan nasipnya yang akan seperti neraka beberapa hari kedeoan sampai gurunya kembali dari misinya.
" Matilah aku.... ". Gumam Ridwan dalam hati dan pasrah.
Benar saja saat mereka sampai di gubuk Guntur, Ridwan dilatih oleh Guntur langsung dengan porsi yang berat. Push up, set up, berlari mengelilingi kebun kosong di belakang gubuk guntur yang sudah Guntur bersihkan dan nampak seperti lapangan sekarang ini dan sebagainya dengan hitungan 100 kali.
Setelah itu mengangkat berat seperti barble, mengangkat karung yang berisikan pasir dengan berat 10-30 kg.
Ridwan seakan berada didalam neraka itu sendiri. Jika Ridwan mengeluh maka Guntur akan mencambuk tubuhnya dengan selang sepanjang 1 meter.
Mau tidak mau Ridwan melakukannya dan hanya diberikan istirahat selama 4 jam sehari. Ridwan memulai tinggal digubuk Guntur sampai gurunya kembali.
_***_
1 bulan sudah Ridwan dilatih oleh Guntur. Perbedaan fisiknya pun sudah mulai nampak. Otot-otot di tubuhnya juga mulai membesar sesuai dengan tubuhnya yang mulai kekar walau sedikit tapi sudah membuktikan jika latihan bersama dengan Guntur itu memberikan efek yang menonjol pada diri Ridwan.
Mulai dari fisik, mental, spiritual, insting, kepekaan, reflek, kecepatan, semua Guntur latih. Walaupun pada awalnya Ridwan serasa berada di neraka tapi setelah beberapa hari Ridwan mulai terbiasa dengan itu.
Bahkan Ridwan sendiri juga diberi latihan menggunakan senjata oleh Guntur. Ridwan memilih menjadi pengguna tombak dari sekian banyak senjata yang Guntur tawarkan.
Guntur melatih Ridwan dengan menggunakan tombak yang tidak jauh berbeda dengan toya, Guntur mengajarkan dasar-dasar menggunakan tombak kepada Ridwan.
Ridwan sendiri sangat bersemangat untuk berlatih dengan tombak. Guntur sendiri membuatkan tombak untuk Ridwan dari sisa pohon jati yang dia tebang untuknya membuat toya.
Dengan ujung tombak Guntur buatkan dengan menggunakan besi ringan agar akan sama dengan tombak-tombak seperti yang lainnya. Walau nampak sederhana tapi tombak buatan Guntur sangatlah kuat dan bisa diadu dengan senjata milik guru di padepokan itu sendiri.
" Sudah kita istirahat dulu bro... ". Ucap Guntur menyuruhnya untuk beristirahat latihan.
" Baik mas Gun... ". Ucap Ridwan.
" Sebentar... Malam-malam begini enaknya bakar singkong bro... Ahaha... Aku akan menyiapkannya... ". Ucap Guntur.
" Aku bantu mas... ". Ucap Ridwan.
" Baiklah ". Ucao Guntur.
Malam yang lumayan dingin tapi tidak dengan mereka berdua. Disamping sudah terbiasa dengan dinginnya malam, mereka juga terbiasa untuk menyalakan api unggun untuk menemani latihan mereka dimalam hari.
Beberapa saat kemudian mereka telah memulai untuk membakar singkong didepan gubuk.
" Bro... Apakah kau sudah menguasai suatu jurus tangan kosong di padepokan ini? ". Tanya Guntur sambil duduk didepan api unggun dan membakar singkong.
" Sudah mas... Jurus itu bernama Jurus Condro Geni dimana jurus yang sama dengan salah satu jurus tangan kosong milik guru besar... Yah walaupun aku baru di tahap awal sih... ". Ucap Ridwan yang terduduk menatap api unggun.
" Hm... Baguslah... Pelajari itu dulu sampai sempurna nanti aku akan membantumu dan setelah itu ambilah jurus tombak yang sesuai dengan tombakmu... Ingatlah jangan asal memilih jurus tombak itu akan mempengaruhi jurus tombakmu dimasa depan... ". Jelas Guntur menasehati Ridwan tentang Jurus tombak.
" Baiklah mas aku akan hati-hati untuk memilih jurus tombak kelak... ". Ucap Ridwan.
" Kenapa kau memilih tombak bro... ". Tanya Guntur.
" Itu karena aku sangat menyukai tombak mas... Semua keluargaku pengguna kerambit jadi aku ingin merubah konsep pemikiran mereka kalau sebenarnya semua senjata itu baik tergantung penggunanya saja.... ". Ucap Ridwan.
" Kerambit ya... Serangan senyap, cepat, tanpa jejak, tanpa bayangan... Apa kau dari keluarga Jawara beremelemen kegelapan dan angin bro? ". Tanya Guntur.
" Benar mas... Semua keluargaku berelemen kegelapan dan angin... Hanya aku yang memiliki elemen yang berbeda yaitu api... ". Ucap Ridwan sedih.
" Maka dari itu kau marasa dikucilkan oleh keluargamu? ". Tanya Guntur menebak.
" Benar mas... Sebenarnya Keluargaku memiliki padepokan sendiri, padepokan khusus berelemen kegelapan dan angin dimana kerambit yang menjadi senjata mereka, juga, keluargaku menganggapku anak pungut karena memiliki elemen yang berbeda dari mereka... Bahkan ayah dan ibuku sendiri tidak menyukaiku... Maka dari itu aku lari dari rumah dan masuk di padepokan ini walaupun melewati 3 kali kegagalan tapi semua itu tidak aku hiraukan dan terus untuk maju dan menjadi kuat... ". Jelas Ridwan bersedih mengingat keluarganya.
" Buktikan kepada mereka kalau kau lebih baik dari apa yang mereka pikirkan... Jangan kau dendam pada mereka dan berpikir untuk tidak suka atau tidak mengakui mereka sebagai keluargamu, apalagi orang tuamu... ". Ucap Guntur.
" Benar mas... Aku hanya ingin membuktikan kalau aku adalah anak yang bisa membanggakan mereka bukan malah menjadi sampah karena berbeda.... Aku juga tidak memiliki dendam dengan mereka... ". Ucap Ridwan.
" Apa keluargamu tahu kau berada disini? ". Tanya Guntur.
" Sepertinya tidak tahu mas... Aku juga tidak pernah mendengar kalau keluargaku mencariku... ". Ucap Ridwan.
" Maka dari itu aku sangat ingin melatihmu bro untuk menjadi kuat dan menulis legendamu sendiri nantinya.... ". Ucap Guntur dengan serius.
" Terima kasih mas Gun... ". Ucap Ridwan senang.
" Mulai besok aku akan menambah pemperatmu menjadi 50 kg.... Hehehe.... ". Ucap Guntur sambil tertawa.
" APA...?!! ". Teriak Ridwan tidak percaya.
" Mati aku... ". Gumam Ridwan dalam hati.
Padahal saat ini Ridwan sudah memakai pemberat seberat 30 kg. Serasa hampir pingsan saja rasanya untuk Ridwan saat ini. Dengan membayangkannya saja sudah membuatnya merinding apalagi menjalaninya, belum lagi latihan nerakanya itu sendiri.
" Iblis ".
Itulah yang ada dipikiran Ridwan saat melihat Guntur.
_***_
" Bro... Sudah 1 bulan kau memakai pemberat tubuhmu itu walaupun baru 59 kg... Jadi lepaskanlah pemberatmu itu dan latih tanding denganku... Maka kau akan mengetahui alasan kenapa aku suruh memakai pemberat tubuh... ". Ucap Guntur melihat perkembangan Ridwan yang jauh lebih kuat dari sebelumnya.
" Serius mas... ". Ucap Ridwan yang tidak percaya.
" Iya... Lepaskan saja pemberatmu dan latih tanding denganku dengan tangan kosong... Kau boleh menggunakan jurusmu itu... ". Ucap Guntur dengan yakin.
" Hm... Baiklah... ". Ucap Ridwan yang langsung melepas semua pemberat tubuh dari tubuhnya.
Ridwan merasakan sangat lega saat melepas pemberat itu " Serasa sangat ringan tubuhku ". Gumam Ridwan pelan.
" Baiklah kita mulai bro... ". Ucap Guntur sambil memasang kuda-kuda.
Begitu juga dengan Ridwan tapi karena Ridwan sudah tidak sabar jadi Ridwan langsung melesat cepat dengan kekuatan penuhnya kearah Guntur sambil menggunakan juruanya.
" Condro Geni tahap kedua : Tangan Api ". Gumam Ridwan pelan.
Tapi disaat melesat kearah Guntur, Ridwan bukannya menyerang Guntur dengan jurusnya tapi malah kebablasan sehingga menabrak sebuah pohon mangga yang cukup jauh dibelakang Guntur.
" Wusshh... Booomm... ".
Nampak ledakan terdengar dan bekas pukulan Ridwan di pohon mangga itu gosong.
" Ehh ". Ucap Ridwan terkejut tidak menyangka kalau malah kebablasan cukup jauh di belakang Guntur.
Sedangkan Guntur malah tertawa terbahak-bahak melihat Ridwan terlalu bersemangat untuk pertama kalinya latih tanding dengan pemberat tubuhnya dilepas.
" Eh... Wuahahahhahaa.... Kontrol dong jangan asal melesat begitu.... Kikikikiki.... Aduh sakit perutku... Wahahahahaha..... ". Tawa Guntur pecah.
" Weeeeehhhhhh.... Mas Gun.... Kenapa aku bisa sampai disini.... Diamput.... ". Ucap Ridwan kebingungan.
" Lah... Wahahahahhaa.... Duhh.... Bro... Ketika kau melepas pemberat tubuhmu kau akan merasakan ringan pada tubuhmu... Jika kau menggunakan kekuatan penuh dan tidak kontrol ya seperti ini hasilnya... Bablas seperti mobil tanpa rem dan menabrak sembarang arah.... Wahahahahah..... ". Jelas Guntur yang masih tertawa sambil memegangi perutnya yang sakit karena tertawa.
" Huh.... Jadi begitu ya... ". Ucap Ridwan sambil berjalan mendekati Guntur.
" Wuahahahaha... ". Tawa Guntur yang masih membahana.
" Udah dong mas... Malu aku... ". Ucap Ridwan yang memerah mukanya karena malu.
" Lah... Wuahahahahah.... Duhh... Maaf-maaf... Sepertinya kau harus belajar mengontrol akan hal ini sebelum latih tanding... ". Ucap Guntur yang menahan tawanya.
" Sepertinya begitu... Mas Gun... Bagaimana caranya mengontrol dengan kekuatan penuhku... Aku tidak mau kebablasan lagi... ". Ucap Ridwan.
" Bhuaahahahhaaa.... Duhh... Begini... Uhuk-uhuk... Hm... Jadi ketika kau menggunakan kekuatan penuh kau harus mengatur jarak lesatanmu... Jika sudah kau harus tau arah dimana musuhmu berada... Gunakan instingmu dan juga reflekmu... Dan 1 hal lagi yang aku sadari darimu... Kau memiliki kecepatan serangan yang diluar nalar karena kau berasal dari keluarga yang mengandalkan kecepatan dalam hal bertarung... Hmmm.... Semacam keturunan lah... Hanya saja elemenmu berbeda... Aku yakin kau bahkan lebih cepat dari semua orang yang berada di keluargamu... ". Ucap Guntur dengan serius.
" Jadi begitu ya... Lantas bagaimana mas Gun... ". Tanya Ridwan.
" Begini saja... Kau pasangkan lagi pemberat tubuhmu kecuali 1 dibagian tangan... Lantas kau coba serang aku lagi dengan tanganmu yang tidak memakai pemberat... Disitu nanti kau akan tau dimana kelebihan dan kekuranganmu.... ". Jelas Guntur serius.
" Hm... Baiklah... ". Ucap Ridwan yang langsung memasangkan kembali pemberat tubuhnya kecuali tangan kanannya.
" Kalau sudah sekarang serang aku lagi... ". Ucap Guntur.
Ridwan dengan tenang langsung menyerang Guntur dengan itu. Nampak sekali perbedaan kecepatan serang pada tangan kanannya yang tidak diberi pemberat tubuh.
Guntur jelas bisa melihat pergerakan dari serangan Ridwan karena perbedaan level tubuh Guntur yang jauh lebih kuat dari pada Ridwan.
Setelah beberapa jam berlalu Ridwan mulai mengerti akan kelebihan dan kekurangan serangannya. Maka Ridwan menyudahi serangannya terhadap Guntur yang hanya menghindar dan menangkis saja.
" Jadi begini ya cara untuk mengontrolnya... ". Gumam Ridwan dengan pelan tapi masih bisa didengar oleh Guntur.
" Yahh... Kau sudah mulai faham kan dengan kekuatanmu... Tapi untuk saat ini kau belum bisa mengontrol lebih dalam lagi kalau pemberatmu dilepas... ". Ucap Guntur.
" Benar mas Gun... Akhirnya aku bisa walaupun hanya tangan kananku saja... ". Ucap Ridwan senang.
" Yahh... Sekarang kita istirahat dulu... Pasang lagi pemberatmu setelah itu kita bakar singkong lagi... Hari juga sebentar lagi sudah masuk pagi... ". Ucap Guntur yang mengingat sudah tengah malam mereka berlatih.
" Baiklah mas... ". Ucap Ridwan patuh.
Saat mereka membakar singkong mereka mengobrol pengalaman masing-masing.
" Oh iya mas Gun... 3 bulan lagi akan ada turnamen antar murid padepokan ". Ucap Ridwan.
" Ehh... Benarkah? Pasti bakal seru... Tapi aku tidak minat toh aku juga bukan murid... Aku lho disini bingung dengan statusku... Dulu aku seorang pekerja dan sekarang sudah bukan lagi karena identitasku terbongkar... Aku juga bukan seorang murid... ". Ucap Guntur.
" Ehh... Benar juga Mas Gun... ". Ucap Ridwan.
" Tapi... Gimana kalau kau saja yang ikut... ". Ucap Guntur.
" Huh? Aku? Yang ada saat babak awal aku langsung tepar... Diantara semua murid hanya aku yang paling lemah... ". Ucap Ridwan sedih.
" Justru itu bro... Buktikan kepada mereka kalau kau itu mampu dan kuat... Tenang saja, aku akan membantumu.... ". Ucap Guntur memberi semangat untuk Ridwan.
" Tapi mas... ". Ucap Ridwan tidak yakin.
" Begini saja... Jika kau masuk 10 besar maka aku akan memberikanmu sesuatu yang menarik... ". Ucap Guntur sambil tersenyum.
" Eh... Hmm... Baiklah tapi... ". Ucap Ridwan terpotong oleh Guntur.
" Tidak ada tapi-tapian... Kau akan ikut turnamen itu... Hehehhe... ". Ucap Guntur dengan segudang rencananya.
" Baiklah... ". Ucap Ridwan dengan pasrah.
" Kalau begitu mulai besok aku akan menambah porsi latihanmu dan menambah pemberatmu menjadi 70 kg.... Wahahahaha... ". Ucap Guntur bahagia.
" Astaghfirullaaaaaahhhhh.... ". Ucap Ridwan panik.
_***_
Dipuncak bukit.
Lastri yang ingin berkunjung di kediaman Mbah Pahing setelah menakhlukan medan bukit itu akhirnya melihat suatu gubuk dipuncaknya.
Lastri juga melihat Anjani sedang menanam singkong di samping gubuk itu.
" Anjani ". Ucap Lastri yang melesat cepat dan berhenti dibelakang Anjani.
Anjani pun langsung menoleh kebelakang dan mendapati Lastri yang tersenyum kepadanya.
" Astaghfirullah.... I-ibu.... ". Ucap Anjani berlari menghampiri Lastri.
Setelah Anjani sampai, Anjani langsung salim dengan Lastri lantas memeluknya. Rasa rindu terpancar dari keduanya saat salik memeluk antara ibu mertua dan menantunya itu.
" Kenapa tidak memberi tanda kalau Ibu mau datang... ". Ucap Anjani sambil melepaskan pelukannya.
" Hmm... Tidak nak.... Hehehe... ". Ucap Lastri.
" Ayo bu... Ke gubuk... ". Ucap Anjani mengajak Lastri ke gubuknya.
Sesampainya di gubuk, Lastri merasa sangat prihatin dengan keadaan Anjani dan Mbah Pahing di Gubuk ini. Gubuk itu sangat mirip dengan gubuk milik Guntur di padepokan hanya saja lebih besar.
Lastri duduk di bangku yang terdapat di teras depan. Anjani pun datang sambil membawa air putih dengan gelas yang terbuat dari bambu.
" Gimana kabar Guntur ibu? ". Tanya Anjani.
" Alhamdulillah baik-baik saja... Kau tenang saja.... Oh iya... Kemana Pahing nak? ". Ucap Lastri sambil menerima air yang diberikan Anjani.
" Alhamdulillah.... Simbok sedang melatih Husna ibu... Mungkin sebentar lagi akan kembali mengingat hari sudah sore.... ". Ucap Anjani duduk disamping Lastri.
" Husna? Siapa itu nak... ". Tanya Lastri penasaran.
" Srikandi Aksara nek... ". Ucap Anjani sbil tersenyum.
" Hm.. Begitu ya... ". Ucap Anjani.
" Setelah kejadian itu Husna tidak berhenti menangis jika sedang bersujud ibu... Dia selalu teringat dengan Guntur... Juga mungkin hatinya masih merasakan sakit karena keberadaan Srikandi Jawara... Maka dari itu simbok menghiburnya untuk menjadi muridnya supaya bisa untuk bersanding dengan mereka tanpa menjadi beban... ". Jelas Anjani.
" Hahhhhhh.... Berarti sama saja dengan Anisa... Mau bagaimana lagi... Mereka ditakdirkan untuk bersama dengan Guntur... ". Ucap Lastri.
Tidak lama setelah mereka mengobrol Pahing dan Husna pun kembali dari latihannya. Melihat Lastri berkunjung ke gubuknya Mbah Pahing tersenyum.
" Sahabatku... Bagaimana kabarmu... ". Ucap Mbah Pahing sambil memeluk Lastri.
" Alhamdulillah baik... Lalu bagaimana keadaanmu... ". Ucap Lastri sambil melepas pelukannya.
" Yahh seperti yang kau lihat... Aku hanya melatih Husna sekarang ini... Nah Husna... Ini adalah nenek Guntur juga dari keluarga Samudra dan keluarga Jin... ". Ucap Mbah Pahing.
Husna pun langsung memeluk erat Lastri.
" Gimana kabarmu nak... ". Tanya Lastri.
" Alhamdulillah nek... Lalu bagaimana dengan Guntur.... ". Ucao Husna.
" Alhamdulillah.... Tenang saja Guntur baik-baik saja... ". Ucap Lastri.
Lalu mereka pun masuk kedalam Gubuk sementara Husna membersihkan dirinya di kamar mandi.
Sementara yang lain mengobrol sampai tiba waktu maghrib dan Lastri memutuskan untuk menginap di sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Putra_Andalas
Sabaaar Wan...😭🤣
2023-10-23
0