THE SOUND OF LOVE
...Kamu tahu, hal yang pertama kali...
...kita pelajari adalah Masa lalu....
...Baik-buruknya,...
...kita tidak akan pernah tahu....
...Sebelum kita jelajahi....
...***...
Awan kelabu menggantung dikota ini seharian penuh. Kilatan petir mulai merambat ketempat-tempat yang mudah terjangkau. Angin dingin menusuk membawa awan-awan pekat bergerak.
"Cuma dapat nilai 9? Lihat teman-teman kamu yang lain selalu mendapat peringkat kelas. Mulai sekarang kegiatan kamu belajar, belajar dan belajar. Gak ada nonton TV, atau keluar rumah. Ibu malu punya anak seperti kamu"
Aku tersenyum getir menatap keluar jendela, kini awan-awan hitam mulai menumpahkan bendungannya. Kilat-kilat yang merambat pun semakin bersemangat meneror. Deru air hujan mengisi kekosonganku saat ini. Di luar hujan turun begitu derasnya seakan tahu ada kekosongan disekitarnya.
Entah berapa lama lagi aku seperti ini. Hidup tak melulu tentang bahagia bukan? Selalu saja luka lama yang terulang kembali. Memang benar hujan selalu membawa kenangan yang entah itu manis atau pahit. Meski luka itu telah mengering tetap saja dia bisa kembali jika tergores lagi.
"Kak liat deh sepatu sama tas aku, bagus kan?" Celoteh Kirana yang kehadirannya menyadarkanku dari kenangan masa kecilku.
Aku pun menghela napas berusaha memendamnya kembali, meredamnya lahi dan lagi "Dari mana? Sepatu sama tas kamu kan masih banyak" ucapku sembari bersedekap membelakangi balkon kamarku.
"Dari ibu lah. Biarin aja ah aku kan pengen kayak temen-temen aku. Sekarang era milineal kak masa aku gak upgrade"
Melihat tingkah adikku yang seperti ini membuatku sangat gerah, ingin rasanya mengeluarkan sesuatu yang bergemuruh di dalam dada. Tapi rasanya sia-sia. Hanya hembusan napas kasar yang terdengar..
"Iya-iya, lain kali jangan minta ini itu sama ayah dan ibu, kamu harus belajar ngerti na, kamu udah beranjak dewasa jangan seperti anak kecil yang selalu memin-"
"Sirik aja kak Lista, huuuuh!" Sahutnya menginterupsi ucapanku. Aku pun berusaha menyabarkan diriku dan belajar memakluminya.
Ya, seperti itu lah rasanya menjadi anak sulung tapi selalu di nomor duakan, bukannya aku tidak terima tapi hanya merasa tidak adil saja. Punya tanggung jawab yang besar dan beban yang berat.
Aku seorang anak dari orang yang berpengaruh dikota ini. Calista Hartawan. Memang benar keluarga Hartawan sangat terhormat dan terpandang tapi menurut ku itu hanya covernya saja.
Nyatanya keluarga ini bukan sebuah keluarga, bagi ku. Memiliki ayah yang super sibuk dan ibu yang sibuk juga sebagai Abdi negara membuat mereka jarang sekali dirumah dan melihat tumbuh kembang kedua Putri mereka. Mungkin kalau bisa di bilang aku tidak memiliki keluarga dalam artian yang sebenarnya, akan ku jawab YA.
Asal kalian tahu terkadang aku harus mengemis-ngemis untuk meminta sesuatu pada ibuku sedangkan adikku cukup hanya mengucapkannya saja, tidak sulit mendapatkan apa yang dia inginkan.
Terkadang hidup itu lucu. Tapi seiring kedewasaan seseorang kita akan mulai terbiasa dengan kehidupan yang sebenarnya. Ya mungkin itu cocok untukku, semakin dewasa, aku harus bisa menjadi wanita mandiri dan tegar yang harus siap menerima kenyataan hidup. Pahit atau manisnya hidup tergantung bagaimana kita dan dari sudut pandang mana kita melihatnya.
*****
Saat ini aku kuliah disalah satu perguruan tinggi swasta. Kali pertama aku mendaftar aku memilih dua jurusan, pilihan pertama bimbingan konseling dan pilihan kedua sastra inggris. Saat itu entah setan dari mana yang membuatku berani mempertaruhkan nyawa mengambil dua jurusan.
Alasanku memilih bimbingan konseling Adalah karena menurutku seru, kita bisa mempelajari karakter seseorang luar dan dalam, bisa lebih peka terhadap sesuatu baik yang bersifat lingkup pribadi ataupun sosial.
Semenjak duduk dibangku sekolah menengah atas, memang tujuanku menjadi seorang psikolog. Tapi entah kenapa setelah tes berlalu aku memilih jurusan kedua yaitu sastra inggris. Awalnya aku ragu tapi karena suka dan menantang menurutku, Why not.
Hidup memang selalu penuh tantangan bukan untuk tau seberapa besar kemampuan kita. Dan akhirnya aku disini di Fakultas Sastra Inggris strata satu. Awalnya aku kira buruk ternyata setelah dijalani tidak terlalu buruk bahkan baru seminggu aku sudah sangat akrab dengan enam orang temanku. Ada Sheina, Ruth, Lucy, Maria, Angella, dan Veronica.
Bagiku mereka adalah berkat, kami sendiri tidak menyangka bisa cepat akrab satu sama lain. Mungkin ini yang namanya ikatan takdir dalam persahabatan, dimana kita akan merasakan satu sama lain.
Dan ya kampusku adalah kampus nasrani tapi tidak semua pure nasrani ya, temanku juga ada yang muslim dan kami semua akrab, sangat akrab seperti saudara. Beberapa bulan bersama mereka terutama sahabat-sahabatku itu aku jadi lebih tau arti hidup, tujuan hidupku, dan yang pasti mereka mengubah hidupku.
Memang tidak ada persahabatan yang baik-baik saja. Kami sering merasakan pasang surutnya tapi kami selalu mempunyai cara yang cukup ampuh yaitu ikuti saja gelombang dan arusnya.
Mereka itu seperti rumah bagiku, tempat aku kembali disaat lelah. Mereka juga yang membuatku lebih dekat kepada sang pencipta.
Tapi semua itu sirna semenjak ayahku mengalami stroke ringan, hidupku terasa sulit. Meskipun Aku sudah terbiasa dengan kesulitan, terbiasa mandiri juga dari kecil dan sesederhana mungkin dalam hal apapun tetap saja terasa sulit seperti ada batu besar yang mengganjal.
Kemudian aku berniat untuk keluar dari kampus dan berhenti kuliah karena harus mengurus ayahku, sedikit berguna juga untuknya. Sebenarnya aku benci dengan keadaan ini karena aku harus berpisah dengan mereka, aku tidak suka kata perpisahan. Setidaknya aku baru dua semester menjalaninya tidak berat harus keluar, yang jelas aku tau langkah yang aku ambil.
Entah kapan waktu akan berbaik hati, hanya doa yang dapat aku hembuskan berharap semesta menghantarkan kepada sang pemilik kehidupan.
Ah, rasanya aku ingin berhenti sebentar andai bisa aku lari dari kenyataan. Meskipun seperti pengecut, itu bukan sesuatu yang buruk menurutku saat ini, hanya saja aku tidak ingin terlihat rapuh.
Dering ponselku membuyarkan lamunanku, segera aku bergegas untuk melihatnya.
Aldira Respati: PING!!!
Calista Hartawan: Oi, beb. Kenapa?
Aldira Respati: Keluar yuk beb? Mau curhat.
Tuhan aku berhenti sejenak boleh ya?
Calista Hartawan: Yaudah yuk, jamber?
Aldira Respati: Jam 7'an ya beb? Mau kan, nanti gue samper.
Calista Hartawan: Ookii dokii beb. As you wish beb.
Mungkin memang benar aku harus berhenti sejenak mengambil jeda bernapas. Bernapas? Ah, rasanya sulit mengingat kenyataan yang ada. Setidaknya, aku masih memiliki seorang yang akan membantuku melupakan sejenak bulir-bulir luka yang aku rasakan, menguatkanku dan menyemangatiku.
Seorang sahabat, dan itu adalah Dira. Aku dan Aldira memang sudah sangat dekat semenjak kami duduk di Taman kanak-kanak sampai sekarang. Jadi kami sudah cukup mengenal satu sama lain.
Membayangkan kami harus berpisah kelak membuatku sedih, mengingat salah satu keinginannya untuk menikah muda. Sedangkan aku? Menjalani hubungan kurang lebih 5 tahun bersama Agas Cokrodinoto yang tak lain adalah sahabatku sendiri semenjak sekolah menengah atas, belum tau mau dibawa kemana hubungan kami ini.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
💕 Pengembara Cinta💕
aku mampir ka,,masih nyimak,but awal yg seru dan menarik
2023-09-27
1
AlongPee
keren narasinya, mantapp 👍👍
2022-09-23
1
AlongPee
pasang tenda dulu, dari sinopsis keknya seru, aku mampir Thor 🙏
2022-09-23
2