DO YOU HEAR ME ?

...Biarkan aku menjadi...

...Sesuatu yang berarti untukmu...

...Tapi tidak sesaat....

...-Dhyo hauw-...

...***...

Kurasakan selimutku bergerak turun sampai jatuh ke lantai. Biar ku tebak pasti Brandon My sweet pet. Bukan. Dia bukan pacarku, adikku, atau orangtuaku. Brandon anjing berjenis ras Husky yang waktu berusia 2 bulan setengah dititipkan oleh pemiliknya kepada adikku, namun sampai sekarang Brandon masih tinggal bersama kami.

"Aaaaa Brey, 5 minutes again" kata ku yang memejamkan mata kembali lalu memeluk guling. Sayang Husky terlalu pintar untuk peliharaan, dengan lidah yang menjulur Brandon pun menggonggong disebelah telingaku. Sampai gonggongannya yang ketiga ku putuskan untuk menurutinya.

" Fine. I'm wake up. Shut up now!!" Kataku sembari menempelkan jari telunjuk kebibirku. Brandon pun mengerti lalu dia duduk sambil menggoyang-goyangkan ekornya. Kode banget mau ngajak main.

"I haven't to play with you, i'll go to campus" kataku lagi sembari mengelus bulu-bulunya yang lembut serta menciumnya. Aaaaaaaaa gemes banget.

Kemudian aku bergegas untuk mandi. Selang beberapa menit aku keluar dari kamar mandi, ternyata Brandon masih ada didalam kamarku. Dia berpindah tempat, tidur diatas tempat tidurku.

Ck. Come on, dia lebih manja dari Agas

Batinku sembari menggelengkan kepala dan melanjutkan aktivitasku bersiap pergi kekampus. Di sela-sela aktivitas ku, ponselku berdering melantunkan lagu Photograph milik Ed Sheeran. Ku lirik nama yang tertera di ponselku sebelum aku menjawabnya.

"Ya, Xel? Ada apa? Tumben telpon pagi-pagi?" Jawabku sembari mengeringkan rambutku. Sengaja ku loud speaker karena aku tidak mau aktivitas ku yang buru-buru terhambat.

"..."

"Ck. Iyaaa sabar gue lagi siap-siap nih, gue juga belum jalan kerumah Aldira" jawabku pada seseorang disebrang sana.

"..."

"Iyaaa. Bawel banget lo kayak cewek. Yaudah ketemu dikantin ok, bye." Kataku mengakhiri sambungan secara sepihak.

Lantas aku pun secepat kilat melanjutkan aktivitasku setelah selesai aku mengajak Brandon untuk turun kebawah. Seperti biasa rumah ini sudah sepi dan hanya menyisakan Aku, Mbok Surti. Oh jangan lupakan kesayanganku yang lain Brandon.

Sebelum berangkat aku menaruh Brandon di pekarangan belakang rumahku. Biasanya disini aku banyak menghabiskan waktuku untuk merenung, membaca buku atau menulis apapun yang ada didalam otakku. Tempat ini sejuk karena ada pohon mangga yang cukup rindang, juga tanaman-tanaman hias.

Aku tak perlu khawatir kalau-kalau Brandon mengacak tanaman, dia sudah dilatih untuk menjaga sikap dan aku percaya dia tidak mengecewakan. Dan satu lagi dia juga cukup bersahabat dengan mbok Surti jadi aku tidak perlu khawatir untuk meninggalkannya sendiri bersama mbok Surti.

Setelah menutup pintu belakang dan menguncinya aku pun bergegas menuju Garasi mobil, kemudian menyalakan mesin mobilku. Sebelum melesat pergi aku pun mengirimkan voice note ke Aldira bahwa beberapa menit lagi akan sampai kerumahnya.

Ku taruh ponselku diatas dasbor kemudi, tak lupa aku memasang seatbelt sebelum melaju kerumah Aldira. Untuk mengisi sunyi aku pun menghidupkan musik yang tersambung lewat bluetooth dari ponselku.

Akhirnya aku sampai juga didepan rumah Aldira. Aku pun turun dari mobil dan masuk ke dalam pintu gerbangnya, lalu tak lama kemudian Aldira pun keluar. Dengan wajah ditekuk Aldira pun berjalan melewatiku dan masuk duluan ke dalam mobil. Oh My. Siap-siap kena semprot Calista.

Aku pun segera masuk ke dalam mobil. Sebelumnya aku meneguk saliva ku dan membasahi bibirku. Aku sudah menyiapkan diri kalau-kalau Aldira marah dan memilih lompat dari mobil. Aku sudah menyiapkan alibi untuk itu.

"Lama banget lo. Buset dah, rumah lo di Afganistan? Atau dikutub?" Sudah kuduga baru beberapa meter dari rumah Aldira dia pun sudah mengeluarkan tanduk dikepalanya. Tamatlah kau nak.

"Iyaaa maaf deh Dir. Tadi Axel pake acara nelpon segala katanya darurat." Jawabku jujur, memang Axel menelpon ku katanya ada hal penting yang ingin dia bicarakan.

"Seriusan? Soal apa? Btw kalo lo ngebut gue udahan marahnya" kata Aldira sedikit mengancam. Alhasil aku pun menambah kecepatan mobilku sehingga beberapa menit lagi kami sampai di kampus.

Di kantin..

"Ada apaan sih? Lo tau? Gara-gara lo gue kena semprot nih cewek Arab-lombok" ocehku seraya memasukkan makanan kedalam mulutku. Demi Dewa gara-gara Axel moodku musnah pagi ini.

"Iyaaa. Ada apaan sih lo Xel? Ada masalah?" Tanya Aldira penasaran dengan raut wajah Axel yang lelah dan sesekali mengusap wajahnya frustasi. By the way, kami hanya bertiga saja dikantin. Teman-teman kami yang lain sedang ada kelas.

" Janji ya kalo masalah ini jangan sampai nyebar?" Kata Axel serius. Ku tatap matanya lekat untuk mencari kebohongan tapi tak ku temukan satu pun kebohongan dari matanya. Akhirnya aku dan Aldira pun lebih merapatkan tempat duduk dan menurunkan volume suara kami.

"Lo bisa pegang kata-kata kita" jawabku tegas. Setelah itu ku dengar hembusan nafas pasrah dari Axel sebelum dia bicara.

"Hmmm.. Sebelumnya kalian udah tau kan kalo gue sama cewek gue itu pacaran udah lama banget. Bahkan dari smp?" Kata Axel memulai percakapan.

" Iyaaa, terus terus?" Kata Aldira penasaran dan kami pun mendengarkan dengan seksama apa yang sedang Axel ceritakan.

"Dan.. seminggu yang lalu gue tuh hampir tunangan" tanpa disangka Axel pun menundukkan wajahnya. Aku dan Aldira hanya saling diam dan saling pandang.

"Maksudnya hampir?" Tanya Aldira tidak sabaran.

" Xel. Lo kalo cerita jangan setengah-setengah kenapa" kataku gregetan.

"Nanti aja gue lanjut kalo gue udah siap dan perasaan gue udah tenang pasti gue bakal cerita ke kalian. Jadi gue mohon banget jangan sampai kesebar ya? Sebelum gue sendiri yang cerita ke kalian" kata Axel mengakhiri percakapan. Dia pun mengambil tas seraya bangkit dari tempat duduknya dan pergi meninggalkanku dengan Aldira yang dipenuhi tanda tanya serta penasaran.

"Lis? Ternyata pacaran bertahun-tahun itu gak menjamin kalo kita bakalan bisa sampai ke moment paling bahagia yang terjadi sekali seumur hidup, ya?" Aku pun tersedak makanan akibat kata-kata Aldira. Kemudian Aldira memberikan air putih padaku.

Gue rasa lo bener Dir. Kadang bisa jadi kita cuma jagain jodoh orang.

Batinku perih. Kemudian aku melanjutkan makan ku yang sempat tertunda sebelum masuk ke kelas. Jujur saja hari ini mungkin akan menjadi hari yang berat.

Didalam kelas ku perhatikan Axel melamun sepanjang hari. Dia tersenyum seolah menangis. Tertawa seolah dia hancur. Menyedihkan sekali lebih tepatnya mengenaskan. Bernafas seolah-olah mati. Aku pikir hanya perempuan saja yang bisa merasakan sakit dan patah ternyata laki-laki itu lebih rapuh dibandingkan perempuan jika menyangkut perasaan.

"Xel?" Kataku sembari menepuk pundaknya. Dia pun hanya tersenyum dan menyumbatkan earphone ke telinganya kemudian memejamkan kedua matanya seraya bersandar pada tembok.

"Kadang hati itu perlu patah Xel agar lo tau bahwa apa yang lo miliki bukan sepenuhnya milik lo. Mungkin Tuhan tau yang terbaik buat lo, dia gak kasih apa yang lo inginkan tapi dia tau apa yang lo butuhkan" kataku sembari berlalu meninggalkannya.

Ternyata Axel tidak mendengarkan musik apapun dia hanya memejamkan mata dan tanpa diduga mendengarkan apa yang Calista ucapkan. Hal itu sedikit membuatnya tenang.

Seseorang yang pernah terluka begitu dalam, tidak akan bisa sekejap pulih dengan diam. Semua butuh proses dan waktu. Semua harus lebih baik dari hari di masa lalu. Begitupun Axel. Dia harus bisa menata kembali segala patah yang disebabkan seseorang dari masa lalunya.

Apakah kamu menyadari? Beberapa orang akhirnya pergi bukan karena tidak cinta. Terkadang, mereka lelah karena terus dipaksa sempurna. Kau tau? Menjadi seseorang yang selalu mengikuti apapun kemauan orang lain sangatlah melelahkan.

Seminggu yang lalu.. adalah hari dimana Axel memilih pergi meninggalkan masa lalunya. Bukan. Bukan karena dia yang ditinggalkan tapi dia memutuskan meninggalkan karena memang ada beberapa hal yang tidak bisa di paksa untuk bersama kembali. Ada patah yang tak bisa direkatkan kembali.

"Calista? Gue duduk disamping lo ya gue mau curhat" kata Axel yang menarik kursinya disampingku. Jujur saja aku kurang nyaman bila harus duduk dekat dengan cowok yang sedang patah hati.

"Iyaaak" jawabku yang iba melihat wajahnya yang kuyu.

"Minta tips move on instant dong" pintanya membuka obrolan kami. Berhubung dosen sudah tiba dikelas aku hanya menuliskan sesuatu diselembar kertas kosong.

Kadang kita dihadapkan dengan kondisi-kondisi yang instan. Tapi tidak dengan melupakan.

"Maksudnya?" Balasnya pada secarik kertas tadi.

"Xel? Move on itu bukan hal yang instan. Lo tau gak? Pada hakekatnya manusia itu bukan makhluk yang gampang melupakan sesuatu Xel. Misalnya; mau lo pergi ke ujung dunia pun lo pasti akan pulang lagi kerumah lo karena sebuah ingatan. Meskipun lo pergi bertahun-tahun lo akan tetap Teringat sesuatu. Dan sekeras apapun kita melupakan atau menolak sesuatu itu terputar kembali, kita gak akan pernah sanggup. Justru dengan melupakan begitu keras, sekeras itu juga kita hanya akan menyakiti diri sendiri" kataku menjabarkan isi kepalaku.

"Jadi gue harus bagaimana?" Kata Axel yang merasa kurang puas dengan penjabaranku.

"Manusia itu punya caranya sendiri mengatasi masalah yang ada di bumi ini. Apalagi urusan perasaan. Jatuh dan Cinta hingga Patah. Yang tau caranya buat sembuh ya diri kita sendiri Xel." Kataku menjawab pertanyaannya.

"Kenapa diri kita sendiri?" Tanyanya sembari memperhatikan dosen menjelaskan materi hari ini.

"Karena setiap kita punya sudut pandang berbeda mengenai suatu masalah" jawabku yang diakhiri dengan tiba giliran kelompokku maju untuk presentasi.

Selesai presentasi aku kembali ketempat dudukku semula bersama Axel. Tapi ternyata kursi disebelah kiriku ada yang menempati jadi kami bertiga sekarang.

"Ngapain sih lo duduk deket Calista Xel? Wah lo temen makan temen Xel." Makhluk gaib yang baru saja menempati kursi sebelahku berbicara.

"Lo yang ngapain duduk disebelah gue? Udah gitu berisik lagi. Pindah sana, balik ke asal lo tadi" ketusku yang kesal karena ulahnya.

"Nah loh jadi marah kan Calista lo sih Luke" kesal Axel karena ulah Luke Wijaya.

"Pindah atau gue yang pin-" sebelum benar-benar aku bangkit dari kursiku, kedua tanganku ditarik oleh mereka berdua. Agar aku tidak pindah tempat duduk. Sial.

Ting..

Ponselku berdenting. Astaga ternyata aku lupa mengaktifkan profil silent beruntung volume suaranya sangat kecil. Ternyata pesan dari Anggia. Siapa Anggia? Kalau kalian lupa coba baca kembali di bab moment Bukber SD.

Si gadis gempal dan manis tapi kalau menasehati atau memberi saran ucapannya terkadang suka menampar dan pedas. Sejujurnya dia tidak bermaksud melukai siapapun saat berbicara jadi sebagai sahabatnya aku harus memaklumi dan terbiasa oleh ucapannya. Kalau bisa belajar gila seperti dirinya. Hahaha aku bercanda.

Anggia Lampir : Heh cuy? Besok jadi hunting tak? 😐

Calista Cabe : Iyeeeeee jadi 😒

Anggia Lampir : Bete dirumah terus. Kuliah online. Berasa Ga ada kehidupan gue 😿

Calista Cabe : Kasian. Udah Jomblo, idup lagi lo 😅

Anggia Lampir : 💩 gue sumpahin JOMBLO lo 🙊🙌

"Anjiiiir" kataku spontan saat kelompok lain sedang presentasi. Refleks aku pun meminta maaf. Semua ini gara-gara Anggia.

****

Malam pun bertamu dengan taburan kerlip bintang diangkasa. Dengan setumpuk lelah yang menggerogoti akupun beranjak dari tempat tidurku untuk membersihkan diri.

Setelah sekian lama bermeditasi didalam kamar mandi aku pun segera mengenakan piyama ku dan turun menuju meja makan. Suasana berbeda terlihat sekali di meja makan. Ayah dan Ibu sedang mendiskusikan sesuatu sembari menyantap makan malam mereka dan Kirana sedang menonton tv di temani oleh Brandon.

"Calista sini nak. Kita makan bersama" kata Ayah yang melihatku hanya termangu di anak tangga. Aku pun segera menuruti ucapan Ayah.

"Ibu tau kami jarang meluangkan waktu untuk kalian, bahkan kita juga jarang mempunyai waktu bersama" kata Ibu yang memulai percakapan.

"Iya jadi untuk menebus rasa bersalah kami kepada kalian. Minggu depan kita liburan ke Belanda" kata Ayah yang membuatku tersedak makanan. Spontan ibuku memberikan air putih padaku.

"Yah, kita mau ngapain ke Belanda? Opa sama Oma juga udah ga ada di sana" kataku kaget dengan keputusan liburan ini.

Minggu depan aku berusia 21 tahun dan sudah pasti aku tidak bisa pergi disaat mungkin mereka; Agas, Sahabat serta teman-temanku memberikan kejutan. Marah? Tidak. Aku bukannya marah pada keputusan mereka berdua, hanya kesal saja kenapa harus ke Belanda.

Aku kesal setiap tahun jika berkunjung ke negeri kincir angin itu. Karena keluargaku disana semuanya bertubuh perfect. Bahkan adikku yang memang agak blasteran seperti buyutku. Sedangkan aku? Jangan ditanya aku lebih terlihat seperti orang pribumi bercampur chinese sedikit. Itu mengapa aku tidak suka sekali menghabiskan waktu berlibur disana.

Tapi keputusan tetap keputusan dan mau tidak mau aku harus ikut bersama mereka. Semoga moon godness memberiku sesuatu yang indah di hari kelahiran ku nanti. Semoga saja.

****

"Coba deh lo berdiri disana Gi" kataku yang sibuk membidik kamera sembari mencari angle yang bagus.

"Dimana? Disini?" Katanya dengan sedikit berteriak

"Agak mundur dikit. Yak, eh jangan mundur banget elah. Maju dikit aja. Oke perfecto" kataku mengarahkan Anggia. Aku heran se kaku apa sih tubuhnya sampai harus diarahkan untuk berpose.

Ckriiik.. Ckriiik..

Setelah mendapatkan beberapa lembar foto yang menurut kami Terbaik dari hampir seratus foto yang kami dapatkan hari ini. Kami pun pergi ke kedai es krim tempat biasa aku dan Aldira menghabiskan waktu bersama.

"List?" Panggilnya sembari menyuap es krim ke dalam mulutnya.

"Hmmm?" Jawabku sembari mengotak-atik slr nya.

"Nengok kali. Orangnya di depan lo" cibir Anggia kesal.

"Iyaaak. Apaan?" Kataku sembari menanggapinya dengan tertawa tanpa suara.

"Cariin gue laki kek? Gue Jomblo bertahun-tahun udah lama gak ngerasain masa-masa pedekate, diapelin malem minggu, ke bioskop berdua yang pasti udah lama gue ga ngerasain diucapin selamat tidur dari jauh" curhat Anggia sembari menggigit sendok es krim dan menopangkan dagu dengan kedua tangannya.

"Yaelah lo aja liat cowok kayak liat Brandon. Langsung ciut, gimana gue mau kenalin lo sama temen gue, nanti?" Cibirku sembari menikmati greentea flavorku.

"Iya juga ya? Gue tuh cuma malu aja dan bingung gue harus bersikap gimana nanti kalo ketemu cowok. Aaaaa gue bisa gila sendiri Lis" keluh Anggia padaku.

"Ya lo harus tanya hati lo dulu lah Gi, lo udah siap belum buat deket lagi sama cowok atau bahkan buat lebih deket lagi sama cowok nantinya" kataku menanggapi curahan hatinya.

"Gitu ya? Terus abis itu apa?" Katanya lagi penasaran

"Abis itu nabraaaak!!" Tawa ku meledak mengingat topik pembicaraan kami adalah seputar 'Bagaimana kita bisa deket lagi sama cowok setelah bertahun-tahun Jomblo'.

"Iiish. Serius gue Kamvret" sungutnya kesal karena tawa ku barusan.

"Nih ya, Anggia sayang. Kalo lo belum siap buka hati lo lagi sebaiknya jangan. Karena menjalin hubungan dengan seseorang itu saat lo bener-bener siap bukan karena lo ingin atau takut gak laku" kataku yang dibalas dengan anggukan tanda setuju.

"Terus gimana hubungan lo sama Agas? Sehat?" Tanyanya yang membuat aku menyatukan kedua alisku.

"Sehat? Maksudnya?" Tanyaku kembali

"Maksudnya baik-baik saja atau tidak. Calista Hartawan" jawabannya sembari tertawa.

Dan satu hari ini kami pun semakin akrab kembali setelah beberapa tahun berpisah. Semoga tidak hanya hari ini saja kami menghabiskan waktu bersama. Dulu boleh jadi waktu iri pada hangatnya keceriaan kami tapi semesta mempertemukan kembali kami yang tercuri oleh waktu dalam sebuah momen yang sama.

Nanti bila kami mempunyai kehidupan masing-masing aku akan menceritakan semua kotak kenangan ku kepada anak-anakku. Dan mereka harus tau bahwa hidup selalu mempunyai kejutan-kejutan indah seperti kembang api di malam hari.

Happy Reading guys 🙌

Episodes
1 SEASON 1: Alkisah
2 Mari Kita Mulai Ceritanya
3 O.S.P.E.K (Lagi)
4 Read Me !!
5 Kita Berjarak Karena 'EGO'
6 Berharap Semesta Berbaik Hati
7 Mungkin Kamu Tidak Pernah Tahu
8 Hari-Hari Penuh Hujan
9 Dear All My Love
10 Alasan Untuk Berjuang
11 Mengagumi Dari Jauh
12 Sahabat Sejati itu
13 Who Loves Her (?)
14 I'm (not) FINE
15 Cupid Is There ?
16 Siklus Yang Sama
17 Aku Kan Bertahan Meski Takkan Mungkin
18 Jika Sudah Tiba Waktunya
19 Berlarilah Sejauh Yang Kamu Bisa
20 DO YOU HEAR ME ?
21 Perihal Dirinya
22 If I Stay
23 Tentang Kita (yang tak bisa) Bersama
24 JETLAG
25 Sahabat = Teman Berdebat
26 Kamu Harus Bisa Memaafkannya
27 Apa Kabar (?)
28 Sempurna Itu Bukan Aku
29 Mimpi Itu Di Kejar Bukan Di Pendam
30 Hatimu Berhak Memutuskan Siapa Yang Kamu Cintai
31 Ku Tuliskan Kenangan Caraku Dapatkanmu
32 I L O V E Y O U
33 Pada Akhirnya
34 EPILOG
35 SEASON 1 BERAKHIR
36 SEASON 2: Setelah Semuanya
37 Ampun Pak Bos
38 Kembalinya Pangeran Es
39 Keromantisan yang mencurigakan
40 Hantu Masa Lalu
41 Papa Aku Ilang Tante
42 Menikah Itu Apa Sih Pah?
43 Adrian dan Masa lalunya
44 Sisi Lain Adrian
45 Aldira's Bridal Shower
46 Soon To Be Bride
47 Tragedy Malam Berdarah
48 Terpaksa Akur
49 Pertemuan Rahasia
50 Kawan atau Lawan
51 Menemukan Dalang di balik Jerami
52 Siapa Dia ?
53 In Agas Memories I
54 In Agas Memories II
55 In Axel Memories I
56 In Axel Memories II
57 Siuman
58 H E A L I N G
59 Bentuk Cinta Itu.. KAMU
60 Gelora Asmara
61 Pura-Pura Bodoh
62 Titik Terang
63 (AADI) Ada Apa Dengan Iqbal
64 WANTED IQBAL
65 Sebuah Pengorbanan
66 Sebuah Pengorbanan Babak Akhir
67 Drama Keluarga
68 Drama Keluarga Komedi
69 Berdamai Dengan Masa Lalu
70 No Sex Before Marriage
71 Semalam Kita Ngapain?
72 I'm Not Virgin
73 Brides Maid
74 Will You Marry Me?
75 Mrs. Maranatha, Please?
76 AUTHOR AND THE CAST
Episodes

Updated 76 Episodes

1
SEASON 1: Alkisah
2
Mari Kita Mulai Ceritanya
3
O.S.P.E.K (Lagi)
4
Read Me !!
5
Kita Berjarak Karena 'EGO'
6
Berharap Semesta Berbaik Hati
7
Mungkin Kamu Tidak Pernah Tahu
8
Hari-Hari Penuh Hujan
9
Dear All My Love
10
Alasan Untuk Berjuang
11
Mengagumi Dari Jauh
12
Sahabat Sejati itu
13
Who Loves Her (?)
14
I'm (not) FINE
15
Cupid Is There ?
16
Siklus Yang Sama
17
Aku Kan Bertahan Meski Takkan Mungkin
18
Jika Sudah Tiba Waktunya
19
Berlarilah Sejauh Yang Kamu Bisa
20
DO YOU HEAR ME ?
21
Perihal Dirinya
22
If I Stay
23
Tentang Kita (yang tak bisa) Bersama
24
JETLAG
25
Sahabat = Teman Berdebat
26
Kamu Harus Bisa Memaafkannya
27
Apa Kabar (?)
28
Sempurna Itu Bukan Aku
29
Mimpi Itu Di Kejar Bukan Di Pendam
30
Hatimu Berhak Memutuskan Siapa Yang Kamu Cintai
31
Ku Tuliskan Kenangan Caraku Dapatkanmu
32
I L O V E Y O U
33
Pada Akhirnya
34
EPILOG
35
SEASON 1 BERAKHIR
36
SEASON 2: Setelah Semuanya
37
Ampun Pak Bos
38
Kembalinya Pangeran Es
39
Keromantisan yang mencurigakan
40
Hantu Masa Lalu
41
Papa Aku Ilang Tante
42
Menikah Itu Apa Sih Pah?
43
Adrian dan Masa lalunya
44
Sisi Lain Adrian
45
Aldira's Bridal Shower
46
Soon To Be Bride
47
Tragedy Malam Berdarah
48
Terpaksa Akur
49
Pertemuan Rahasia
50
Kawan atau Lawan
51
Menemukan Dalang di balik Jerami
52
Siapa Dia ?
53
In Agas Memories I
54
In Agas Memories II
55
In Axel Memories I
56
In Axel Memories II
57
Siuman
58
H E A L I N G
59
Bentuk Cinta Itu.. KAMU
60
Gelora Asmara
61
Pura-Pura Bodoh
62
Titik Terang
63
(AADI) Ada Apa Dengan Iqbal
64
WANTED IQBAL
65
Sebuah Pengorbanan
66
Sebuah Pengorbanan Babak Akhir
67
Drama Keluarga
68
Drama Keluarga Komedi
69
Berdamai Dengan Masa Lalu
70
No Sex Before Marriage
71
Semalam Kita Ngapain?
72
I'm Not Virgin
73
Brides Maid
74
Will You Marry Me?
75
Mrs. Maranatha, Please?
76
AUTHOR AND THE CAST

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!