...hope My bestfriend ...
...Meets a boy who loves her ...
...As much as I love her. ...
...Because.. ...
...Sometimes i think ...
...She forgets how well she...
...Should be treated. ...
...***...
Senja telah menampakkan keanggunannya di Mega. Semilir angin sejukpun merayu. Dua wanita itu sama-sama sedang memikul beban yang berat yang tak mereka sadari masing-masing.
Nyatanya waktu masih senang mempermainkan, masih enggan mempercepat pergerakannya. Apa daya, hanya secercah harapan yang selalu mereka semogakan berharap pada asa tentang sebuah kelegaan, berharap bertemu pada kebahagiaan.
"Hallo.. Gas" jawabku yang menghentikan langkah menuju parkiran mobil dengan ponsel yang sudah menempel cantik pada telingaku
"..."
"Aku sama Aldira, Gas. Aku bukannya keluyuran ga jelas aku nemenin dia curhat, itu aja"
"..."
"Fine. Iya aku pulang"
"..."
"Iya Agas Cokrodinoto"
Ya, siapa lagi kalau bukan Agas? Cowok yang mau selalu repot untuk ku. Punya pacar yang ga tau waktu dan suka lupa adalah beban untuk Agas. Seharusnya aku senang tapi entah kenapa seakan aku selalu salah di mata Agas.
Setelah itu aku masuk ke dalam mobil Aldira. Sekarang aku yang duduk dikursi penumpang karena mood Aldira sudah kembali.
"List. Bentar lo diem" seketika Aldira memotretku yang dengan tampang kesalku.
"Pasti bang Ijal ya? Oh Dira, bisa ga sih pacaran itu normal aja, berlebihan ga sih?" kataku sembari memutar bola mata keatas.
"Lo lupa? Gue sama doi itu sifatnya sama-sama posesif jadi ya gini. Beda sama lo, ya walaupun gue capek sih tapi mau gimana lagi gue sama dia udah terlanjur nyaman kayak gini" Ocehnya panjang lebar tapi entah kenapa ada sesuatu yang menggelitik hati.
Apa kabar gue Dir, Agas terlalu percaya sama gue. Saking percayanya gue ngerasa kayak layangan yang diulur terus tapi ga ditarik-tarik
Aku menghela napas dalam seraya menyenderkan kepala dijok mobil dan memutar cd player musik yang ada didasbor mobil Aldira.
...
...
Bagaimana rasanya punya pacar posesif? Ga pernah terlintas dipikiranku tapi melihat hubunganku yang semakin tidak jelas membuatku ingin sekali Agas menjadi pacar yang posesif, entah kapan. Sedih karena Agas seperti jauh dariku, aku takut semakin terulur dan akhirnya hilang.
Seketika ponselku berbunyi membuyarkan lamunanku..
...
...
Dan ternyata pesan dari Agas. Seketika saja bibirku tersenyum merekah melihat sesuatu yang mengejutkan itu. Aku berharap ini bukan mimpi. Mimpi yang bisa hilang ketika aku terbangun esok hari..
Entah kenapa hari ini aku merasa seperti terbang keangkasa. Terkadang Agas cuek, jutek tapi terkadang dia bisa bersikap romantis. Meskipun caranya sederhana tapi aku tetap suka.
"Heh. Calista Hartawan! Udah sampe rumah lo nih, senyum-senyum terus dari tadi liatin hp sarap lo ya?" cibir Aldira yang heran dengan tingkah lakuku sepanjang perjalanan tadi.
Aku tak memperdulikannya. Langsung saja aku membuka pintu untuk keluar dari mobil Aldira, tak lupa mengucapkan Terimakasih sambil terus tersenyum dan melangkah masuk ke halaman rumah. Aku tebak pasti Aldira masih melongo melihatku yang terus saja tersenyum. Bisa jadi dia geleng-geleng kepala melihatku.
Aku tidak peduli yang jelas hari ini Agas so sweet..
Setibanya di depan pintu rumah aku melihat sesuatu yang mengejutkan. Mas Ryo dan kakaknya datang kerumah, oh my. Aku tahu itu karna belum sempat aku membuka pintu rumah ternyata pintu itu terbuka dengan sendirinya karena gerakan seseorang yang ingin keluar dan ternyata adalah mas Ryo.
Sekejap kami berpandangan dan sama-sama tersenyum. Entah kenapa ada sesuatu yang membuat jantungku berdetak tidak pada normalnya.
Oh Tuhan. Apa ini? Mana mungkin?
Kemudian aku menggelengkan kepala karena tersadar baru saja aku melamun. Dan dia penyebabnya.
"Mas Ryo sama Mba Agnes ngapain bu?" tanya ku penasaran setelah mereka pulang.
"Ini loh sumbangan buat acara gereja" Kata ibuku seraya membaca surat edaran yang beberapa saat diberikan oleh mereka. Aku pun hanya membulatkan bibirku sebagai jawaban dan bergegas untuk membersihkan diri sebelum makan malam.
Selesai makan malam aku kembali lagi dengan tugas-tugas kuliah ku. Tapi sialnya adalah laptopku tiba-tiba saja mati.
****!!!
Umpatku dalam hati. Untungnya aku simpan diemail sebelumnya, kalau di pikir baterai laptop ku masih penuh dan mana mungkin tiba-tiba mati.
Pasti ngehang
Batinku. Oh my. Apa lagi sekarang? Aku harus pinjam laptop sekarang. Lalu aku turun dari tempat tidurku dan berjalan ke kamar sebelah, kamar Kirana. Ku ketuk pintu kamarnya berkali-kali tapi tak ada tanda-tanda kehidupan.
Ah pasti udah tidur deh
Sungutku dalam hati. Kemudian kembali ke kamarku. Aku pun berjalan mondar-mandir di dalam kamar sembari memainkan jemari tanganku didagu nampak berpikir keras.
Apa pinjam sama Agas dulu ya?
Aku pun menimbang sejenak ide itu. Sebelumnya memang aku sempat mengirimkan chat pada Agas kalau aku sedang mengerjakan tugas jadi aku belum mengabarinya lagi.
Kemudian aku setuju pada pilihanku yang sebenarnya meragukan tapi apa boleh buat. Kemudian aku bergegas menuju kasurku untuk mengambil ponselku dan mencari kontak Agas, kemudian menyentuh tanda call disana dan menunggu sambunganku terjawab.
"Hai List? Udah selesai ngerjain tugasnya?" kata Agas setelah sambunganku terangkat. Suaranya selalu membuatku rindu. Ah Calista.
"Hmmmm udah sih Gas, cumaaan... " Gantungku yang masih ragu ingin berkata jujur atau tidak. Takut kalau merepotkan Agas malam-malam begini.
"Cuman apa?" Tanyanya yang menuntut aku untuk berkata jujur.
"Cuman laptop aku ngehang Gas, mati total" kataku yang berkaca-kaca memikirkan kemungkinan yang akan terjadi besok. Tamatlah riwayatmu Calista.
"Terus udah kamu save belum tugasnya?" tanya Agas yang berusaha melembut supaya aku sedikit tenang. Agas paling hafal kalau aku orang yang amat panikkan.
"Udah sebagian di email yang, cuman aku belum kelarin sebagian. Aku butuh laptop nih, Kirana udah tidur. Laptop Ayah aku banyak data penting aku ga berani. Ibu aku laptopnya selalu dia tinggal dikantor" keluhku pada Agas yang memang sudah mulai panik.
"Yaudah kamu pakai laptop aku dulu aja yang, lagi ga aku pakai kok. Kamu pakai dulu aja sampai tugas kamu kelar" Kata Agas dengan santainya.
Oh My to the God. I'm Lucky
"Ta.. Tapi Gas? Gapapa? Aku ga ngerepotin kan? Aku ga mau jadi ngebebanin kamu" jawabku yang memang aku tidak terbiasa dengan kebaikan orang yang mungkin menurut mereka biasa tapi tidak denganku. Bayangkan itu barang orang dan saat kita meminjam kita harus bertanggung jawab.
"Lis, udah kamu pakai aja dulu mumpung lagi ga aku pakai. Kamu pacar aku, justru aku ga mau kamu minta tolong orang lain apa lagi kalo itu cowok" kata Agas dan obrolan kami pun berlanjut.
****
Sinar Mentari menembus gorden kamar mencoba menyusup melalui celah-celahnya. Beruntung gadis mungil ini semakin menemukan satu persatu kebahagiaan dalam hidupnya. Tapi kau tahu bahagia itu terkadang butuh airmata untuk mengawalinya.
Terlalu lelah dengan obrolan semalam bersama Agas sampai bangun kesiangan. Beruntung jadwal kuliah hari ini masuk siang.
Kemudian aku beranjak dari kasur menuju kamar mandi untuk menyikat gigi, mencuci muka dan menyisir rambutku. Jadi pagi ini Agas akan kerumah sebelum berangkat kuliah untuk meminjamkan laptopnya padaku.
"Non!!! Ada den Agas dibawah" teriak bi surti yang berada dibawah dan aku pun segera keluar dari kamar mandi mematut sekilas tampilanku yang hanya berbalut piyama dengan rambut terurai dan berlari kecil menghampiri mereka.
"Gas? Udah lama?" kataku yang sembari memeluk mesra Agas. Wangi maskulin Agas yang bagai candu untukku. Ingin rasanya merasakan kehangatan tubuh Agas.
What!!! Calista. No!!!
Kemudian aku melepaskan pelukanku darinya dan menyambut tangannya yang memberikan laptopnya pada ku. Kemudian aku mengajaknya untuk sarapan bersama.
"Yang nanti aku pulang sore ya?" kata Agas sembari menyesap segelas susu sampai tetes terakhir. Akupun hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala.
"Iya sayang, yaudah kalo gitu. Oiya kamu mau aku bekelin ga? Semenjak kuliah aku kan ga pernah bikinin kamu bekel" kataku sembari menaik-turunkan alisku.
"Boleh yang. Tapi besok aja ya? Nanti aku telat nih" kata Agas sembari melirik Arlojinya.
Dan aku pun mengantarkan Agas sampai depan pintu rumahku.
"I Love you" kata Agas sembari mencium kedua pipiku yang seketika saja merona. Oh no. Jangan sekarang Calista.
"Love you too Gas" sembari memberikan kiss bye pada Agas yang mulai masuk kedalam mobil dan berlalu meninggalkan rumahku.
Kemudian aku masuk ke kamar sembari menenteng tas laptop Agas dan segera menyelesaikan tugasku.
Hampir satu setengah jam aku merapihkan tugasku yang sempat tertunda semalam dan akhirnya kelar.
"Yak. Finiiiisssshhh" teriakku sembari menghela nafas ringan. Kemudian merebahkan diri dikasur.
Akibat jenuh dan dibunuh rasa bosan. Akupun menyalakan laptop Agas kembali dan penasaran ingin melihat-lihat fotonya.
Satu persatu ku perhatikan tidak ada yang menarik hanya foto-foto biasa. Foto dia waktu kecil, foto kedua orang tuanya waktu masih muda, foto Agas waktu duduk di Taman kanak-kanak sampai Sekolah Menengah Atas.
Album peralbum ku jelajahi tidak ada yang mencurigakan. Sampai aku menemukan satu folder yang berisi semua kenangan masa lalunya.
Ku perhatikan satu persatu. Sakit rasanya dia masih menyimpan kenangan masa lalunya. Aku tahu memang sebelum aku pernah ada yang mengisi seluruh ruang kosong dihatinya. Namun apa artinya aku saat dia masih saja menyimpan masa lalunya.
Tidak hanya itu memang ada foto-foto ku dan Agas mungkin lebih banyak tapi ada beberapa foto Agas bersama Aldira dan Agas bersama Daisy. Seketika saja luka itu tergores lagi. Lebih sakit dari yang sebelumnya. Bahkan aku baru melihat foto itu. Sudah berapa tahun tersimpan. Rapi.
Aku pernah menjadi teduh bagi seseorang..
Menjadi apa yang pertama kali dia cari saat dia basah kuyup terkena hujan, atau saat dia tak kuasa menahan peluh karna terik.
Aku pernah menjadi teduh sebelum
Aku dipaksa berubah, ikut menjadi hujan yang lebur pada pipiku sendiri.
Happy Reading..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments