...To My Dad :...
..."Someday i'll find my prince, but...
...You always be my king"...
...To My Mom :...
..."Someday i'll be queen like you...
...For my child. But you always be...
...My queen in my life and I iove you...
...At first sight"...
...***...
Bunyi alarm salah seorang dari kami, membuatku terbangun. Sayangnya, ternyata hari ini kami tidak jadi libur, karena dosen membatalkannya.
"CK. Ini yang pasang alarm siapa yang bangun siapa" keluhku.
Mengucek mata dengan terduduk diatas kasur, mengumpulkan nyawa yang masih tertinggal di dimensi alam mimpi.
Ya, kami memang begini kalau sudah jadi satu, mungkin bisa tidak tidur seharian. Aku melirik ke atas kasur bertingkat, yang paling atas, ditempati oleh Fellicia. Dia masih tidur dengan memeluk guling.
Dibawahnya tingkat kedua ada Jihan yang baru terbangun karna telepon dari mamanya dan disamping Jihan ada Ivana yang mungkin masih berada di dunia mimpi.
Lalu disamping ku ada Aldira yang tidur dengan suara berisik, apalagi kalau bukan ngorok. Kelihatan banget capeknya dia, kasihan.
Hal pertama kali setelah nyawa terkumpul adalah mengambil ponsel. Penasaran, apakah ada notif disana? Dan yah, seperti biasa tidak ada tanda-tanda kehidupan disana.
Pity !
Kemudian aku melirik jam yang menempel cantik di dinding kamar mereka, masih pukul 7 pagi. Aku pun meregangkan otot-otot ku yang kurang nyaman karena posisi tidurku semalam. Terusik dengan mereka yang masih tertidur lelap, namun pada akhirnya, mulai bangun satu persatu. Segera kami membuat sarapan dan mandi, bersiap ke kampus.
Di Kelas ..
"Sono ih jangan deket-deket gue. Genit banget lo jadi cowok" semprotku, pada teman sekelasku yang memang terlihat sekali menyimpan rasa padaku.
"Galak banget sih Lis" sembari mengedipkan mata. Okey fine, aku menyerah ingin gumoh saat itu juga rasanya.
Tolong seseorang siapa saja gantikan posisi gue disini.
"Luke, kalo suka bilang jangan kayak gitu caranya" cibir Axel. Sialan.
"Galak banget Xel tapi gue suka" aku Lukas pada Axel yang di dengar beberapa teman kelas kami termasuk mereka berempat.
Yah udah deh di cecer terus ini gue sama mereka.
Greaat.
Akupun memutar bola mata malas, ingin cepat pulang rasanya.
Lukas Wijaya. Cowok tinggi, putih, pintar, bentuk badan kurus. Jangan harap dia perfect seperti yang ada di novel kebanyakan. Dia adalah manusia paling nyebelin dan satu lagi 'playboy'.
Ada jutaan wanita dibelahan bumi ini. Jangan datang kalau hanya untuk main-main, kalau mau main-main ke Timezone aja.
*****
Sepulang kuliah aku kembali kerumah, yah, seperti biasanya; sepi dan hening disini. Hanya mbok surti, yang memang sudah lebih dari sepuluh tahun tahun tinggal bersama kami dan membantu ibuku merawat kami.
Aku melangkah ke dapur berjalan menuju kulkas, mencari sekotak jus yang selalu tersedia di dalam kulkas. Thanks for mom yang suka sekali sama jus. Kemudian mbok surti menghampiri ku seraya memberi surat yang sengaja dititipkan padanya, aku mengambilnya dan pamit menuju kamarku.
Melewati kamar adikku yang terdengar ramai, dengan iseng aku membukanya secara perlahan. Ternyata sehabis belajar dia dan teman-temannya sedang mengcover lagu yang akan diunggah ke youtube channelnya.
Entah mengapa aku tersenyum, kadang aku benci padanya. Namun bukan berarti aku tidak sayang padanya, aku sangat amat menyayanginya hanya saja tidak pernah ku tunjukkan secara langsung.
Sejurus kemudian aku langsung masuk ke dalam kamarku. Aroma apel pun menyeruak di udara, menenangkan. Sebelum itu, aku ingin berganti pakaian dulu dan setelah beres semua, barulah mulai membaca surat yang diberikan mbok surti padaku.
From : Mom.
Dear Calista.
Hy Kak. Rasanya aneh bukan kalau ibu menyapa lewat surat, karena surat yang bisa membuat jarak yang jauh menjadi dekat.
"Apaan sih Ibu, tumben banget kayak gini" gerutuku. Kemudian ku lanjutkan kembali.
Kak.. Ibu tau selama ini Ibu gak pernah ada buat kamu. Ibu gak pernah bisa jadi tempat keluh kesah kamu. Ibu gak pernah bisa jadi seorang Ibu yang baik untuk kamu.
Aku yang membaca lanjutan surat itu pun berkaca-kaca, seperti memori masa lalu yang menyakitkan, melintas begitu saja didepan ku, seperti kereta. Kembali ku lanjutkan membaca.
Ibu tau seiring bertambahnya waktu dan usia, kamu menjadi wanita yang kuat dan sabar. Kamu kuat nak, Ibu percaya itu.
Aku yang tak menyangka mencoba menerka kata-kata yang tertoreh dikertas itu.
Ibu sayang sama kamu, meski mungkin caranya yang salah. Ibu sadar itu, tapi Lis kamu harus belajar melihat sudut pandang dari berbagai arah. Jangan terlalu fokus pada apa yang ada didepan kamu, supaya kamu bijak dalam hal apapun.
Tanpa sadar cairan sebening kristal pun luruh begitu saja tanpa seijinku dengan senyum yang sedikit lega tentunya.
Hari ini Ibu keluar kota menemani Ayah. Tolong jaga Kirana ya kak, Ibu percaya sama kamu.
Begitulah isi surat itu..
Mungkin benar rencana Tuhan bagaikan sebuah film. Hal baik dan hal buruk diaturnya sedemikian rupa, agar menjadi ending yang seharusnya. Itu berlaku pada kehidupan si gadis mungil beriris cokelat terang. Calista Hartawan.
*****
Semburat Mentari terlihat dari balik tirai gorden kamar, burung-burung pun bersenandung mengucap syukur dan bunga-bunga pun bermekaran tak mau ketinggalan untuk memuji Anugerah-Nya.
Tak lupa ia pun mengucapkan syukur kepada sang khalik lewat lipatan tangannya sembari menundukkan kepala berserah. Doa adalah hal ajaib yang selalu ia percaya, sang iris cokelat pun tak pernah berhenti berharap bahwa Doa mampu menguatkannya dan mengubah hidupnya.
Satu yang waktu lakukan padanya, Menyembuhkan luka hatinya secara perlahan. Memang tidak cepat, juga tidak lambat ia bekerja tapi tepat. Ya, waktu adalah penguasa alam semesta dan Dia adalah penyempurna hidup.
Dimeja makan, aku dan Kirana duduk berhadapan, tidak ada yang asing. Mungkin belum terbiasa membuka diri lebih akrab. Tapi biar bagaimana pun darah lebih kental dari pada air, sejauh apapun kita dan sebegitu terlihat tidak pedulinya kita, pasti ada rasa sayang lebih yang tidak bisa ditunjukkan
"Abisin sarapan lo, jangan disisain. Kebiasaan jelek itu Na" cibirku seraya mengunyah sandwich ku.
"Telen dulu sis baru ngomong. Jorok lo jadi abang, pantes banyak yang sebentar doang pdkt sama lo" timpalnya seraya mengoles selai hazelnut pada rotinya.
Ya ampun boleh gantung adek sendiri ga sih di ladang gandum?
Aku mengerucutkan bibirku yang dibalas dengan tatapan geli Kirana. Spooky.
"Eh, gue udah telat bang. Haduuuuuh.. " teriaknya panik seraya melirik jam tangannya dan kemudian memakai sepatu nya.
Aku yang geregetan melihat dia yang belum menghabiskan sarapan, langsung saja menjejalkan roti buatannya itu ke mulutnya.
"A.. A.. Ng A.. A.. An s...sh" (Abang apaan sih) katanya yang penuh suapan roti dariku.
Sial. Gue cantik kek gini di bilang Abang? Kayaknya besok lo harus cek mata Na
Kesalku dalam hati dan menjawab kata-katanya dengan seringaian devil dan menggerakkan tanganku melambai ke udara.
Kemudian Kirana pergi dengan ojek online. Sebenarnya bisa saja aku mengantarnya tapi aku bukan tipe cewek yang suka tebar pesona berlabelkan mengantar adik sekolah.
Setelah selesai membersihkan rumah, aku pun kembali kekamarku. By the way, meskipun dirumah ada mbok Surti tetap aku yang membersihkan rumah, mbok surti hanya bertugas mencuci dan masak saja, terkadang aku yang turun ke dapur sendiri untuk ikut membantu mbok memasak.
Aku yang memang sudah berjanji untuk menemani Agas ke kampus menghubungi Agas untuk memastikan "Hy. Gas? Jadi ga aku temenin, kalo jadi jam berapa?" tanyaku pada seseorang yang lebih dari lima tahun menemaniku.
"..."
"Yaudah aku siap-siap dulu ya? " jawabku sembari mengakhiri pembicaraan kami lewat ponsel.
Dengan terburu-buru aku bergegas menuju kamar mandi, selang beberapa menit aku pun memilah baju yang pantas untuk menemani Agas ke kampus dan untunglah bajuku masih ada style girly nya.
"Lama banget sih kamu yang? Katanya sebentar? " keluh Agas yang memang tidak suka ngaret, orang yang perfeksionis dan tepat waktu.
"Yang kita udah lima tahun loh, harusnya kamu tau sifat aku. Aku cewek yang, sedikit wajarlah kalo lama" bela ku yang menurutku memang seharusnya Agas menerima apa adanya kekuranganku.
Hari ini Agas membawa motor cowoknya, ninja hitam yang membuat ku mau tidak mau mencondongkan tubuhku sedikit ke punggung Agas tanpa sekat.
Hanya kain dari baju kami yang jadi pelindung. Sepanjang perjalanan Agas tidak merespon banyak ocehanku, aku tau saat ini dia dalam mood yang buruk dan aku cukup mengerti untuk tidak banyak bicara.
Sesampainya dikampus Agas..
"Maafin aku udah marah-marah sama kamu" sembari melepaskan helmku dari pengaitnya dan membantuku membukanya.
"Aku minta maaf Gas kalo kamu nunggu lama" kataku sambil menundukkan kepalaku melihat jalan.
"Yaudah lupain aja, aku cuma ga suka aja sama kebiasaan buruk kamu" katanya lagi sembari mengikat rambutku dari depan kebelakang yang kalo dilihat dari posisi belangkang Agas seperti terlihat sedang memelukku.
Gas lo tuh kayak magnet. Gue ga bisa marah, kesel, bahkan benci sama lo apalagi jauh dari lo
Kemudian Agas mengajakku untuk menemui teman-temannya. Tidak buruk mengingat aku sudah akrab dengan dua orang dari beberapa teman Agas.
*****
Senjapun cemburu pada Mentari yang lamban mengakhiri eksistensinya, kemudian senjapun mengusir Mentari dan menandakan hari ini telah berakhir. Malam senyap pun menyapa, kali ini tanpa pernak-pernik bintang dan bulan diangkasa seperti biasanya.
Ada kebimbangan yang dihadapi gadis mungil itu, ada secerca lukisan hati yang tak banyak orang tau. Keyakinannya pada pujaan hati.
Sent to Agas ♡
From Calista : Gas? Boleh nanya sesuatu ga?
Tanyaku yang ku kirim lewat pesan. Tak berapa lama Agas pun membalasnya.
Sent to Calista ♡
From Agas : Boleh, mau nanya apa yang?
Sent to Agas ♡
From Calista : Sayang, hmmmm kamu pernah gak ngebayangin kita sampai pelaminan?
Sent to Calista ♡
From Agas : Sudah ku duga pasti mau ngomongin itu lagi. Yang aku kan udah pernah bilang aku sering ngebayanginnya. Kamu kenapa sih?
Kamu tau Gas Benteng kita itu tinggi sulit diruntuhin, kita tuh ibarat Romeo & Juliet Gas. Kalo mereka beda kasta kalo kita Bedanya terletak pada keyakinan kita.
Aku menghela napas sembari melemparkan tubuhku kekasur.
Lelah.
Satu kata yang tepat, untuk hubungan yang lebih dari lima tahun ku jalani bersama Agas. Aku membiarkan pesan dari Agas dan lebih memilih untuk tidur.
Aku yang semula paling berani melewati batas, kini menjadi paling pengecut.
Takut merusak asa yang kita rajut bersama dan pulang dengan hampa masing-masing.
Mungkin kita memang tidak berjodoh atau mungkin kita memang butuh proses lebih dari ini.
Happy Reading..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
𝐙⃝🦜Md Wulan ᵇᵃˢᵉ 🍇
ohh dinding pembatas mereka begtu kuat,, aku baru Pham trnyata me4ka berbeda kyakinan
2023-09-27
1