...Sahabat sejati itu ...
...Bagaikan 2 buah tangan, ...
...Saling menggenggam ...
...Dan ...
...Saling membutuhkan. ...
...*** ...
Mentari telah menyombongkan dirinya di Mega dan sinarnya berani mengusik tidurnya yang lelap. Sang iris cokelat masih berjuang untuk hari-hari berat selanjutnya. Tersadar dengan sentuhan sang Mentari gadis mungil pemilik iris cokelatpun terbangun dari tidurnya yang damai.
Entah apa yang sedang terjadi padaku hari ini, aku terbangun dengan tersenyum dan rasanya ada sedikit yang telah menguap. Beban hidup, sakit hati dan kecewa telah menguap sedikit demi sedikit.
Ku lipat tangan sambil berucap syukur kepada sang khalik. Bersyukur atas segala berkatnya yang dia berikan padaku dari dulu sampai detik ini. Setelah itu aku beranjak dari tempat tidurku menuju kamar mandi setelah selesai aku bersiap untuk ke kampus.
Belum sempat mengganti pakaianku ada seseorang yang mengetuk pintu kamarku..
"Masuk" kataku mempersilahkan orang itu. Aku tau siapa orang itu.
"Kepagian ya gue datengnya?" Kata gadis cantik berhijab yang ada dibalik pintu.
"Gue nya yang suka telat, kebiasaan malah" kataku sambil tersenyum miris. Ku perhatian Aldira yang tak seperti biasanya, Aldira yang ini terlihat sendu dan seakan bisa rapuh kapanpun.
"Gue masuk ya?" kata Aldira meminta izin untuk masuk. Aku yang tak mengerti ada apa dengannya refleks menganggukkan kepala tanda mengiyakan.
Setelah berkutat dengan diriku dikamar aku pun mengajak Aldira untuk sarapan denganku dimeja makan. Ya, kalian tau lah setiap pagi orang tua ku dan Kirana sudah lebih dulu berangkat.
Di meja makan aku dan Aldira menyantap nasi goreng buatan mbok surti tapi jujur saja aku lebih suka buatanku sendiri, bukan berarti aku tidak menghargai jerih payah orang. Hanya saja sungguh rasanya lebih nikmat bila itu hasil masakan kita sendiri.
Tidak ada suara ditempat ini kecuali sendok dan garpu yang berdenting dengan pikiran kami masing-masing. Tapi sungguh aku tidak tahan lagi. Kami sahabat, seharusnya kami saling percaya dan berbagi selain kesenangan dan kebahagiaan tapi juga harus saling berbagi duka.
"Sebenarnya lo lagi pms atau lagi ada masalah sih?" kataku memecah keheningan diantara kami.
Tidak ada respon dari orang yang aku ajak bicara, bahkan dia masih melanjutkan kegiatannya. Setelah selesai Aldira langsung bangkit dari kursi dan berjalan menuju dapur untuk mencuci piring dan aku pun mengikutinya setelah menghabiskan sarapanku.
"Buruan gue tunggu di mobil kalo lo mau tau gue kenapa" akhirnya dia membuka suaranya dan Aldira pun menuju mobilnya duluan.
Dimobil suasana tidak sebeku saat dimeja makan. Sebelum aku memasang seat bell ku, Aldira ingin agar aku yang mengendarai mobilnya. Akhirnya aku menuruti permintaannya tanpa protes apapun.
Setelah itu kami melaju membelah kota Jakarta. Untungnya kami berangkat lebih awal jadi kami bisa sedikit santai. Tiba-tiba..
"Rizal daftar Lis" Kata Aldira tiba-tiba menatap kosong kedepan
"Bagus dong Dir, katanya lo seneng kalo Bang Ijal jadi Abdi Negara?" kataku mengingat curhatan Dira tempo hari yang menceritakan awal mula dia dan Bang Ijal jadian.
"Tapi gue ga mau ditinggal lama pas dia pendidikan. Bisa jadi setahun Lis" kata Aldira yang mulai berkaca-kaca.
"Seenggaknya lo udah dapet restu kan dari mama lo sekarang? Inget perjuangan lo dulu Dir? Lo berjuang ngedapetin restu mama lo sama bang Ijal. Sekarang biarin dia yang berjuang Dir"
Aku menghentikan mobil tepat saat lampu merah dan melihat Aldira yang meteskan airmata. Sungguh tidak tega rasanya melihat sahabat sendiri rapuh. Bagaimana tidak Aldira yang terlihat kuat dan selalu ceria ternyata lebih rapuh dari dandelion. Setiap saat bisa hancur. Tapi bukan Aldira namanya yang mengumbar kesedihan. Dia tidak bisa selalu berbagi kesedihannya kepada orang-orang terdekatnya. Dan bersyukur itu bukan aku karena Aldira selalu menceritakan keluh kesahnya kepadaku, begitupun aku.
"Lis? Makasih ya? Lo selalu ada bukan disaat gue lagi diatas, bukan disaat gue lagi banyak duit, bukan disaat gue lagi tertawa, bukan disaat gue lagi bahagia. Tapi disaat gue rapuh dan hancur lo selalu ada" refleks aku memeluk Aldira seraya menenangkannya dan semua akan baik-baik saja selama dia percaya.
"Dir, sahabat itu ibarat dua tangan saling menggenggam dan saling membutuhkan. Menggenggam untuk menguatkan, membutuhkan untuk berbagi suka duka" kataku dalam pelukan Aldira.
Dan akhirnya kami melajukan kendaraan kami kembali..
Setibanya dikampus kami langsung masuk ke kelas..
Didepan kelas kami tekejut saat melihat gerombolan anak cowok dari jurusan perawat.
"Selamat pagi Calista" sahut mereka yang menyerupai paduan suara seraya tersenyum padaku. Aku yang terkejut, heran tampak berpikir keras ada apa? Dan salah satu dari mereka adalah Damar. Oh My.
Aku berjalan melewati mereka dengan jutek, mereka sudah hafal dan terbiasa akan hal itu. Kemudian menyusul Aldira yang lebih dulu masuk ke kelas.
"Sy? Kamu jadian ya sama Damar?" kataku yang diburu penasaran dari kisah Kasih mereka.
"Hmmm.. Udah enggak Lis karena ortu aku ga bolehin aku pacaran dulu apalagi sama yang beda Agama" katanya yang entah kenapa seperti ada yang menyentil jantungku.
"Eh sorry Lis gak maksud"
"Gapapa Sy, udah biasa kok santai aja" kataku yang mencoba meyakinkan Sisy.
Kemudian aku berjalan menuju kursiku, belum sempat aku mendaratkan pantatku sebuah tangan mencengkeram lenganku, gak sakit sih. Betapa terkejutnya aku saat tau siapa orang itu. Luke Wijaya.
"Kenapa chat gue lo read doang? Kenapa ga dibales?" cecar Luke dengan raut wajah yang tidak bisa ku tebak.
"Kenapa lo jadi cowok itu kepo banget? Gue udah bilang sama lo jangan suka mainin cewek. Kalo lo cuma suka sama satu orang kejar dia, jangan cari cadangannya" tembakku yang membuat Luke maju selangkah dan aku segera menghentakkan pergelangan tanganku yang dicengkeram olehnya.
Untung kelas sepi cuma ada tiga orang aja
Batinku lega. Sungguh hari yang melelahkan, hari ini ada banyak masalah yang ada disekitar ku.
Maunya apa sih tuh cowok
Sungutku yang didengar Aldira dan langsung ku jawab tidak ada apa-apa. Beruntung Aldira tidak bersemangat hari ini, kalau tidak pasti aku habis diledek oleh nya.
****
Seusai kuliah seperti biasa aku dan Aldira kekantin biasanya kami mengobrol sembari memesan makanan tapi berhubung Aldira sedangkan unmood jadi kami hanya mampir untuk pamit ke mereka bertiga Fellicia, Jihan dan juga Ivana. Sepertinya mereka sedang membicarakan sesuatu, terlihat sekali saat kami tiba mereka menghentikan ucapan mereka dan saling diam.
Aku tidak ambil pusing dengan apa yang mereka bicarakan semoga saja bukan kami yang mereka bicarakan tapi tidak menapik bahwa bisa jadi kami yang mereka bicarakan. Tanpa basa-basi kami pamit pulang duluan dan mereka agak sedikit tidak ikhlas mengiyakan tapi tetap saja kami pulang duluan.
Didalam mobil Aldira sudah kembali moodnya. Dia pun menyalakan radio dan aku masih sebagai supir pribadi Aldira hari ini karena moodnya belum benar-benar baik.
...
...
...
...
Kulirik Aldira yang hanya terdiam dikursi penumpang dan melirik arah luar jendela. Sembari menikmati musik yang mengisi atmosfer mobil ini. Dan aku mengumpat dalam hati kenapa lagu-lagu mellow yang terputar oh My. Sabar ya Dir. Bisikku dalam hati.
hope My bestfriend meets a boy who loves her as much as I love her. Because.. Sometimes i think she forgets how well she Should be treated.
Ku hembuskan napas dalam merasakan kesedihan yang dirasakan Aldira. Kau tau hal tersulit dalam Cinta ialah pengorbanan. Itu adalah ujian terberat yang harus dijalani.
"Dir...? Udah ya? Gue, Jihan, Ivana, Fellicia selalu ada buat lo" Kataku yang meyakinkan Aldira. Sekali lagi wanita itu terlihat rapuh, itu tandanya dia memang tulus.
"List, gue mau es krim ya? Jangan pulang dulu" ku naikkan satu alisku tak percaya tentang apa yang ku dengar.
Ini anak suasana hatinya cepet banget berubah, sebentar galau, sebentar nangis, sebentar ketawa
"Woi. Muin bengong aje lo, gue lagi ngomong ini loh" toanya yang membuatku meniupkan angin ketangan dan membawanya ketelingaku.
"Ya olloh, jauhkan hamba dari syathon terkutuk" cibirku pada Aldira yang refleks menoyor kepalaku kesamping.
"Ke kemang aja List, ada kedai es krim & coklat enak banget sumpah" ocehnya dengan semangat. Nah she is come back.
"As you wish my lady" ejekku ala film kerajaan eropa yang sering ku tonton akhir-akhir ini.
"Good girl" balasnya seraya mengangkat dagu angkuh dan melipat kedua tangannya didepan dada.
Seketika kami tertawa karna tingkah konyol kami yang menjijikkan..
Setibanya ditempat yang Dira inginkan..
Kami langsung memilih tempat duduk dan seorang pelayan menghampiri kami sambil membawa menu ditangannya. Setelah itu kami menyebutkan pesanan kami.
"Mas cocho oreo satu, digelas yang large ya?-" belum selesai Aldira mengucapkan langsung aku potong
"Ga usah mas teman saya lagi diet yang medium aja sama shushi tokyo rollnya dua porsi" wah coba lihat tatapan mata Aldira seperti membunuh, langsung saja ku balas dengan senyuman smirk ku yang mematikan.
"Mas, tadi pesanan banana ice meltednya ganti choco berry milk shake yang large mas. Udah fix semua" belum sempat aku membantah mulutku lebih dulu dibekap olehnya.
Sialan, mau bunuh gue dengan coklat nih anak
"Are you kill me? How did you? Aaaaarrrgghhh" kesalku yang Dira tau aku tidak benar-benar kesal
"Eat and enjoy it, enough" katanya sambil tersenyum manis dan seketika saja aku melihat tanduk yang perlahan muncul diatas kepalanya.
Terkadang sahabat itu punya banyak topeng asal kita tau siapa dia kita tidak akan mudah tertipu.
Happy Reading..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments